Neuropati perifer: jendela bebas nyeri terhadap neuropati yang sangat nyeri
Oleh: NFA
Ilmuwan menunjukkan sebuah teknik baru untuk mendeteksi kondisi saraf yang sangat menyakitkan, yang disebut neuropati, yang berdampak pada jutaan orang dengan diabetes dan banyak pasien lain.
Teknik yang tidak menimbulkan rasa nyeri ini berfokus pada susunan kecil di kulit yang disebut Meissner corpuscles (korpuskel Meissner), yang melapisi ujung saraf pada tangan, kaki dan bagian lain yang sangat kecil. Apabila orang menggelitik kaki kita, atau secara halus mengelus tangan anda atau mencium kita – adalah korpuskel Meissner yang mendeteksi sentuhan tersebut. Susunan yang sangat halus ini berperan sebagai sensor kecil yang memungkinkan kita untuk merasakan sentuhan halus dan tekanan.
Baru-baru ini seorang ahli saraf di Pusat Medis Universitas Rochester, bersama-sama dengan ilmuwan dari Lucid Technologies di Rochester, NY, AS menunjukkan cara baru untuk memantau susunan tersebut, yang menawarkan jendela langsung terhadap kondisi yang disebut neuropati perifer. Tim ini menunjukkan bahwa reflectance confocal microscopy, teknologi untuk mengamati kulit pas di bawah permukaan, dapat dipakai untuk melihat dan menghitung jumlah susunan saraf pada jari dan tangan seseorang. Pekerjaan ini memberi cara noninvasif pada dokter untuk mendeteksi dan memantau perkembangan kerusakan saraf pada pasien. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Neurology edisi 4 Desember 2007.
Dokter sudah mengetahui bahwa jumlah dan kepadatan korpuskel Meissner pada tangan dan kaki seseorang menawarkan sasaran jitu terhadap derajat kerusakan saraf seseorang. Sebagaimana saraf melemah dan mati, korpuskel menghilang. Kesulitannya adalah melihat dan menghitungnya.
Baru-baru ini, dokter melakukan biopsi kecil pada kulit, membekukan dan mewarnai jaringan tersebut, kemudian menghitung susunannya. Kurang lebih sepuluh tahun lalu, ahli saraf David Herrmann, MBBCh, pemimpin penulis jurnal Neurology, membantu mengembangkan dan mempopulerkan biopsi kulit sebagai cara untuk memantau secara cermat kondisi saraf pasien. Pada waktu itu, hal tersebut adalah kemajuan besar untuk beberapa bentuk neuropati perifer dibandingkan beberapa metode sebelumnya yang membutuhkan biopsi yang lebih besar pada saraf yang banyak.
Walaupun demikian, “Mengambil sepotong kecil kulit tidak ideal,” dikatakan oleh Herrmann, lektor dari Neurology dan Pathology and Laboratory Medicine. “Hal tersebut mungkin menyakitkan bagi pasien; prosesnya mungkin lama; dan tidak mungkin dapat mengukur daerah kulit yang persis sama dari tahun ke tahun untuk melacak perkembangan penyakit.”
Beberapa tahun lalu Herrmann bertemu dengan ilmuwan dari Lucid, perusahaan informasi dan peralatan medis yang menciptakan alat untuk dokter berdasarkan temuan teknologi baru contohnya confocal microscopy. Teknologi ini memakai sinar yang menembus permukaan jaringan kulit dan melihat lapisan kulit di bawahnya. Teknologi ini sudah semakin banyak dipakai untuk melacak kanker kulit dan untuk mengamati contoh jaringan di ruang bedah.
Herrmann dan tim Lucid memulai penelitian terhadap beberapa saraf terhalus di tubuh kita, saraf yang menjangkau ujung terjauh pada tangan dan kaki. Kerusakan pada saraf tersebut mengakibatkan berbagai gejala yang mengganggu jutaan warga Amerika yang mempunyai sejenis neuropati perifer. Gejala pada kaki dan tangan termasuk mati rasa, perih, kesemutan, lemah dan nyeri.
Walaupun diabetes adalah penyebab neuropati yang paling umum, hal ini disebabkan oleh berbagai kondisi lain juga. Pasien HIV rentan untuk mengalaminya. Konsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkannya, begitu juga dengan kekurangan berbagai jenis vitamin, pengobatan kanker dan puluhan kelainan bawaan, yang paling jelas adalah penyakit Charcot-Marie-Tooth.
“Pasien sering diabaikan, dan banyak yang benar-benar menderita,” Herrmann mengatakan. “Diagnosis sering sulit. Saraf halus di kulit pada dasarnya tidak terlihat dengan teknik baku yang biasa dipakai untuk memeriksa fungsi saraf seseorang, misalnya tes konduksi.”
Oleh karena itu Herrmann mengumpulkan 15 jari kelingking – sebetulnya 15 peserta penelitian bersedia meletakkan jari kelingking mereka di bawah mikroskop. Kelompok ini melibatkan sepuluh orang yang sehat, dan lima dengan neuropati dengan berbagai penyebab, misalnya diabetes atau HIV.
Para penelitia menemukan, sebagaimana yang diharapkan, peserta yang sehat mempunyai lebih banyak korpuskel Meissner pada ujung jari kelingking mereka – kurang lebih 12 susunan tersebut per milimeter persegi, dibandingkan dengan rata-rata 2,8 pada orang dengan neuropati. Pasien dengan neuropati juga memiliki sususan saraf yang lebih sedikit di bagian dasar ibu jari.
Sementara hasilnya tidak mengejutkan, mencapai hasil dengan begitu mudah memang mengejutkan. Peserta cukup meletakkan jari kelingkingnya di bawah mikroskop selema beberapa menit. Tidak sakit, tidak berdarah dan tidak perlu mempersiapkan jaringan.
Dalam tajuk rencana mengenai penelitian ini, Peter J. Dyck, M.D. dari klinik Mayo menulis dalam jurnal, “Pendekatan ini mungkin menemukan cara terbaik untuk tactile sensation dan large fiber sensorimotor polyneuropathy.” Tetapi dia juga menunjukkan beberapa keterbatasan dari cara ini. Dyck mengatakan bahwa teknik ini membutuhkan lebih banyak orang, dan alat yang diperlukan untuk reflectance confocal microscopy mahal. Lagipula dia menyatakan perlu membedakan antara korpuskel Meissner yang sehat dan yang tidak normal.
Kemajuan dalam skrining mungkin dihargai oleh jutaan pasien. Lebih dari separuh orang dengan diabetes pada akhirnya akan mengembangkan neuropati. Kebanyakan tidak akan merasa sakit – mereka sekadar kehilangan sensasi di kaki, mengakibatkan mereka rentan terhadap luka yang dapat mengakibatkan infeksi berat. Sering kali sensasi ini hilang secara bertahap sehingga bahkan tidak disadari oleh pasien. Alat skrining yang baru membantu dokter untuk memantau pasien secara lebih cermat sehingga mereka dan pasien menyadari terjadinya kerusakan saraf dan dapat melakukan apa saja untuk mencegah kerusakan yang lebih parah.
“Neuropati adalah sangat sulit untuk diobati, dan sebagian alasannya adalah bahwa pada saat ini, biasanya kami mendiagnosisnya terlambat, setelah terjadi kerusakan yang bermakna,” dikatakan oleh Herrmann, direktur Peripheral Neuropathy Service di Strong Memorial Hospital. “Pengobatan mungkin akan lebih bermanfaat apabila kita dapat mendeteksinya lebih dini.”
“Usulnya adalah beralih dari biopsi invasif untuk memantau ujung saraf ke cara yang noninvasif dan tidak menyakitkan. Seseorang dapat melakukan hal ini sesering mungkin sesuai kebutuhan. Ini adalah upaya yang menarik untuk melacak kondisi saraf pasien,” dikatakan oleh Herrmann, yang saat ini sedang menilai cari ini pada 75 orang, didanai oleh National Institute of Neurological Disorders and Stroke.
sumber.kalbe.co.id