Friday, September 14, 2007

MENGINTIP" JABANG BAYI LEWAT USG 4 D

Pernahkah Anda bayangkan, bagaimana wajah janin yang tengah ada dalam kandungan Anda? Lima - enam tahun lalu, mungkin hal ini masih sebatas "mimpi". Tapi, kini, Anda bisa melihatnya melalui USG 4 dimensi (4D).

Salah satu fungsi pemeriksaan dengan ultrasonography (USG) adalah untuk melihat kehamilan. Pemeriksaan kehamilan dengan USG sendiri dibagi dalam 3 tahapan. Pada pemeriksaan trimester pertama, diperiksa kemungkinan adanya ancaman keguguran. "Ancamannya macam-macam, antara lain kehamilan tidak berkembang, kehamilan di luar kandungan, kehamilan dengan mola (hamil anggur), perdarahan di balik calon ari-ari, dan sebagainya," ujar dr. Okky Oktafandhi, Sp.OG dari RSI Bintaro.

Pada trimester pertama, pemeriksaan USG juga akan membantu memastikan ada-tidaknya detak jantung janin. "Kita juga bisa lihat kelainan lain, misalnya bayi kembar. Kembar pun bisa dibagi-bagi, apakah kembar dengan sekat atau kembar siam. Jadi, kita bisa ambil tindakan sejak dini." Juga, deteksi adanya kelainan bentuk kepala. "Ada lho, janin yang tulang kepalanya tidak terbentuk."

Pada trimester pertama juga dapat diketahui ketebalan tengkuk (nuchal translucency) untuk mendeteksi down sindrom. "Jika ketebalan tengkuk rata-rata pada kehamilan 14 minggu di atas 2,5 ­ 3 mm, kita harus melakukan pemeriksaan kromosom dengan amniosintesis."

Pada trimester kedua, USG akan membantu melihat bentuk jantung dan sistem saraf pusat (SSP). "Ada enggak kelainan di otak, kelainan hidrosephalus, kelainan katarak pada bola mata, kelainan rongga jantung seperti jantung bocor, dan sebagainya." Skrining pada jantung dikenal sebagai pemeriksaan 4 chamber view (pandangan 4 ruangan).

Pada pemeriksaan trimester kedua ini juga bisa dilihat ada-tidaknya kelainan tulang belakang, meliputi celah pada tulang belakang (spina bifida). "Awal trimester kedua juga bisa menentukan adanya bibir sumbing," lanjut Okky.

Pada trimester ketiga, kita bisa melihat kelainan janin yang berhubungan dengan persalinan. "Misalnya, apakah tali pusat menempel pada plasenta dengan baik. Juga kelainan lain, seperti ari-ari di bawah atau janin terlilit tali pusat, dan sebagainya."
Yang jelas, USG merupakan alat dasar seorang dokter kandungan, sama halnya stetoskop bagi dokter umum. "Paling tidak, dengan USG akan ketahuan, apakah janin yang di kandung kembar, janin hidup atau enggak."

PERAN DOPPLER
Semua pemeriksaan di atas bisa dilakukan dengan USG biasa (USG 2 dimensi/2D). "Namun, angka diagnostiknya (angka ketepatan atau akurasi) akan lebih meningkat kalau menggunakan USG 3D atau 4D," jelas dokter kelahiran Semarang (Jawa Tengah) ini.

Apa, sih, sebetulnya USG 3D atau USG 4D? Secara prinsip, fungsi USG 4D sama dengan USG biasa. Bedanya, "USG 4D lebih detail dan lebih akurat, karena kita melihat dalam bentuk ruang (dimensi ketiga) plus gerak," ujar Okky seraya melanjutkan, "Approach-nya seperti approach GPS. Kalau 2D hanya menggunakan dimensi panjang dan lebar, tanpa dimensi kedalaman, sementara USG 4D menggunakan keempat dimensi, yakni lebar, panjang, kedalaman plus gerak (dimensi waktu)."

Boleh dibilang, manfaat 4D lebih ke arah performance dan appearance dari janin yang mudah dimengerti oleh orang tua (awam). Itu sebabnya, wajah sang jabang bayi pun akan tampak jelas melalui USG 4D. "Apakah ia sedang tersenyum, sedih, akan terlihat lewat USG 4D," terang Okky.

Tentu, fungsi USG 4D tak cuma itu. Piranti canggih ini memiliki banyak kelebihan lain dibanding USG biasa. Selain dapat mengetahui permukaan (surface) anatomi bayi secara lebih jelas, mulai wajah hingga kelengkapan anggota badan, juga bisa mengetahui kelainan pada bayi secara lebih jelas.

Yang paling penting, pada pemeriksaan USG 4D, terdapat pula pemeriksaan doppler. "Pemeriksaan doppler ini berguna untuk melihat arus pembuluh darah janin. Kita bisa lihat, apakah janin mendapat cukup suplai darah atau tidak. Kita juga bisa lihat, apakah janin tumbuh sesuai usianya atau tidak." Bahkan, lanjut Okky, "Kita bisa meramalkan apakah calon ibu akan mengalami pre-eklampsia (kenaikan tekanan darah), melalui pemeriksaan aliran darah ini. Sejak usia janin 29 minggu, pre-eklampsia sudah bisa diperkirakan. Pada USG 2D plus doppler, ini memang juga bisa terlihat, tetapi lebih jelas pada USG 4D."

Keunggulan lain USG 4D adalah pada pemeriksaan jantung. "Dulu, tidak mungkin menganalisa jantung dengan gambar yang begitu jelas, yang bisa bergerak, bisa dipelankan geraknya, diputar, dibesarin, dan sebagainya. Nah, dengan USG 4-D ini bisa dilakukan. Gambar yang muncul adalah gambar jantung utuh, sehingga terlihat rongga, katup dan sebagainya."

Pemanfaatan lain USG 4D adalah jika hendak mengambil alat yang tertinggal di rahim. Misalnya, mencari spiral yang hilang. "Dengan USG 4D, tak sampai 3 menit, posisi spiral akan diketahui." Selain itu, USG 4D juga bisa dipakai untuk membuat prediksi tentang sifat bayi. "Sekarang sedang diteliti, mana perilaku bayi yang sehat dan mana yang mengalami kelainan gangguan kromosom, dengan melihat mimik muka bayi (fetal behaviour) di kandungan."

sumber.http://www.tabloidnova.com
Mendeteksi "Sindroma Down" dengan USG 3D..!


SEORANG ibu mengaku shock saat dokter menyatakan anaknya menderita sindroma Down. "Kesedihan kami sebagai orangtua hampir sama dengan kehilangan orang yang sangat kami cintai," begitulah ia mengenang.


UNTUNGLAH ibu ini tidak tenggelam dalam keputusasaan. Bersama sang suami, ia bangkit untuk mencari berbagai informasi. Mereka rajin mengumpulkan buku-buku mengenai sindroma Down dan penanganannya, meng-oprek Internet, sampai konsultasi kepada para ahli genetika.

"Kami sadar, tugas kami adalah membantu perkembangan anak ini sebaik-baiknya," kata ibu itu.

Sindroma Down merupakan kelainan genetik yang paling sering muncul dengan probabilitas satu per 700 kelahiran.

Adalah dokter Inggris bernama John Langdon Down, yang tahun 1866 berhasil mengidentifikasi kelainan ini pada kromosom nomor 21.

Kalau biasanya kromosom terdiri dari dua kromosom, maka pada kromosom 21 ditemukan tiga sehingga disebut trisomi 21. Dampaknya adalah gangguan informasi genetika, sehingga penderitanya mengalami penyimpangan fisik.

Kepala belakang yang pipih dan kanal dalam telinga yang sempit, membuat anak menjadi terganggu pendengarannya, rawan infeksi telinga, sulit bicara karena perubahan konstruksi rahang dan mulut, lidah panjang, mata juling atau katarak, rambut tipis dan merah, kaki dan tangan pendek, serta otot dan sendi lemah.

Anak sindroma Down juga sering menderita kelainan bawaan seperti gangguan jantung, leukimia, dan alzheimer.

SINDROMA Down bukanlah penyakit keturunan. Trisomi 21 berkorelasi dengan meningkatnya usia ibu saat melahirkan, ketebalan fetal nuchal translucency (NT), kadar serum beta-human chorionic gonadotropin (hCG), dan berkurangnya serum kehamilan yang terkait dengan dengan plasma protein A (PAPP-A).

Karena itu, metode paling efektif untuk penapisan trisomi 21 adalah kombinasi dari usia ibu melahirkan, fetal NT, dan serum biokimia pada 11-14 minggu kehamilan.

Fetal NT adalah cairan yang ada di sekitar leher janin. Ketebalan cairan yang di atas 3 mm, bisa menjadi penanda sindroma Down selain juga kegagalan fungsi jantung. Sedang hCG dan PAPP-A adalah serum kehamilan yang terdapat pada cairan plasenta. Para ahli juga sepakat, risiko sindroma Down makin tinggi bila ibu hamil di atas usia 35 tahun.

Menurut para peneliti di King s College Hospital dan Harold Wood Hospital (keduanya di Inggris) yang melakukan penelitian risiko trisomi 21, kombinasi semua faktor memberikan ketepatan prediksi hingga 90 persen. Ini jauh di atas pemeriksaan faktor usia ibu saja (ketepatan 30 persen), kombinasi usia ibu dengan uji serum biokimia pada trimester kedua kehamilan (65 persen), dan kombinasi usia ibu dengan fetal NT pada trimester I (75 persen).

DENGAN berkembangnya ilmu pengetahuan, sindroma Down memang bisa dideteksi pada saat usia janin masih amat dini. Salah satu teknik pemeriksaan yang tidak membahayakan kondisi janin adalah dengan ultrasonografi (USG).

Alat itu bekerja dengan memanfaatkan getaran ultra pendek seperti suara. Getaran yang dikirim alat USG akan dipantulkan oleh organ tubuh yang diperiksa seperti hati, ginjal, maupun janin. Gelombang pantul yang berbeda-beda dari organ yang dituju kemudian diolah menjadi citra organ tersebut, sehingga bisa dianalisis.

Awalnya USG bersifat dua dimensi (2D) dan citra yang dihasilkan masih hitam putih. Meski citranya tidak mudah dipahami masyarakat awam, dokter yang berpengalaman bisa memanfaatkan citra USG 2D untuk mendeteksi kelainan genetik janin, bibir sumbing, hidrocephalus, mengukur perkembangan organ maupun fisik janin. Kelainan ini, terutama cacat morfologi struktural, biasanya bisa dilihat saat usia janin 18-23 minggu.

Namun, kini, dengan kemajuan teknologi, sudah dihasilkan USG 3D yang bisa lebih jelas memantau kondisi janin dan USG 4D yang tidak hanya memotret tetapi juga bisa melihat gerakan janin.

Seperti yang dipaparkan dr med Dario Turk SpOG dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Family di Jakarta, USG 3D membantu dokter untuk melihat semua kelainan kongenital saat janin berusia 11-14 minggu.

"Salah satunya adalah untuk penapisan sindroma Down. Selain pengukuran fetal NT, USG 3D juga mempermudah dokter mengukur tulang hidung serta mendeteksi kelainan bentuk jari kaki dan tangan yang merupakan penanda lain sindroma Down," ujarnya.

USG 3D sebenarnya sudah digunakan di beberapa rumah sakit di Jakarta dan tempat-tempat praktik pribadi dokter obstetri dan ginekologi. "Tetapi, teknologi USG yang lengkap hingga 4D baru kami satu-satunya di Asia Tenggara," kata Turk.

Turk yang berpatungan dengan rekan-rekannya membeli alat USG Volution seharga 180.000 dollar AS (sekitar Rp 1,62 milyar) dari perusahaan Austria, Kretz. General Electric yang kemudian membeli perusahaan itu, tertarik bekerja sama dan menjadikan RS Family sebagai Center of Excellent pemanfaatan USG 3D dan 4D di Indonesia. "Sebagai center of excellent, alat akan di-up grade terus-menerus," tambah Turk.

Sedang untuk penilaian risiko kelainan kromosom pada janin, RS Family sudah mendapat akreditasi dari Fetal Medicine Foundation, London, untuk menggunakan Fetal Medicine Foundation Software.

Turk berharap, upaya deteksi dini sindroma Down di Indonesia juga bisa dikembangkan menjadi One-stop Clinic for Assessment of Risk (Oscar) yang tidak hanya untuk trisomi 21 tetapi juga berbagai kelainan genetik janin lainnya. Seperti di Eropa dan negara maju lainnya, Oscar meliputi konseling sebelum pemeriksaan, uji biokimia terhadap ibu, pemeriksaan janin dengan USG, dan konseling pascapemeriksaan. Semua dilakukan secara terpadu di satu tempat dalam satu hari kunjungan, sehingga juga efisien untuk pasiennya.

MENURUT Turk, penggunaan USG 3D dan 4D di RS Family bisa berlangsung 20-50 menit, dengan biaya pemeriksaan Rp 750.000. "Untuk penapisan kelainan genetik, paling baik pemeriksaan dilakukan pada trimester I dan selambat-lambatnya trimester II kehamilan," paparnya.

Secara umum, pemeriksaan trimester I mencakup kelainan genetik, penilaian usia kehamilan, dan perkiraan kelahiran. Trimester kedua sebenarnya lebih untuk melihat perkembangan anatomi organ secara detail, dan trimester ketiga untuk mengecek pertumbuhan janin secara keseluruhan.

Turk biasanya melakukan pemeriksaan awal dengan USG 2D. "Saya menghabiskan waktu sekitar 70 persen dengan USG 2D," tambahnya.

Bila ada kelainan, baru pemeriksaan detail dilakukan dengan 3D. "Dengan teknik ini, kondisi tulang belakang, muka, juga letak telinga, sudut kaki, maupun kelainan bibir sumbing bisa lebih jelas terlihat," paparnya.

Biasanya pasien juga merasa lebih yakin dengan pemeriksaan 3D ini, karena citra yang dihasilkan memang lebih mudah dipahami.

Sedang USG 4D bisa untuk melihat fungsi jantung, sudutsudut yang ekstrem, maupun gerakan bayi. Di negara maju, metode 4D juga dikembangkan untuk mempelajari perilaku janin di dalam rahim. "Dari situ bisa diketahui, apakah janin sedang dalam keadaan senang, bermain, atau lagi dilanda stres," ujar Turk.

Hasil-hasil pemeriksaan yang menunjukkan kelainan, akan dirujuk kepada ahlinya. RS Family sudah merintis kerja sama dengan rumah sakit lain untuk rujukan. Kelainan jantung misalnya, langsung dirujuk ke bagian kardiologi anak untuk ditindaklanjuti. "Soalnya kelainan pada janin ini 30-40 persen kena ke jantung," tambahnya.

Pemaparan potensi USG ini sekaligus menepis mitos di masyarakat yang masih melihat USG sekadar untuk mengetahui jenis kelamin janin.

sumber.http://www.kompas.com

Tuesday, September 11, 2007

Puasa bagi Penderita Diabetes Melitus..!

DI bulan Ramadhan ini, undangan buka bersama tentu berderet-deret untuk didatangi. Dari undangan berbuka di rumah kolega, sampai di hotel berbintang. Di rumah, hidangan juga tidak kalah spesial. Semuanya menggugah selera. Namun, bagaimana dengan penderita diabetes melitus (DM) dalam menghadapi puasa dan hidangan buka puasa yang sangat menggoda?

Dibutuhkan disiplin diri buat pasien DM. Jika tidak, kadar gula darah bisa tidak seimbang dan itu berbahaya bagi penderita DM," demikian dikatakan dr Sri Kurniati MS, ahli Gizi dari RSAB Harapan Kita Jakarta.

Namun, sebelum penderita DM menjalani puasa, sebaiknya mereka mengukur kadar gula dan membuat agar kadar glukosa darah terkendali. Yang dimaksud dengan kadar glukosa darah terkendali baik ialah kadar glukosa darah dipertahankan kurang dari 110 mg/dl selama puasa dan 160 mg/dl setelah dua jam makan.

Sri menambahkan, kondisi gula darah tidak seimbang jika pasien terus-menerus makan makanan yang memakai gula dalam jumlah banyak. "Pasien masih tetap boleh mengonsumsi gula, asalkan jumlahnya sedikit atau memakai gula diet."

Jika pasien bisa berdisiplin diri dengan tidak mengonsumsi makanan yang manis-manis atau dalam jumlah yang terbatas, maka pasien tidak akan mengalami gangguan yang berarti. Dia bisa tetap menjalani puasa dengan baik, tanpa harus takut kadar gula darah berfluktuasi.

"Sama sekali tidak mengonsumsi gula atau makanan yang mengandung gula, juga tidak baik. Dia akan menderita hipoglikemia atau kekurangan kadar gula dalam darah," tegas Sri.

Hipoglikemia adalah suatu keadaan di mana penderita akan mengalami gelisah dan berkeringat, gemetar, berdebar-debar, rasa semutan pada lidah dan bibir, penglihatan ganda, bingung. Bila dibiarkan berlanjut dapat terjadi kesadaran menurun dan kejang-kejang. Penderita DM lanjut usia harus menghindari terjadinya hipoglikemia karena akibatnya bisa sangat fatal.

Biasanya, hipoglikemia terjadi pada sore hari, saat menjelang buka puasa. Jika hipoglikemia terjadi, sebaiknya segeralah membatalkan puasa dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang manis seperti sirup, buah kurma, kolak, dan sebagainya. Setelah itu barulah menyantap makanan lengkap.

Sementara Dr Pradana Soewondo, SpPD dari Subbagian Metabolik Endokrin Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI mengatakan, pasien DM dengan komplikasi berat seperti gagal ginjal atau gagal jantung, sebaiknya tidak berpuasa. "Berpuasa dapat memperberat komplikasi yang sudah terjadi," tegas Pradana.

MENURUT Sri, sebenarnya makanan yang dikonsumsi penderita DM selama berpuasa harus sama dengan makanan yang dikonsumsi sehari-hari saja, namun yang perlu diperhatikan adalah pembagian porsi makanan. "Sebaiknya, setelah tarawih, pasien DM makan lagi untuk menjaga kadar gulanya. Paling tidak dia bisa makan dua buah crakers," kata Sri.

Penderita diabetes memiliki kemampuan tubuh yang terbatas dalam hal pengaturan metabolisme hidrat arang, maka harus diperhatikan juga proses pengaturan jumlah kalori, jadwal makan, jadwal minum obat, serta jenis-jenis makanan yang dikonsumsi secara benar dan tepat.

Dalam keadaan berpuasa, melalui proses biokimia yang melibatkan sistem hormon dan syaraf, hati melakukan pelepasan cadangan glukosa (gula darah) dan membentuk glukosa baru dari sisa pembakaran dalam tubuh. Mekanisme ini memungkinkan terjadinya peningkatan kadar gula darah selama berpuasa.

Pada saat sahur, sebaiknya pasien DM mengonsumsi makanan dalam jumlah normal sarapan. Lalu pada saat berbuka, porsi dan jenis makanan bisa disamakan dengan jumlah makanan siang atau sedikit lebih banyak. Makanan berbuka ini bisa disantap langsung pada saat berbuka ataupun setelah shalat Magrib. "Jangan makan langsung dalam jumlah terlalu banyak. Usus dan hormon yang telah berhenti bekerja selama 13 jam, jika tiba-tiba disuruh bekerja keras, akan menimbulkan rasa sakit," kata Sri.

Sri menambahkan, puasa tidak akan menyebabkan penurunan berat badan yang menyolok, sehingga makanlah dengan wajar. "Penurunannya hanya sekitar 5-10 persen berat badan, karena puasa hanya berlangsung selama satu bulan. Setelah puasa selesai, berat badan bisa kembali ke berat semula," kata Sri.

LALU, bagaimana menentukan menu yang boleh dikonsumsi penderita DM? Baik Sri maupun Pradana menyarankan agar penderita DM berkonsultasi dulu pada dokter dan ahli gizi. "Yang juga perlu diperhatikan adalah jadwal makan yang berubah, otomatis jadwal mengonsumsi obat juga berubah," kata Pradana.

Perubahan jadwal makan dan mengonsumsi obat ini bisa menimbulkan hipoglikemia seperti yang di atas telah dijelaskan. Menurut Pradana, obat-obatan diabetes yang biasanya diminum pagi hari diubah menjadi waktu berbuka puasa. Sedangkan dosis sore dipindahkan pada waktu makan sahur.

Untuk penderita yang gemar melakukan aktivitas olahraga, perlu memperhatikan kapan jadwal ia boleh berolahraga. Pasalnya, bisa saja olahraga malah mempengaruhi kadar gula sewaktu melaksanakan puasa sehingga alternatif waktu terbaik untuk melakukan olahraga adalah jangan dilakukan menjelang waktu berbuka, dengan asumsi bahwa kondisi gula darahnya mungkin sudah mendekati ambang di bawah 60 mg/dl. Saat yang tepat dan lebih rasional untuk berolahraga adalah seusai salat Tarawih. Jenis olahraga pun sebaiknya pilih yang ringan saja.

Selain itu, sebaiknya pasien DM sering melakukan pemantauan kadar glukosa darah. Pemantauan ini bisa menghindari pasien dari ancaman hipoglikemia. Selamat berpuasa. (ARN)

sumber.http://www.gizi.net
FDA sedang menguji kemungkinan risiko jantung dari omeprazole dan esomeprazole
(05-Sep-2007)
Oleh: NFA



FDA mengumumkan pada tanggal 10 Agustus mengenai pengkajian semua data keamanan yang ada tentang omeprazole dan esomeprazole setelah munculnya informasi dalam uji klinis yang menyatakan bahwa obat-obat ini mungkin membuat pasien terkena risiko kejadian penyakit kardiovaskular.

Paul Seligman, wakil direktur FDA untuk komunikasi dan kebijakan keamanan mengatakan bahwa berdasarkan pengujian pendahuluan dan kaji ulang semua data yang tersedia yang dimiliki FDA sampai saat ini, kesimpulan awal FDA bahwa data-data ini tidak menunjukkan risiko peningkatan masalah jantung pada pasien-pasien yang ditangani oleh kedua obat ini. Untuk saat ini, FDA merekomendasikan untuk tidak mengubah peresepan atau penggunaan omeprazole dan esomeprazole.

Seligman mengatakan bahwa keputusan FDA untuk mengumumkan penyelidikan adalah bagian dari evolusi strategi kebijakan badan ini untuk menginformasikan kepada publik sesegera mungkin mengenai kemungkinan isu keamanan obat.

FDA menghadapi banyak kritikan mengenai komunikasi keamanan obat beberapa tahun belakangan ini, termasuk penanganan data baru-baru ini yang mengindikasikan bahwa rosiglitazone (Avandia) meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular pada pasien-pasien.

Menurut FDA, analisis awal data dari 2 uji klinis jangka panjang mengindikasikan bahwa pasien-pasien yang menggunakan kedua penghambat pompa proton (Proton Pump Inhibitor=PPI) ini tampaknya lebih banyak pasien-pasien dengan GERD parah menderita gagal jantung, serangan jantung atau kematian mendadak berkaitan dengan jantung dibandingkan pasien-pasien yang menjalani bedah untuk menangani GERD.

Namun analisis FDA pada data lain yang tersedia berdasarkan uji klinis terkini menemukan bahwa kedua obat tidak menyebabkan risiko kardiovaskular. Badan resmi FDA menolak memberikan memberikan detail mengenai studi terkini karena analisis hasilnya masih berjalan dan belum dipublikasikan. Seligman mengatakan bahwa FDA memperkirakan menyelesaikan kaji ulang data pada omeprazole dan esomeprazole kira-kira dalam 3 bulan. Badan ini juga sedang menguji data pada semua obat dalam kelas PPI.


sumber.http://www.kalbe.co.id
Sabun antibakteri tidak lebih efektif dibanding sabun biasa (31-Aug-2007)
Oleh: EKM


Menurut penelitian dari Universitas Michigan yang mengkaji 27 studi yang dilakukan antara tahun 1980-2006 yang telah dipublikasikan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases bulan Agustus 2007, sabun antibakteri yang mengandung triklosan sebagai bahan aktif utama tidak lebih baik dalam mencegah infeksi dibanding sabun biasa/plain.

Tim tersebut juga menyimpulkan bahwa sabun antibakteri tersebut sebenarnya dapat berisiko karena dapat mengurangi efektivitas beberapa antibiotika yang umum digunakan seperti amoksisilin. Hal itu dikarenakan tidak seperti sabun antibakteri yang digunakan pada rumah sakit dan klinik lainnya, sabun antibakteri yang dijual ke masyarakat umum tidak mengandung konsentrasi triklosan yang cukup tinggi untuk membunuh bakteri seperti E.coli. Konsentrasi triklosan dalam sabun antibakteri di pasaran adalah 0,1-0,45%.

Menurut Allison Aiello dari U-M School of Public Health, E.coli dapat bertahan hidup pada konsentrasi triklosan dalam sabun antibakteri yang diformulasi untuk konsumen. Jadi sabun yang mengandung triklosan yang digunakan di masyarakat tidak lebih efektif dibanding sabun biasa dalam mencegah gejala penyakit infeksi.

Lebih lanjut, studi ini juga menemukan bahwa sabun antibakteri yang dijual ke masyarakat tidak menghilangkan lebih banyak bakteri dari tangan dibanding sabun biasa.

Triklosan bekerja pada jalur biokimia dalam bakteri yang menyebabkan bakteri mempertahankan dinding selnya tetap utuh. Hal tersebut menyebabkan dapat terjadinya mutasi pada lokasi target. Aiello mengatakan bahwa mutasi dapat berarti bahwa triklosan dapat tidak lagi mencapat lokasi target dalam waktu yang lebih lama untuk membunuh bakteri karena bakteri dan jalur biokimianya telah berubah bentuk, sehingga bakteri menjadi resisten terhadap antibiotika. Perubahan tersebut belum terdeteksi pada tingkat populasi, tetapi E.coli dalam percobaan laboratorium menunjukkan resistensi jika dipaparkan sabun triklosan 0,1%.
Analisis tersebut menyimpulkan bahwa badan regulator pemerintah sebaiknya mengevaluasi klaim dan iklan produk antibakteri dan mendorong penelitian lebih lanjut. Sedangkan FDA tidak secara formal mengatur kadar triklosan yang digunakan dalam produk konsumen.
Produk antiseptik lain di pasaran yang mengandung bahan aktif lain seperti alkohol dan bahan sanitasi tangan tidak diteliti dan bahan-bahan aktif tersebut tidak diisukan.



sumber.http://www.kalbe.co.id
Puasa untuk Penderita Sakit Maag

Penyakit maag atau sakit lambung sering ditemukan dalam masyarakat dengan variasi yang bermacam-macarn, mulai dari yang ringan sampai berat. Gejala yaag dikeluhkan belasal dari lokasi perut bagian atas berupa rasa nyeri ulu hati, perih, mual, kembung bahkan sampai muntah-muntah. Istilah mediknya adalah dispepsia, atau secara awam disebut gangguan fungsi pencernaan. Keluhan dispepsia tersebut disebabkan oieh kelainan pada saluran cerna bagian atas yang dapat. dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelainan organik dan gangguan fungsional. Gejalanya hampir sama, sehingga perlu pemeriksaan khusus untuk saluran cerna seperti pemeriksaan radiologi atau endoskopi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.

Kelainan organik atau gangguan fungsional?

Sebenarnya memang sebagian besar penderita sakit lambung yang datang berobat merupakan ganngguan fungsional saluran cerna bagian atas (SCBA), baik lambung maupun usus dua belas jari.

Yang dimaksud dengan gangguan fungsional misalnya nyeri akibat asam lambung yang berlebihan, kejang otot dinding lambung atau usus dua belas jari, atau adanya gas yang berlebihan dalam saluran pencernaaan. Keluhan yang terjadi akibat gangguan fungsional tersebut mirip dengan keluhan akibat kelainan organik pada lambung dan duodenum seperti peradangan atau inflamasi, tukak atau borok lambung, dan bahkan kelainan yang lebih serius seperti kanker lambung.

Kebanyakan pasien yang berobat karena sakit maag tergolong kelainan fungsional. Dalam kehidupan sehari-hari, pada kelainan yang ringan masyarakat cenderung untuk mengobati sendiri. Secara umum hal tersebut dapat dilakukan walaupun perlu perhatian dan kewaspadaaan agar kelainan yang lebih serius jangan sampai terlambat ditangani.

Apabila gangguan pencernaan berupa nyeri perut yang hebat, muntah-muntah, disertai penurunan berat badan yang nyata atau gejala kurang darah, perlu segera dilakukan pemeriksaan medik yang seksama untuk memastikan sebagian besar penderita maag tergolong kelainan fungsional. Bagi kelompok ini puasa pada umumnya diperbolehkan, bahkan sering merasa lebih baik atau tidak ada gejala sama sekali selama bulan Ramadhan.

Dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan seseorang akan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Bukankah Allah swt mengatakan: " orang-orang yang beriman dan hati mere-ka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-hati menjadi tentram. (13:28). Insya Allah dengan Ramadhan anda akan mendapatkan ketenangan bathin, susana mental spiritual yang jauh dari ketegangan yang mendukung pecegahan timbulnya gejala serta usaha pengobatan.

Selama puasa, kebutuhan fisiologis pada pagi dan sinag hari masih dapat diperoleh dari makanan waktu sahur karena pengosongan lambung terjadi sesudah 4-6 jam, sedangkan sore hari dari cadangan glikogen dan lemak. Tentu saja perlu diperhatikan agar jangan sampai terjadi kekurangan cairan dengan menghindari berjemur udara panas atau terlalu lama berjemur di matahari. Dengan demikian tubuh kita mampu mengatasi stress fisiologi pada siang hari sehingga kita dapat bekerja seperti biasa.

Bagi kelompok penderita sakit maag dengan kelainan organik seperi tukak peptik sering diperlukan pengendalian asam selama 24 jam untuk penyembuhan dan pencegahan komplikasi. Karena itu niat untuk berpuasa di bulan Ramadhan sebaiknya ditunda dulu sampai tukaknya sembuh, atau sudah aman terhadap kemungkinan komplikasi. Dalam hal ini perlu dilakukan endoskopi untuk memastikan proses penyembuhan tukak tersebut sebelum memulai ibadah pasa.

Pengaturan makanan dan obat selama berpuasa

Kebiasaan berbuka dengan penganan ataupun minuman yang manis diperbolehkan bagi penderita sakit maag. Hanya perlu diingat jangan terlalu manis atau terlalu banyak sekaligus karena akan merangsang produksi asam lambung secara mendadak. Untuk itu ada baiknya bila porsi berbuka dibagi dua, yaitu waktu maghrib dan sesudah sholat tarawih. Pada waktu sahur porsi secukupnya saja jangan berlebihan karena akan lebih merangsang lambung.

Para ahli gizi secara umum menganjurkan agar penderita sakit maag mengatur makan dengan porsi yang kecil diberikan lebih sering. Jenis makanan harus seimbang, berkualitas dan memenuhi kebutuhan secara individual. Pada saat kambuh memang diperlukan makanan yang lunak, tetapi dalam penyembuhan harus dinaikkan bertahap sesuai dengan toleransi, artinya tidak menyebabkan kambuhnya gejala diatas.

Dewasa ini obat sakit maag terutama yang diperlukan untuk mengendalikan asam lambung mempunyai masa keja yang panjang, sekitar 12 jam sehingga mudah pengaturannya selama ulan puasa. Obat golongan ini sebaiknya diberikan waktu subuh sesudah makan sahur, dan bila perlu ditambah sesudah berbuka puasa.

sumber.http://kharisma.de