Sunday, January 28, 2007

EFEK VITAMIN B DALAM MENGURANGI NYERI


Nyeri merupakan pengalaman individu yang melibatkan sensasi sensori dan emosional yang tidan menyenangkan. Nyeri dapat dibagi 2. Pertama, nyeri nosiseptf yang terjadi akibat aktifasi nosi reseptor A-d dan C sebagai respon terhadap rangsangan noxius ( termal,mekanik,kimia). Kedua, neyri neuropatik merupakan nyeri yang timbul akibat kerusakan/perubahan patologis pada system saraf perifer atau sentral. Pada kasus reumatik nyeri yang ditimbulkan adalah mixed pain, yaitu kombinasi antara nyeri nosiseptif dan neuropatik.

Sebenarnya bagaimana patofisiologi dari nyeri neuropatik. Biasanya dimulai dengan membangkitkan impul (ectopik) abnormal pada lesi saraf perifer,yang didasrkan pada reseptor biokimia dan gangguan karakteristik serta densitas kanal Na,K dan Ca- ionik.

Vitamin B yang dikenal untuk mengobati penyakit tertentu, rupanya dapat berfungsi sebagai analgesik. Pembuktian pada binatang percobaan, vitamin B terbukti dapat meningkatkan efek antinosiseptif dari diclofenac, meningkatkan efek antineuropatik gabapentin, meningkatkan kontrol penghambatan nyeri pada saraf pusat, melemahkaan allodyna, suatu tanda hiperalgesia, pada neuropatik diabetik dan traumatik.

Biasanya nyeri neuropatik disebabkan lesi primer, disfungsi atau gangguan sementara pada sistem saraf pusat atau perifer. Dengan adanya penelitian pada Vit.B yang memiliki profil analgesia, maka efek ini dapat dikombinasikan dengan NSAID( Nonsteroidal Anti- Inflammatory Drug). Seperti yang dikemukan oleh Prof. Wilfred bahwa pemberian Vit.B yang diberikan secara kombinasi dapat meningkatkan efikasi diclofenac dan akhirnya memberi efek yang memuaskan pada pasien dengan rasa nyeri.

Saturday, January 27, 2007

MENILAI OUT COME PASIEN BERDASARKAN MODIFIKASI REVISE TRAUMA SCORE PADA PASIEN DEWASA CEDERA CRANIOSEREBRAL SEDANG DAN BERAT.



Cedera kepala merupakan masalah yang serius yang perlu ditangani dengan segera, karena akan berdampak pada pasien baik saat ini maupun akan datang. Di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 1,6 juta orang pertahunnya mengalami cedera kepala, dari keseluruhannya 60.000 orang meninggal dan 70.000 – 90.000 orang mengalami cacat permanent. Kita patut bersyukur bahwa masih ada di Indonesia peneliti – peneliti yang handal dalam mengembangkan ilmu sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi saat ini.
Sebenarnya pasien cedera kepala dapat diperkiraan keluaran (out come) dalam waktu 3 x 24jam. Menurut penelitian bahwa 2/3 kematian cedera kranioserebral terjadi dalam 3 hari pertama.

Eka.M,dkk(Modifikasi revise trauma score pada pasien dewasa cedera kranioserebral sedang dan berat,2006).membuat sebuah pedoman praktis untuk memprediksi resiko kematian pasien 3 hari pertama pada pasien dewasa cedera kepala derajat sedang dan berat, dengan harapan dapat diterapkan di Indonesia karena mudah, cepat dan murah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan system scoring trauma kranioserebral didapatkan hasil bahwa pasien yang mendapat nilai nol memiliki probabilitas kematian lebih rendah dalam 3 hari, sedangkan pasien dengan nilai scoring maksimal nilai 7 probabilitasnya lebih tinggi.

Scoring trauma kranioserebral

respon motorik
bila motorik mendapat nilai < 5, maka nilai score trauma kranioserebral 4.
bila motorik mendapat nilai >5, maka nilai score trauma kranioserebral 0.

frekwensi nafas
bila frek pernafasan >26, maka nilai score trauma kranioserebral 2.
bila frek pernafasan <26, maka nilai score trauma kranioserebral 0.

membuka mata
nilai < 3, maka nilai score trauma kranioserebral 1.
nilai > 3, maka nilai score trauma kranioserebral 0.


jumlah skoring maksimal 7, minimal 0



sumber :Neurona vol.23 no.2 januari 2006.
MENGURANGI REPON TUBUH TERHADAP STRESS

Dalam artikel terdahulu kita telah melihat bagaimana tubuh berespon terhadapa stress. Stress dibutuhkan oleh tubuh sebagai bentuk perlawanan terhadap suatu keadaan yang merugikan pada diri seseorang. Secara umum penatalaksanaan stress tergolong ke dalam promosi kesehatan yaitu mengurangi dampak stress pada kesehatan fisik maupun mental.

Yang termasuk penatalaksanaan stress secara umum :
1. Olahraga
olahraga teratur dapat meningkatkan tonus otot, mengontrol berat badan,mengurangi ketegangan dan meningkatkan relaksasi, mengurangi penyakit cardio vaskuler dan meningkatkan fungsinya. Mc Cubin & Mc Cubin (1993), telah menjelaskan bahwa olahraga akan meningkatkan pelepasan opiad endogen yang menciptakan perasaan senang dan gembira.

2. Humor
siapa yang tidak suka humor……..Hitler pun menyukai humor, sayangnya kita tidak pernah melihat bagaimana muka Hitler ketika tertawa, mungkin akan terlihat seperti pelawak Indonesia yang suka meniru kumisnya yang seutil tersebut. Hipotesis fisiologis menyatakan bahwa tertawa akan melepaskan endorphin kedalam sirkulasi dan perasaan stress pun akan hilang. Hal ini di dukung oleh Robinson (1990), Dahl & O’Neal (1993).,yang menyatakan bahwa kemampuan untuk menerapkan hal – hal yang lucu dan tertawa melenyapkan stress.

3. Nutrisi dan Diet
Bila kita berolahraga atau melakukan aktifitas sehari –hari, otomatis membutuhkan energi akan kita dapat melakukan hal tersebut,eneri kita dapatkan dari makanan yang kita makan……mungkin anak SD pun tahu tentang hal ini. Tapi ada yang tidak diketahui oleh Anak SD. Bahwa diet yang buruk dapat memperburuk respon terhadap stress yang berakibat individu akan mudah tersinggung,hiperaktif dan gelisah. Bagi yang menyukai kopi (Kafein) dan tinggi lemak semua hal tersebut akan menyebabkan gangguan fungsi metabolic.

4. Istirahat
Tubuh butuh istirahat, ketika seseorang tertidur semua sel – sel yang rusak akan diperbaiki dan diganti, akibatnya ketika bangun pagi tubuh akan terlihat lebih segar dan bersemangat. Seseorang yang mengalami stress sangat dianjurkan untuk meluangkan waktunya untuk tidur dan istirahat karena akan membantu seseorang menjadi lebih rileks secara mental.

5. Tehnik relaksasi
sudah banyak tenik relaksasi yang dibahas oleh para pakar untuk mengurangi stress. Stress akan menyebabkan ketegangan pada otot – otot, dengan melakukan relaksasi ketegangan diharapkan akan berkurang. Biasanya tehnik relaksasi membutuhkan waktu karena harus dipelajari terlebih dahulu.
Parameter fisioligis yang dapat diukur ketika seseorang telah terampil melakukan tehnik relaksasi:
a. menurunkan tekanan darah
b. menurunkan nadi
c. distritmia mejadi berkurang
d. mengurangi kebutuhan akan O2 dan Kosumsi O2
e. menurunkan ketegangan otot
f. menurunkan laju metabolik
g. kelihatan lebih rileks dan bugar
h. kosentrasi menjadi meningkat
i. memperbaiki kemampuan mengatasi stressor.

6. Spiritual
praktik berdoa, meditasi atau baca – bacaan keagamaan sudah terbukti dapat menggurangi stress. Aktifitas spiritual pun memberi efek positif bagi individu ( Dahl& O’Neal,1993). Young (1993), telah melakukan penelitian pada usia lansia bahwa praktik spiritual akan meningkatkan produktifitas dan kemampuan beradaptasi individu pada saat sakit kronis.
Jadi tidak ada salahnya kalau kita meluangkan waktu ditengah kesibukkan kita untuk menyebut nama- Nya dan sujud dihadapanya. Kepada siapa lagi kita memohon bantuan kalau bukan kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.


Semua ini terlihat mudah untuk dikerjakan tapi sangat sulit untuk dilaksanakan. Semua ini tergantung kepada kita. Ini ada sedikit nasehat dari orang tua saya ketika kita sedang bergembira dan tertawa. Disebutkan ada 3 katagori orang tertawa, tertawa terbahak – bahak disebut iblis, tertawa – tawa meringkih adalah kuda dan tersenyum adalah ketawanya Nabi Muhammad SAW............moga kita menjadi orang yang berbahagia dan tersenyum layaknya Nabi Muhammad.SAW.

Friday, January 26, 2007

KENAPA RAMBUT BISA MENJADI PUTIH.


Kalau anda pernah menonton film Dalmatians,film yang bercerita tentang anjing bertutul yang berjumlah 100 ekor. Pasti anda memperhatikan bandit perempuan tersebut, dimana rambutnya ada yang berwarna yang posisi nya sangat “strategis”.
Sebenarnya apa yang menyebabkan rambut menjadi putih. Warna rambut selalu berhubungan dengan melanin. Melanin adalah pigmen pewarna yang diproduksi oleh sel melanosit yang ada di akar rambut. Melanosit inilah yang menentukan apakah rambut seseorang berwarna cokelat, pirang, ataukah hitam. Sebenarnya, ini tak beda dengan warna kulit. Kulit manusia yang berwarna putih, hitam, atau sawo matang bergantung pada melaninnya.
Dengan berjalannya waktu, uban akan tumbuh di kepala orang-orang berusia 50-an ke atas, karena di usia itu aktivitas dan kapasitas sel-sel tubuh menurun. Gejala ini disebut degenerasi sel-sel tubuh atau dikenal proses Aging (penuaan). Ketika itu terjadi, aktivitas sel melanosis juga ikut menurun dan secara bertahap akan pensiun total, produksi melanin terhambat, lalu berhenti diproduksi sama sekali. Efeknya, rambut yang semula berwarna gelap berubah menjadi putih.

Beberapa factor yang menyebabkan uban dini:
1.pengaruh genetic
2.autoimmune disorder
3.penyakit infeksi : herpes, vitiligo
4.penggunaan zat – zat kimia : obat pelurus rambut, keriting rambut,dll
5.stress
6.kekurangan vitamin B12 : anemia megaloblatik, biasanya terjadi uban pada anak – anak, akibat operasi pada lambung dan usus sehingga menganggu penyerapan vitamin tersebut.

Beberapa hal yang mesti diketahui oleh kita sebagai orang tua bahwa penggunaan obat – obat pewarna rambut pada usia dini ( anak – anak ) akan menyebabkan kanker pada usia dewasa. Bagi orang tua yang ingin rambut anaknya berwarna lain daripada yang lain, alangkah bijaksananya kalau kita menggunakan zat warna yang terbuat dari tumbuh – tumbuhan.

Beberapa cara untuk mengurangi uban pada usia dini :
1.jauhi stress yang berlebihan, orang yang sering berpikir keras membutuhkan pasokan makanan atau sumber energi lebih besar. Bila ini diabaikan, daya tahan tubuh akan menurun. Ujung-ujungnya proses degenerasi sel, di antaranya timbulnya uban, dapat terjadi.

2.selalu siapkan menu seimbang atau pola makan sehat, bila anda tidak mengetahui bagaimana pola menu sehat, anda dapat berkonsultasi dengan para ahli gizi yang sekarang telah ada di setiap rumah sakit dan klinik.

3.berhati – hatilah menggunakan zat pewarna rambut, jangan menggunakan bila kulit kepala sedang terinfeksi atau mengalami luka,karena zat kimia dari rambut akan masuk kedalam darah yang dapat meracuni anda. Alangkah naifnya kita kalau kita ingin dikatakan trendi tapi berakibat buruk bagi kesehatan.

4.jagalah selalu kebersihan kulit kepala, kulit kepala yang kotor dan jarang dibersihkan memudahkan hinggapnya jamur dan bakteri yang berakibat rusaknya sel rambut.

Tidak ada salahnya kalau kita sekarang kembali kealam atau istilah kerennya back to nature, karena yang diberikan oleh Sang Pencipta pasti lebih sempurna dari pada ciptaan manusia itu sendiri.
PRAKTIK KLINIS DI LINGKUNGAN KEPERAWATAN


Banyak perawat yang masih bingung apa yang mesti dilakukan setelah di izin kannya perawat untuk membuka praktik mandiri layaknya dokter dan bidan. Banyak perawat yang membuka praktik layaknya dokter sehingga menimbulkan citra bahwa sebenarnya praktik yang diberikan oleh perawat sama halnya dengan praktik yang dilakukan oleh medis. Ketika saya telah menyelesaikan sekolah keperawatan sampai jenjang sarjana ada pihak dari keluarga menanyakan, “apakah setelah kamu selesai pendidikan tersebut akan menjadi dokter?”. Bagi yang mengerti tentu menjawab bahwa masuk sekolah perawat otomatis lulus juga sebagai perawat. Mana mungkin masuk bebek keluarnya ayam.

Ini mencerminkan dimasyarakat bahwa pendidikan kesehatan yang tinggi hanya di miliki oleh medis, sedangkan keperawatan cukup sampai D3 saja. Ini disebabkan karena masih sulitnya masyarakat membedakan pelayanan yang diberikan oleh seorang sarjana S1 dan D3. apalagi dengan adanya program spesiasilasi, ini akan menambah bingungnya masyarakat terhadap pendidikan keperawatan. Karena dimasyarakat sudah melekat dalam – dalam bahwa yang namanya pelayanan kesehatan selalu berhubungan dengan obat, tanpa obat mungkin mereka mengira tidak akan sembuh. Pada hal tidak semua penyakit perlu diberi obat, contohnya saja flu.

Apa yang harus dilakukan oleh perawat ketika membuka praktik klinik mandiri tersebut,apakah harus memberi obat layaknya medis.saya pikir tentu tidak……..

Dinegara maju seperti Amerika, Canada,dan Australia,disana telah berkembang praktik keperawatan mandiri yang sangat pesat, mereka tidak menunngu pasien layaknya praktik dokter disini, tetapi mereka dihubungi oleh keluarga pasien untuk memberikan bantuan kesehatan dirumah atau dikenal dengan home visit. Sebenarnya inilah salah satu area praktik klinis perawat yang harus digeluti dengan optimal.

Saya berpikir seandainya home visit ini dapat berjalan, tidak mungkin ada pengangguran tenaga kesehatan terutama perawat yang berjumlah 125.000. dan tidak ada busung lapar yang diderita oleh anak – anak kita. Alangkah lucunya negeri yang katanya bila tongkat ditancapkan ketanah pun akan tumbuh dengan subur, masih dijumpai busung lapar.
Sudah saatnya perawat berbenah diri agar kejadian tersebut tidak terulangi lagi.

Ketika perawat membuka praktek klinik ada beberapa ketrampilan asuhan keperawatan yang mesti dikuasasi dalam memberikan asuhan keperawatan dirumah :
1. perawatan luka
semua perawat pasti mengetahui cara merawat luka,tetapi tidak semua perawat paham bagaimana merawat luka yang kompleks,luka yang kompleks biasanya dirawat diruang khusus atau unit tertentu, misalnya : unit perawatan luka bakar. Untuk perawat yang melakukan perawatan luka dirumah, perawat dituntut untuk mengetahui bagaimana balutan luka yang dipakai, melakukan irigasi luka, melakukan pengkajian terhadap drain, dan bila luka mengeluarkan pus apa yang mesti dilakukan oleh perawat.
2. Perawatan pernafasan
perawatan diunit intensive membutuhkan dana yang sangat besar, saking mahalnya perawatan di unit intensive terkadang ada yang memplesetkan nama unit tersebut menjadi expensive care unit. Sekarang masyarakat telah mengerti bahwa melakukan perawatan dirumah biasanya biaya lebih murah dan pasienpun merasa nyaman karena berada di lingkungan keluarganya masing – masing. Perasat yang dilakukan dirumah adalah: pengelolaan terapi O2, pemasangan ventilasi mekanik,perawatan tracheostomy dan suction ( pengisapan lender ).

3. Tanda – tanda Vital
Pasien yang menderita hipertensi seharusnya selalu melakukan control terhadap tekanan darahnya, apalagi bila mendapat obat penurun tekanan darah. Pemberian obat hipertensi tanpa melakukan cek tekanan darah, mempunyai resiko tersendiri bagi pasien yaitu dapat menimbulkan hipotensi, di sini dibutuhkan perawat yang mengelola perawatan pasien tersebut sehingga pemberian obat hipertensi dapat diberikan sesuai dengan tekanan darah atau dihentikan sementara bila tekanan darah berada dibawah normal. Keluarga pasien terkadang dapat diajarkan bgaimana melakukan pengukuran denyutan ( jika diperlukan).

4. Nutrisi
Siapa yang tidak kenal dengan nutrisi, semua orang tahu bahwa nutrisi penting untuk tubuh baik ketika sehat maupun pada saat sakit. Perawatan yang dilakukan dirumah adalah bagaimana seorang perawat melakukan pengkajian terhadap status nutrisi pasien, melakukan pemasangan pipa nasogastrik dan petunjuk diit yang dianjurkan.

5. Pengobatan
Pengobatan disini bukan berarti perawat menulis resep dan memberikan kepada pasien untuk ditebus ke apotik, bukan seperti itu……..pengobatan disini adalah bagaimana pasien mendapat informasi tentang obat yang dipakai atau diminum, dosis yang diberikan, efek samping yang timbul, dan memantau apakah obat yang telah diberikan memberi hasil yang optimal bagi pasien. Contohnya adalah pengobatan pada TB paru, bila tidak dikontrol oleh perawat dan keluarga pasien akan memberi hasil yang buruk bagi pasien itu sendiri.

6. terapi intravena
bagi pasien melakukan infuse dirumah lebih nyaman dibandingkan dirumah sakit. Perawat dapat melakukan penatalaksanaan dehidrasi, pemberian nutrisi parenteral, tranfusi darah, dan agens analgesic dan kemoterapi.


Semua tindakan diatas biasanya dilakukan oleh seorang perawat generalis karena ia seorang perawat yang menerapkan ketrampilan dan pengetahuan pada semua level umur dan masalah kesehatan pada cakupan yang luas.

Bagi sebahagian orang, mungkin apa yang tertulis disini terlihat biasa saja atau mungkin terlalu sederhana. Tetapi bagi saya yang telah menangani pasien – pasien yang melakukan perawatan dirumah, hal ini merupakan tantangan sendiri bagi kita sebagai perawat. Sehingga di tuntut untuk lebih jeli dan professional dalam bekerja. Bagi perawat yang belum bekerja tidak ada salahnya untuk mencoba apa yang telah saya lakukan, mungkin ini akan menjadi pengalaman tersendiri bagi anda….Selamat mencoba, semoga berhasil…….

Friday, January 19, 2007

PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI INDONESIA: Pelayanan Di Masyarakat
Blog:hhtp://nursingbrainriza.blogspot.com

Anda kenal Indonesia. Ya pasti anda mengenal Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau dengan beragam budayanya. Dimana pulau – pulau indonesia bak mahligai permata di khatulistiwa. Itu menurut para pujangga......mungkin pujangga lupa memberi nama setiap pulau sehingga pulau indonesia banyak yang hilang atau lenyap akibat pasirnya tergerus oleh orang indonesia sendiri. Indonesia merupakan negara yang besar dimana penduduknya menjadi no.5 terbanyak didunia setelah urutan pertama ditempati oleh Cina.

Penduduknya yang banyak otomatis memerlukan pelayanan kesehatan yang memadai, baik itu tenaga kesehatannya ataupun peralatannya. Di indonesia telah banyak berdiri sekolah keperawatan baik tingkat spesialis maupun tingkat diploma ,tingkat yang paling rendah jenjang pendidikannya. Banyak sekolah keperawatan telah meluluskan alumninya,mungkin ada yang ribuan mungkin saja ada yang puluhan,tergantung baik tidaknya mutu pendidikan yang di lihat oleh masyarakat.

Jujur saja banyak perawat yang berpendidikan S1 keperawatan yang masih bingung apa yang mesti dilakukannya dengan ijazah kesarjanaanya. Bahkan setelah selesai sarjana ada yang langsung menuju ke institusi pendidikan, untuk menjadi pengajar. Miris hati kita melihatnya.......Why......bila kita agak sedikit ke barat – baratan, bagaimana mungkin seseorang yang mungkin hanya mendapatkan ilmu dan skill di pendidikan mampu mengajar mahasiswa tentang skill yang mungkin hanya ia dapatkan dari praktek klinik yang tidak semua tindakan diperoleh ketika sedang terjun kelapangan.

Seorang tenaga medis umum yang melakukan coaching hampir 3 tahun saja, masih butuh bimbingan dari rekan senionya untuk terapi yang akan diberikan ke pasien. Sedangkan sarjana yang baru lulus tersebut dengan gagahnya mengajar murid – muridnya dengan aplikasi klinik yang belum memadai.

Pernah seorang mahasiswa meminta dosen pembimbing kliniknya untuk memperagakan bagaimana melakukan pemeriksaan fisik pada paru – paru. Alih – alih mendapat bimbingan dari sang dosen, dengan gampangnya dosen tersebut berkata “ lihat buku saja, saya hari ini terburu – buru karena ada rapat dengan pak direktur” dengan bersedih hati mahasiswa tersebut membaca buku tentang ketrampilan fisik. Mungkin si dosen lupa bahwa membaca buku sama dengan melihat dunia, tetapi melihat dunia tanpa melakukan suatu pekerjaan ibarat alunan musik yang tidak terdengar melodinya....sungguh pekerjaan yang sia –sia.

Di indonesia membuat sekolah keperawatan mudah, segampang membuka warung kopi dipingiran jalan. Alasannya sederhana, karena masih banyak peminatnya. Tapi pernah tidak sebuah institusi berpikir setelah meluluskan muridnya ada tanggung jawab yang mesti di pikul ketika si lulusan bekerja di semua fasilitas kesehatan. Pernah tidak dia membayangkan bagaimana, apakah lulusan tersebut mampu memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat.......
Ketika pelayanan tersebut diberikan ketika ada anggota famili atau sanak saudaranya yang sakit, mulailah keluh kesah meluncur dari bibirnya yang manis dan munggil, mulailah ia mengatakan pelayanan di rumah sakit ini sangat buruk, perawat - perawatnya tidak becus merawat, anaknya setelah beberapa kali ditusuk baru bisa dipasang iv line, banyak lagi keluhan yang disampai oleh sang dosen tersebut. Apakah dia lupa inilah hasil buah karya nya selama ini. Bagaimana menanam begitulah hasil yang didapat. Baik dirawat hasil maksimal, buruk dirawat buruk pula yang di dapat. Ini merupakan hukum alam yang mungkin tidak terbantahkan.

Bukan tidak ada lulusan yang bagus dan pintar dalam memberi pelayanan, tetapi lulusan tersebut tidak sebanding dengan hasil yang ingin dirasakan oleh masyarakat. Akibatnya hanya segelintir orang yang mengatakan perawat itu pintar dan mahir dalam memberi pelayanan, sedangkan yang lain mengatakan bahwa perawat itu cerewet,judes dan galak.

Sudah saatnya pelayanan keperawatan dibenahi dan jangan selalu mengatakan bahwa perawat itu butuh uang dan uang…… bahasa halusnya kesejahteraan. Karena semua itu tidak menjamin pelayanan tersebut berlangsung dengan baik. Kenapa saya mengatakan seperti itu, tunjangan di suatu instansi x untuk perawatnya dua kali lipat dari gaji pegawai negerinya, tetapi apa yang didapat oleh masyarakat di daerah tersebut……pelayanan yang buruklah harus di dapat olehnya. Jadi belum tentu gaji baik berbanding lurus dengan pelayanan yang diberikan…..bila saya meminjam istilah fisika.

Menurut saya pendidikan lah yang mesti dibenahi dulu, kenapa karena semua tenaga yang bekerja berasal dari institusi pendidikan, tidak mungkin ada seorang yang melamar pekerjaan perawat pelaksana,spesialis,manager perawat atau apapun namanya tetapi tidak mempunyai ijazah tersebut….kedengaran tidak masuk akal kalau manager di instansi itu memperkerjakan orang yang tidak memiliki ijazah tersebut.

Tidak ada kata terlambat untuk kita membenahi semua hal tersebut. Yang terpenting adalah komitmen dan niat yang tulus serta usaha yang keras maka hal tersebut akan tercapai, ada baiknya kita melihat Cina yang dulu negera yang tidak diperhitungkan sekarang menjadi omongan dimana2, Malasia yang dulu banyak tenaga pengajarnya belajar ke sini sekarang malah sebaliknya. Sekali lagi tidak ada kata terlambat bagi kita yang mau berusaha........

Mungkin istilah lihat buku ini, baca buku itu mulai dikurangi.......yang ada hanyalah baca buku ini, baca itu..... tunjukkan di depan saya apa yang telah kamu baca....dan saya akan memperagakan di depan mu apa yang telah kamu lihat dibuku tersebut. Sudah saatnya dunia dilihat dari buku......dan dari buku lah kita dapat berbuat banyak bagi dunia........Dirjen telah mengayun tongkatnya, musik pun mengalun dengan merdu, tuk mengisi hari – hari yang indah tanpa keluh dan kesah.

Wednesday, January 17, 2007

PENANGGANAN PADA GIGITAN ULAR
Oleh: Riza

Secara garis besar ular berbisa dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok :
1. Colubridae ( mangroce cat snake, boiga dendrophilia,dll )
2. elapidae ( king cobra, blue coral snake,Sumatra spitting cobra, dll)
3. viperidae ( borneo green pit viper, Sumatran pit viper,dll )

pengelompokkan ini berguna bagi tenaga kesehatan untuk penanganan selanjutnya dalam pemberian anti venom sesuai dengan pengelompokkan tersebut.

Efek yang ditimbulkan akibat gigitan ular dapat dibagi 3 :
1. local efek
beberapa spesies seperti coral snakes, krait akan memberikan efek yang agak sulit di deteksi dan hanya bersifat minor tetapi beberapa spesies, gigitanya dapat menghasilkan efek yang cukup besar seperti : bengkak, melepuh,perdarahan,memar sampai dengan nekrosis.yang mesti diwaspadai adalah terjadinya shock hipovolemik sekunder yang diakibatkan oleh berpindah cairan vaskuler ke jaringan akibat pengaruh bisa ular tersebut.

2. general efek
gigitan ular ini akan menghasilkan efek sistemik yang non-spesifik seperti : nyeri kepala,mual dan muntah,nyeri perut, diare sampai pasien menjadi kolaps. Gejala yang ditemui seperti ini sebagai tanda bahaya bagi tenaga kesehatan unuk memberi petolongan segera.

3. Spesifik systemic efek
Dalam hal ini spesifik systemic efek dapat di bagi berdasarkan :
• Koagulopathy
Beberapa Spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopathy. Tanda – tanda klinis yang dapat ditemui adalah keluarnya darah terus menerus dari tempat gigitan,venipuncture, dari gusi, dan bila berkembang akan menimbulkan hematuria,haematomisis,melena dan batuk darah.

• Neurotoxic
Gigitan ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis. Ini biasanya berbahaya bila terjadi paralysis pada pernafasan. Biasanya tanda – tanda yang pertama kali di jumpai adalah pada saraf cranial seperti ptosis,opthalmophlegia, progresif. bila tidak mendapat anti venom akan terjadi kelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasaya full paralysis akan memakan waktu lebih kurang 12 jam, pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3 jam setelah gigitan.


• Myotoxicity
Myotoxiticty hanya akan di temui bila seseorang diserang atau digigit oleh ular laut. Ular yang berada didaratan biasanya ditidak ada yang menyebabkan terjadinya myotoxicity berat. Tanda dan gejala adalah : nyeri otot,tenderness,myoglobinuria,dan berpotensi untuk terjadinya gagal ginjal, hiperkalemia dan cardiotoxicity.

Pertolongan pertama pada gigitan ular
- immobilisasi anggota tubuh yang digigit
- anjurkan pasien untuk tenang.
- bawa pasien yang mempunyai fasilitas kesehatan yang memadai.

Balut tekan tidak semua digunakan pada semua kasus gigitan ular.walaupun demikian , jika diketahui bahwa gigitan ular tersebut tidak termasuk kedalam non – necrotic spesies maka pressure immobilasi teknik dapat digunakan. Bila gigitannya disebabkan oleh King Kobra yang menyebabkan local necrosis yang biasanya tidak berat, tetapi dapat menyebabkan paralysis yang cepat dan berat, maka pressure immobilisasi methode mempunyai alasan untuk digunakan

Metode lama dalam pertolongaan pertama yang masih dipakai adalah memasang torniquet,suction dengan alat atau menggunakan mulut (biasanya terinspirasi dari menonton film yang bertemakan petualangan), pemberian bahan – bahan kimia yang semuanya sebenarnya merupakan kontra indikasi.


Seandainya bila anti venom tidak tersedia ditempat tersebut. ini tidak menjadi kendala asal luka telah dibersihkan.


Managemen untuk gigitan ular
1. selalu mengasumsikan bahwa semua gigitan ular dapat mengancam kehidupan.
2. bila melakukan triage kasus gigitan ular maka selalu dimasukkan kedalam katagori emergency.
3. pasang iv line pada semua kasus.
4. berhati – hati ketika memilih lokasi pemasangan iv line atau pengambilan sample darah pada kasus koagulopahty, yang betujuan untuk mencegah pendarahan. Khususnya pada pembuluh darah subclavia, jugular,femur.
5. hindari melakukan penyuntikan intra muscular jika memungkinkan terjadinya coagulopathy.
6. lakukan pemeriksaan whole blood clotting time ( WBCT)
7. jika terjadi gangguan pada pernafasan akibat paralysis, persiapkan untuk intubasi dan pemasangan ventilator eksternal.
8. jika terjadi shock, tangani dengan pemberian cairan.



tips yang dapat dilakukan:

- usahakan membunuh ular yang mengigit anda untuk memudahkan identifikasi ular dalam pemberian anti venom. Ketika membunuh ular tersebut jangan sampai anda tergigit lagi oleh ular tersebut.

- Untuk membedakan antara ular berbisa dengan tidak adalah dengan melihat bekas gigitan. Gigitan yang terdiri dari 2 lubang gigitan layaknya gigitan vampire menandakan ular tersebut memiliki racun (Bisa), sedangkan gigitan yang membentuk setengah lingkaran cenderung tidak berbisa.
PEMBERIAN NUTRISI MELALUI ENTERAL.

Seberapa pentingkah nutrisi bagi pasien diruang perawatan intensive

Sangat..sangat penting !!!!!. apa jadinya bila pasien mengalami kekurangan nutrisi, otomatis bila pasien tersebut telah dilakukan operasi maka akan menyebabkan luka menjadi lambat penyembuhannya, pasien juga akan kehilangan massa otot dan kekuatannya, pernah anda lihat pasien yang edema....anda pasti tahu salah satu penyebabnya adalah kekurangan protein di dalam darah. Apakah pasien anda mengalaminya mudah – mudahan tidak.


Banyak perawat berpikir kapan saya harus memberi nutrisi pada pasien tersebut.

Sebenarnya dapat diberikan kapan saja sesuai dengan anjuran. Yang perlu kita pikirakan disini adalah : apakah pasien tersebut membutuhkan feeding tube, apakah makanan yang diberikan akan diserap, apakah pasien membutuhkan total parenteral nutrision,dll.

Pernah anda melihat pasien – pasien di intensive care terhidang makananya di atas meja dan pasien siap untuk makan sambil diperhatikan oleh perawat yang tampan, cantik dan ramah. Tentu aneh bila anda menemukan hal – hal tersebut di ruang intensive care. Biasanya pasien terhidang makanannya dalam bentuk cair atau diberikan secara parenteral yang diberikan oleh perawat yang terampil dalam perasat tersebut.

Secara klasik bila pasien tidak sadar atau terpasang alat endotracheal tube maka perawat akan memberikan makan melalui nasogastric tube atau orogastric tube.
Pasca tsunami di Aceh banyak alat – alat kesehatan yang ada di Rumah sakit kami. Salah satunya Salem sump.

Salem sumps ini mempunyai dua lumen. Satu lumen berfungsi sebagai masuk jalur obat dan nutrisi sedangkan lumen yang biru disebut PIGTAIL………nama yang aneh menurut saya.

Sebenarnya bukan tidak ada maksud kenapa tube ini terdiri dari dua lumen. Ketika melakukan Kumbah lambung atau Lavage lambung. Sering perawat melakukannya dengan cara melakukan aspirasi dengan menggunakan suction tekanan rendah atau dengan spuit untuk mengeluarkan isi lambung , atau dengan meletakkan selang lebih rendah dari pasien. Sebenarnya lambung dapat di umpamakan seperti balon, ketika kita melakukan aspirasi otomatis lambung tersebut akan kolaps, disinilah fungsi PIGTail tersebut, ia akan mencegah lambung jangan sampai hal tersebut terjadi. Artinya ketika kita melakukan aspirasi maka udara akan masuk melalui pigtail sehingga lambung tetap mengembang. Kenapa udara bisa masuk ke lambung? ini disebabkan tekanan di atmosfer lebih tinggi daripada di lambung akibatnya udara pun mengalir ke dalam lambung yang mempunyai tekanan lebih rendah. Kalau kita lihat cara kerja Salem sumps ini sama seperti paru – paru..

Beberapa tips yang bisa saya berikan dan digabung dengan tips – tips dari situs yang saya kunjungi maka :
• Selalu berikan lubricat dan sekali lubricant pada alat yang akan di insersi kedalam tubuh pasien. Jangan menggunakan lubricant yang berbahan minyak karena bila masuk ke paru akan mempermudah perkembangan organisme.

• Salem sumps ini menurut saya terlalu kaku.....sehingga banyak teman – teman saya yang tidak suka memakainya dengan alasan sangat menyakiti pasien. Tips yang saya lakukan adalah merendam alat tersebut pada air hangat sampai tidak terlalu kaku lagi.

• Bila tube masuk ke trachea maka akan terlihat pengembunan pada tube yang hilang timbul. Kadang – kadang ada pasien yang tidak batuk ketika masuk kedalam trachea, terutama pada pasien yang koma atau yang hilang refleks batuk . Harap hati – hati bila menemui hal seperti ini. Selalu pastikan posisi tube dalam posisi benar sebelum melakukan pemberian obat atau nutrisi.

• Bila anda memastika bahwa posisi sudah benar tetapi ketika melakukan aspirasi tidak ada cairan lambung. Maka lakukan X – Ray.


selain salem sumps juga terdapat NGT yang berdiameter lebih kecil yang disebut dengan Enteroflexes and Dobhoffs. Model ini lebih disukai karena menggurangi rasa tidak enak pada nasofaring., erosi nasala,esofagitis,ulcerasi osefagus.
NGT ini mepunyai kawat kaku(STILET) untuk memudahkan penggunaannya.
Biasanya hanya perawat yang terlatih yang boleh memasang alat tersebut. Ini disebabkan bila tidak hati – hati akan terjadi malposisi atau dapat melukai atau trauma pada osefagus. Biasanya alat ini juga dipasang dengan menggunaka endoskopy bila akan digunakn sampai ke jejunum.
Ini dilakukan pada pasien yang terganggu pengosongan lambung yang bertujuan untuk mencegah aspirasi.

Yang mesti diperhatikan adalah pada saat pemasangan, dan setelah pemasangan. Setelah pemasangan hal yang paling mungkin terjadi adalah oklusi pada tube sedangkan pada saat pemasangan sering terjadi dislokasi.


Cara Pemberian nutrisi enteral dapat dibagi :
1. pemberian bolus, misalnya pemebrian NE 6 x 200 cc. maka setiap pemberian sebanyak 200cc dengan interval 4 jam.

2. pemberian secara kontinyu. Biasanya dilakukan dengan menggunakan feeding pump yang di set sesuai dengan intruksi medis. Di sini feeding pump sebaiknya diganti bila telah digunakan setelah 24jam karena mesin yang terlalu panas akan mempengaruhi ke akuratan asupan ke pasien. feeding bag juga diganti setelah 24 jam untuk mencegah kontaminasi dan diare. Bila feeding bag terbatas persediaanya. Dapat dicoba dengan membilas sampai bersih dengan air panas, karena di tempat saya alat ini sulit di dapat kami melakukan pembilasan terhadap feeding bag. Hasilnya tidak ada pasien yang diare selama pemasangan feeding bag tersebut.


Beberapa Formula yang dipakai untuk menghitung kebutuhan energi.

1. Persamaan Harris – Benedict.

Pada laki – laki :
EER (Kal) = 66,5 + 13,75.BB + 5,00.TB – 6,77.U
EER ( KJ) = 278 + 57,5.BB + 20,93.TB – 28,35 .U

Pada perempuan
EER (Kal) = 665,1 + 9,56.BB + 1,85.TB – 4,67.U
EER ( KJ) = 2741 + 40,0.BB + 7,74.TB – 19,56 .U

EER : estimated energy requirements
BB : berat badan
TB : tinggi badan
U : umur ( tahun )

2. Persamaan Shofield.

Laki - laki
Usia 15 – 18 tahun
BMR = 17,6 x BB (Kg) + 656

Usia 18 – 30 tahun
BMR = 15,0 x BB (Kg) + 690

Usia 30 – 60 tahun
BMR = 11,4 x BB (Kg) + 870

Usia > 60 tahun
BMR = 11,7 x BB (Kg) + 585

Wanita
Usia 15 – 18 tahun
BMR = 13,3 x BB (Kg) + 690

Usia 18 – 30 tahun
BMR = 14,8 x BB (Kg) + 485

Usia 30 – 60 tahun
BMR = 8,1 x BB (Kg) + 842

Usia > 60 tahun
BMR = 9,0 x BB (Kg) + 656.

Dengan adanya suplemen diet yang telah siap saji memudahkan kita sebagai perawat dalam memberikannya. Dapat diuraikan secara singkat preparat makanan yang dibuat secara komersial :

• Protein utuh (polimer)
Standar :
100 kal, 4g protein/100ml.cocok untuk pemberian sebagian besar pemberian per sonde ( Nasoenteral).

Tinggi kalori.
1,5 – 2,0 kal./ml, untuk kebutuhan kalori yang tinggi atau untuk pembatasan masukan cairan.

Preparat tinggi lemak.
Mungkin bermamfaat bagi pasien – pasien dengan kesulitan nafas dengan ventilator.

Dengan tambahan serat makanan.
Untuk pemberian makanan enteral dengan jangka waktu yang lama; membantu mencegah translokasi bakteri usus.

Tinggi protein.
Untuk peningkatan kebutuhan nitrogen

Rendah protein/mineral.
Untuk gangguan ginjal

Rendah natrium.
untuk pasien asites/hipertensi.

• Asam amino bebas/peptide
Digunakan pada pasien dengan malabsorbsi usus besar dan malabsorbsi berat lainnya, pembatasan diet.


Kontra indikasi nutrsisi enteral adalah :
1. problem keseimbangan cairan yang kompleks ( kalau penanganan klinis dapat terganggu karena sekuentrasi cairan dalam usus).
2. obstruksi intestinal
3. ileus paralitik


INGAT........!!!!!
tidak terdengarnya bising usus pada pasien dengan keadaan pernafasannya yang baik tanpa tanda – tanda ileus lain bukan kontraindikasi untuk dukungan enteral.

Beberapa hasil laboratorium yang dapat dijadikan parameter seperti glukosa, albumin, elektrolit dan fungsi hati.

Dengan nutisi yang yang cukup diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat sehingga mengurangi beban biaya dan penyulit yang sering ditemui selama perawatan di rumah sakit.

Wednesday, January 10, 2007


LUKA TEKAN (PRESSURE ULCER) : PENYEBAB DAN PENCEGAHAN





oleh

Yunita Sari


Jenderal Soedirman University, Purwokerto.

Gerontological Nursing/Wound Care Management DepartmentThe University of Tokyo, Japan








Luka tekan (pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah serius yang sering tejadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang atau penyakit degeneratif. Istilah dekubitus sebenarnya kurang tepat dipakai untuk menggambarkan luka tekan karena asal kata dekubitus adalah de*****bere yang artinya berbaring[13]. Ini diartikan bahwa luka tekan hanya berkembang pada pasien yang dalam keadaan berbaring. Padahal sebenarnya luka tekan tidak hanya berkembang pada pasien yang berbaring, tapi juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan kursi roda atau prostesi[19]. Oleh karena itu istilah dekubitus sekarang ini jarang digunakan di literatur literatur untuk menggambarkan istilah luka tekan.Adanya luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi panjang dan peningkatan biaya rumah sakit. Oleh karena itu perawat perlu memahami secara komprehensif tentang luka tekan agar dapat memberikan pencegahan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien yang beresiko terkena luka tekan.

Fisiologi dekubitus
Luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompressi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompressi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel [19].

Daerah daerah yang paling sering terjadi luka tekan tergantung kepada area yang sering mengalami tekanan, yaitu :
a. Pada posisi terlentang yaitu daerah belakang kepala, sakrum dan tumit
b. Pada posisi duduk yaitu daerah ischium, atau koksik.
c. Posisi lateral yaitu pada daerah trochanter.

Faktor resiko
Braden dan Bergstrom (2000) mengembangkan sebuah skema untuk menggambarkan faktor - faktor resiko untuk terjadinya luka tekan.

Ada dua hal utama yang berhubungan dengan resiko terjadinya luka tekan, yaitu faktor tekanan dan toleransi jaringan.

Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inakitifitas, dan penurunan sensori persepsi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi toleransi jaringan dibedakan menjadi dua yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari pasien. sedangkan yang dimaksud dengan faktor ekstrinsik yaitu faktor - faktor dari luar yang mempunyai efek deteriorasi pada lapisan eksternal dari kulit. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing masing faktor diatas :

1. Mobilitas dan aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan[6][16]. Penelitian yang dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit di Pontianak juga menunjukan bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan luka tekan.

2. Penurunan sensori persepsi
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan diatas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena luka tekan [16].
3. Kelembapan
Kelembapan yang disebabkan karena inkontinensia dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi[18]. Selain itu kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.

4. Tenaga yang merobek ( shear )
Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jaringan, pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi semi fowler yang melebihi 30 derajad[18]. Pada posisi ini pasien bisa merosot kebawah, sehingga mengakibatkan tulangnya bergerak kebawah namun kulitnya masih tertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot, namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada permukaan kulit[19].
5. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian sprei pasien yang tidak berhati-hati[19].

6. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan[8]. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.

7. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara epidermis dan dermis[18]. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang merobek.

8. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan jaringan menjadi iskemia. Studi yang dilakukan oleh Nancy Bergstrom ( 1992) menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan.

9. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga merupakan faktor resiko untuk perkembangan dari luka tekan[18].

10. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok dengan perkembangan terhadap luka tekan.

11. Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan.Menurut hasil penelitian, faktor penting lainnya yang juga berpengaruh terhadap risiko terjadinya luka tekan adalah tekanan antar muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit area antara tubuh dengan permukaan matras[19]. Apabila tekanan antar muka lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah kapiler akan mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg. Menurut penelitian Sugama (2000) dan Suriadi (2003) tekanan antarmuka yang tinggi merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan luka tekan. Tekanan antar muka diukur dengan menempatkan alat pengukur tekanan antar muka ( pressure pad evaluator) diantara area yang tertekan dengan matras

gambar 2 .alat untuk mengukur tekanan antar muka (kiri) dan cara pengukurannya (kanan) (courtesy of prof.Hiromi Sanada, Japan)







Stadium luka tekan
Menurut NPUAP ( National Pressure Ulcer Advisory Panel )[9], luka tekan dibagi menjadi empat stadium (gambar 2 ), yaitu :
1. Stadium Satu
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut : perubahan temperatur kulit ( lebih dingin atau lebih hangat ), perubahan konsistensi jaringan ( lebih keras atau lunak ), perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.


2. Stadium Dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.


3. Stadium Tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam


4. Stadium Empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.


gambar 3

Menurut stadium luka tekan diatas, luka tekan berkembang dari permukaan luar kulit ke lapisan dalam ( top-down). Namun menurut hasil penelitian saat ini, luka tekan juga dapat berkembang dari jaringan bagian dalam seperti fascia dan otot walapun tanpa adanya adanya kerusakan pada permukaan kulit[21]. Ini dikenal dengan istilah injuri jaringan bagian dalam (Deep Tissue Injury). Hal ini disebabkan karena jaringan otot dan jaringan subkutan lebih sensitif terhadap iskemia daripada permukaan kulit. Kejadian DTI sering disebabkan karena immobilisasi dalam jangka waktu yang lama, misalnya karena periode operasi yang panjang.

Penyebab lainnya adalah seringnya pasien mengalami tenaga yang merobek (shear).Jenis luka tekan ini lebih berbahaya karena berkembang dengan cepat daripada luka tekan yang dimulai dari permukaan kulit. Kebanyakan DTI juga lebih sulit disembuhkan walaupun sudah diberikan perawatan yang adekuat [3]. NPUAP dan WOCN (2005) menyimpulkan bahwa DTI masuk ke dalam kategori luka tekan, namun stadium dari DTI masih diperdebatkan karena stadium yang selama ini ada merepresentasikan luka tekan yang dimulai dari permukaan menuju kedalam jaringan (top-down), sedangkan DTI dimulai dari dalam jaringan menuju ke kulit superficial ( bottom-up)[3].
Selama ini perawat sulit untuk mengidentifikasi adanya DTI karena kerusakan pada bagian dalam jaringan sulit untuk dilihat dari luar[15]. Yang selama ini sering digunakan sebagai tanda terjadinya DTI pada pasien yaitu adanya tanda trauma yang dalam atau tanda memar pada jaringan[3]. Pada orang yang berkulit putih, DTI sering nampak sebagai warna keunguan atau kebiruan pada kulit. Saat ini terdapat metode yang reliabel untuk mengenali adanya DTI, yaitu dengan menggunakan ultrasonografi. Bila hasil ultrasonografi menunjukan adanya daerah hypoechoic, maka ini berarti terdapat kerusakan yang parah pada jaringan bagian dalam, meskipun tidak ada kerusakan dipermukaan kulit atau hanya minimal[15]].


Gambar 4 menunjukan adanya daerah hypoechoic (lingkaran merah) pada pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi.




gambar.4


Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan luka tekan :
1. Kaji resiko individu terhadap kejadian luka tekan

2. Pengkajian resiko luka tekan seharusnya dilakukan pada saat pasien memasuki RS dan diulang dengan pola yang teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien, seperti pembedahan atau penurunan status kesehatan[5]. Beberapa instrumen pengkajian resiko dapat digunakan untuk mengetahui skor resiko. Diantara skala yang sering digunakan adalah skala Braden dan Norton[18]. Saat ini skala Braden telah diuji validitasnya di Indonesia, dan memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang tinggi [17].

3. Identifikasi kelompok kelompok yang beresiko tinggi terhadap kejadian luka tekan. Orangtua dengan usia lebih dari 60 tahun, bayi dan neonatal, pasien injuri tulang belakang adalah kelompok yang mempunyai resiko tinggi terhadap kejadian luka tekan[12].
4. Kaji keadaan kulit secara teratura. Pengkajian kulit setidaknya sehari sekalib. Kaji semua daerah diatas tulang yang menonjol setidaknya sehari sekali . c. Kulit yang kemerahan dan daerah diatas tulang yang menonjol seharusnya tidak dipijat karena pijatan yang keras dapat mengganggu perfusi ke jaringan[1]

5. Kaji status mobilitas. Untuk pasien yang lemah, lakukanlah perubahan posisi. Ketika menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada daerah trochanter. Bila ingin memposisikan pasien pada posisi lateral, maka posisikanlah pasien pada posisi lateral inklin 30 , posisi ini memungkinkan distribusi tekanan pada daerah yang lebih luas[16]. Posisi lateral inklin 30 derajad terdapat pada gambar 5.
Untuk menghindari luka tekan didaerah tumit, gunakanlah bantal yang diletakan dibawah kaki bawah. Bantal juga dapat digunakan pada daerah berikut untuk mengurangi kejadian luka tekan :


● Diantara lutut kanan dan lutut kiri
● Diantara mata kaki
● Dibelakang punggung
● Dibawah kepala

6. Minimalkan terjadinya tekanan.

● Hindari menggunakan kasa yang berbentuk donat di tumit[14]. Perawat dirumah sakit di Indonesia masih sering menggunakan donat yang dibuat dari kasa atau balon untuk mencegah luka tekan. Menurut hasil penelitian Sanada (1998) ini justru dapat mengakibatkan region yang kontak dengan kasa donat menjadi iskemia.

● Rendahkan kepala tempat tidur 1 jam setelah makan, bila tidak mungkin karena kondisi pasien, maka kajilah daerah sakral lebih sering

● Tentukanlah jenis matras yang sesuai dengan kondisi pasien[19].


7. Kaji dan minimalkan terhadap pergesekan (friction)dan tenaga yang merobek (shear).

Bersihkan dan keringkan kulit secepat mungkin setelah episode inkontinensia. Kulit yang lembab mengakibatkan mudahnya terjadi pergesaran dan perobekan jaringan. Pertahankan kepala tempat tidur pada posisi 30 atau dibawah 30 derajat untuk mencegah pasien merosot yang dapat mengakibatkan terjadinya perobekan jaringan[19].

8. Kajilah inkontinensia
Kelembapan yang disebabkan oleh inkontinensia dapat menyebabkan maserasi. Lakukanlah latihan untuk melatih kandung kemih (bladder training) pada pasien yang mengalami inkontinesia. Hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka tekan adalah :

● Bersihkanlah setiap kali lembab dengan pembersih dengan PH seimbang.
● Hindari menggosok kulit dengan keras karena dapat mengakibatkan trauma pada kulit.
● Pembersih perianal yang mengandung antimikroba topikal dapat digunakan untuk mengurangi jumlah mikroba didaerah kulit perianal[10]..
● Gunakalah air yang hangat atau sabun yang lembut untuk mencegah kekeringan pada kulit. Kulit orangtua lebih kecil toleransinya dari efek kekeringan karena sabun dan air panas[19]..
● Berikanlah pelembab pada pasien setelah dimandikan untuk mengembalikan kelembaban kulit.
● Bila pasien menggunakan diaper, pilihlah diaper yang memiliki daya serap yang baik, untuk mengurangi kelembapan kulit akibat inkontinensia.9. Kaji status nutrisi
● Pasien dengan luka tekan biasanya memiliki serum albumin dan hemoglobin yang lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terkena luka tekan[11]
● Kajilah status nutrisi yang meliputi berat badan pasien, intake makanan, nafsu makan, ada tidaknya masalah dengan pencernaan, gangguan pada gigi, riwayat pembedahan atau intervensi keperawat/medis yang mempengaruhi intake makanan[19].

10. Kaji dan monitor luka tekan pada setiap penggantian balutan luka[19].meliputi :

● Deskripsi dari luka tekan meliputi lokasi, tipe jaringan ( granulasi, nekrotik, eschar), ukuran luka, eksudat ( jumlah, tipe, karakter, bau), serta ada tidaknya infeksi.
● Stadium dari luka tekan
● Kondisi kulit sekeliling luka
● Nyeri pada luka

11. Kajilah faktor yang menunda status penyembuhan
● Penyembuhan luka seringkali gagal karena adanya kondisi kondisi seperti malignansi, diabetes, gagal jantung, gagal ginjal, pneumonia
● Medikasi seperti steroid, agen imunosupresif, atau obat anti kanker juga akan mengganggu penyembuhan luka[18].12. Evaluasi penyembuhan luka
● Luka tekan stadium II seharusnya menunjukan penyembuhan luka dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Pengencilan ukuran luka setelah 2 minggu juga dapat digunakan untuk memprediksi penyembuhan luka. Bila kondisi luka memburuk atau terjadi deteriorasi pada luka, evaluasilah luka secepat mungkin[21].
● Parameter untuk penyembuhan luka termasuk dimensi luka, eksudat, dan jaringan luka.
● Pantaulah perkembangan dari penyembuhan luka dengan menggunakan instrumen/skala. Contoh instrumen yang sering digunakan untuk mengkaji penyembuhan luka adalah PSST (pressure sore status tool ), dan PUSH ( pressure ulcer scale for healing)[4].

13. Kajilah komplikasi yang potensial terjadi karena luka tekan seperti abses, osteomielitis, bakteremia, fistula[19].

14. Berilah pasien edukasi berupa penyebab dan faktor resiko untuk luka tekan dan cara cara untuk meminimalkan luka tekan.


AcknowledgementI would like to thank to Professor Hiromi Sanada and Gojiro Nakagami for the figures and helping me in creating this article. Daftar Pustaka1. Agency for Health Care Policy and Reseach, U.S. Department of health and Human Services. Pressure ulcers in adult: prediction and prevention. 1992. Rockville2. Allman R.M.,Goode,P.S, Patrick,M.M.,et al. Pressure ulcer risk factors among hospitalized patients with activity limitations. Journal of the american Medical association. 1995;273:865-8703. Ankrom A.M., Bennet G.R., Sprigle S.,et al. Pressure-related deep tissue injury under intact skin skin and the current pressure ulcer staging systems. Advances in skin and wound care.2005;18:35-424. Bates -Jensen . Indices to include in wound healing assessment. Advances in Wound Care. 1995;8:25-35. Berlowitz D.R., Brandeis. G.H., Anderson J., Du W, et al. Effect of pressure ulcers on the survival of long -term care residents. The Journal Of Gerontology. 1997, 52A6. Braden BJ, Bergstrom N . A conceptual schema for the study of the etiology of pressure sores. Rehab Nursing, 2000, 25, 105-1107. Defloor T., The Risk of Pressure Sores: Aconceptual scheme. Journal of Clinical Nursing, 1999;8:206-216,. 8. Guenter P., Malyszck R.,Bliss D.Z.,et al. Survey of nutritional status in newly hospitalized patiens with stage III or stage IV pressure ulcers. Advances in Wound Care.2000;13:164-1689. National Pressure Ulcer Advisory Panel. Push Tools. Available at : http://www.npuap.org. Accesed Desember 200610. Newman. D.K., Wallace.D.W., et.al Moisture control and incontinence management. In D.L Krasner.G.T. Rodeheaver,and R.G Sibbald, Chronic wound care : A clinical source book for healthcare professionals (3rd ed).2001. Wayne,PA:HMP communication11. Pieper B., Sugrue M., Weiland M., et al. Risk factor, prevention methods, and wound care for patients with pressure ulcers. Clinical Nurse Speacialist.1998;12:712. Quigley. S.M., Curley. M.A.Q. Skin Integrity in The Pediatric Population: preventing and managing pressure ulcers. Journal Of The Society Of Pediatric Nurses. 1996;1(1):713. Republika. Dekubitus. Available at: www.republika.co.id. Acessed Desember 2006.14. Sanada, H. Pressure ulcers management. http://square.umin.ac.jp/sanada/english/show-e.html. Accessed Desember 200615. Sato M., Sanada H., Konya C., et al. Prognosis stage I and related factors. International Wound Journal. 2006;3:335-36216. Sugama., J., Sanada, H., Kanagawa, K., et al . Risk factors of pressure sore development, intensive care unit, Pressure – relieving care, the Japanese version of the Braden Scale. Kanazawa Junior Collage, 1992, 16, 55-5917. Suriadi, Sanada H, Kitagawa A, et.al. Study of reliability and validity of the braden scale translated into indonesia. 2003. Master thesis. Kanazawa University, Japan18. Sussman, C. & Bates-Jensen, B.M.. Wound Care: a collaborative practice manual for physical therapist and nurses. Second Edition. Gaithersburg: AN Aspen publication, 2001,235 – 26019. Wound Ostomy and Continence Nurses Society : Guideline for prevention and management of pressure ulcers, 2003, 1-1520. Wound, Ostomy, and Continence Nurses Society. WOCN society response to NPUAP white papers: Deep tissue injury, stage 1 pressure ulcer, and stage II pressure ulcers. Glenview ill: Wound, Ostomy, and Continence Nurses Society;200521. Van Rijswijk L., Braden B. Pressure ulcer patient and wound assessment: An AHCPR clinical parctice guideline update. ostomy/Wound Management.1999;45(suppl.1A):56S-67S


artikel ini dimuat atas izin yunita sari

Monday, January 8, 2007

Memahami dan melakukan perawatan pada pasien dengan gagal nafas

Semua makhluk hidup yang diciptakan oleh tuhan pasti membutuhkan oksigen hanya sebagian kecil dari mahluk hidup tersebut yang tidak menggunakan oksigen sebagai bagian dari kehidupannya, contoh kuman tetanus….yang membuat kita kejang dan mesti digunakan ventilator mekanik untuk membantu pernafasan kita.

Apa sebenarnya gagal nafas.
Gagal nafas merupakan ketidak mampuan paru –paru memenuhi kebutuhan metabolic tubuh. Hal ini bisa terjadi akibat kegagalan oksigenisasi pada tingkat jaringan atau kegagalan homeostasis CO2.
Secara klinik seseorang dikatakan mengalami gagal nafas bila didapatkan PaO2 <> 50 mmHg.

Gagal nafas dapat dibagi kedalam 2 tipe :

gagal nafas hipoksemik ( Tipe 1 )
secara klinik didapatkan PaO2 < 60 mmHg, sedangkan Level PaCO2 normal atau rendah. Merupakan bentuk gagal nafas yang paling sering ditemukan.
Penyebabnya : gangguan jantung ( tetralogy fallot ), gangguan paru ( pneumonia, ARDS).

gagal nafas hiperkapnik (Tipe 2 )
didapatkan PaCO2 > 50 mmHg. Biasanya selalu di sertai dengan keadaan hiposekmia. Berdasarkan onset serangannya bisa dibagi 2 :

a. Akut
- penggunaan obat sedasi yang berlebihan.
- Disebabkan oleh penyakit, misalnya Myasthenia Gravis.
- Penyakit paru yang berat misalnya, ASma atau pneumonia.

b. kronik eksaserbasi akut
hal ini terjadi pada pasien dengan retensi CO2 kronik yang buruk dan terjadi
peningkatan CO2 dan penurunan PH.
Misalnya : pada kelemahan otot pernafasan.

Mekanisme patofisiologi
Mekanisme patofisologi yang menjadi dasar dari gagal nafas
a. perfusi tanpa ventilasi ( shunting )
b. Dead space ventilasi ( ventilasi tanpa perfusi )
c. Difusi abnormal
d. HiPoventilasi alveolar.

Gambaran klinik pasien gagal nafas dab hasil laboratoriumnya.
Biasanya pasien akan menampilkan secara klinik tanda – tanda seperti : takipneu,penggunaan otot pernafasan tambahan, retraksi interkostal,suprasternal atau supraclavicular, tahicardia, berkeringat. Lama kelaman terjadi perubahan status mental. Desaturasi dari hemoglobin : sianosis. Yang paling penting adalah menilai hasil analisa gas darah.


Penatalaksanaan dan perawatannya
Prinsip penanganan penderita gagal nafas adalah :
1. Mengembalikan dan mencegah hipoksemia dengan :

Terapi oksigen; sistem pemberian O2
i. Nasal kanula 0,5 – 5 l/m (oksigen delivered 20 – 40%). Keuntungannya : mudah digunakan, nyaman bagi pasien. Kerugiannya : jumlah O2 yang dirim tergantung dari minute volume, kecepatan aliran O2 dan jalan nafas pasien (apakah dari hidung atau mulut ), dapat menyebabkan mucosa menjadi kering pada aliran yang lebih tinggi ( diatas 4 l/m ).
ii. Simple mask (oksigen delivered 40 – 60 %). Keuntungan : mudah mengaplikasikan. Kerugiannya : jumlah oksigen yang diberikan tergantung dari Ve pasien, dapat menyebabkan iritasi kulit bila terlalu ketat,harus dibuka bila pasien ingin makan, tidak nyaman.
iii. Partial Rebreathing mask (oksigen delivered 35 – 60%). Keuntungan : dapat memberikan oksigen lebih tinggi dari simple mask. Kerugiannya : dapat terjadi peningkatan CO2 bila reserve bag kolap ,tidak nyaman.
iv. Ventury mask (oksigen delivered 24 – 50%). Keuntungannya : menjaga FIo2 sampai jarak yang sempit. CO2 dapat diberikan dalam jumalah yang minimal,tidak perlu humidaficasi. Kerugiannya : tidak nyaman
v. Nonrebreathing M ask (oksigen delivered 60 – 100%). Keuntungannya : mempunyai katup yang berfungsi untuk mencegah agar gas tidak terhirup lagi dan FIO2 lebih tinggi dari partial rebreathing mask. Kerugiannya : iritasi kulit dan tidak nyaman.

ventilasi mekanik (O2 delivered 21 – 100%) keuntunganya : Fio2 yang tinggi dapat diberukan secara konstan. Kerugiannya : membutuhkan skill yang tinggi untuk pengoperasiannya.

2. Mengontrol PaCO2 dan asidosis respiratorik
3. Mencari penyebab dasar gagal nafas.

kesulitan yang kita dapatkan adalah ketika pasien harus menggunakan mesin ventilator.....ini disebabkan bila perawat tidak berhati - hati dan jeli dalam melakukan perawatan akan menyebabkan berbagai hal yang tidak di inginkan.

kenangan yang tak pernah kulupakan

Depan rumah pasca tsunami dan gempa








Depan rumahku setelah dibersihkan









Mesjid Uleu lheu yang kokoh biarpun berada di bibir pantai.

Di tunjukkan pada manusia yang berpikir tentang ke benar-Nya



Kasih ibu sampai akhir hayatnya. benar adanya.......jangan sekali - kali kita menyakiti hatinya, karena pengorbannya sangat besar.....inilah buktinya.


Sunday, January 7, 2007

respon tubuh terhadap stres

Kita sebagai manusia selalu terlibat dalam merespons dan mengadaptasi stres. Fokus riset yang sedang berkembang saat ini adalah respons psikologis dan fisiologis.
Banyak majalah remaja dan buku – buku kesehatan telah membahas tentag stress. Disini dapat dijelaskan bahwa stress merupakan segala situasi dimana tuntutan non –spesifik mengharuskan individu untuk merespons atau melakukan tindakan. (Selye 1976).
Perawat sering menemui pasien yang kelihatan stress seperti pasien yang terpasang tracheostomy tube yang menyebabkan pasien kesulitan berkomunikasi dengan perawat dan keluarga, pasien dengan penyakit terminal seperti kanker stadium IV dan masih banyak yang lain.

Apakah perawat juga mengalami stress ketika menjalankan tugasnya? Banyak juga perawat yang mengalami stress ketika sedang bertugas seperti di unit – unit intensive care, disitu terlihat begitu banyak peralatan yang dipakai oleh pasien dari yang sederhana sampai yang paling canggih terpasang ditubuh pasien, belum lagi kabel yang berseliweran diatas tubuh pasien,menciptakan pemandangan tersendiri. Perawat juga harus bolak – balik melihat pasien ketika alarm di mesin berbunyi untuk mencari tahu apa yang menyebabkan alarm tersebut berdendang dengan merdunya. Ini betul – betul sangat melelahkan.

Pernah seorang perawat dibuat kelimpungan ketika alarm pada infuse pump berbunyi terus menerus, perawat tersebut melakukn cek pada mesin dan pasien dan tidak ada hal yang aneh ditemukan….setelah sekian lama melakukan pengecekan barulah diketahui bahwa di infuse set pasien tersebut terdapat setitik udara yang menyebabkan infus pump terus mengeluarkan bunyi alarm. Bukankah ini sangat menyebalkan………

Ada joke yang dilemparkan oleh rekan saya ketika seorang perawat junior bertanya pada kami, “ mengapa kalian terlihat begitu gembira ketika sedang menolong pasien yang kritis tersebut?”. Rekan saya yang seorang medis menjawab: kalau kami tidak gembira maka akan ada 3 orang yang akan meninggal secara cepat, bisa saja saya, dia.... sambil melihat kesaya atau pasien.
Disini terlihat bahwa stress pun bisa mempengaruhi umur seseorang dan pekerjaan seseorang.

Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).


Karakteristik dari LAS :
respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
respon bersifat restorative.

Mungkin anda bertanya, “ apa saja yang termasuk ke dalam LAS ?”. sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :


Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :


· fase pertama : adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kinin,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
· Fase kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
· Fase ketiga : regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.

Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.

Bagaimana dengan GAS. Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.

GAS terdiri dari beberap fase :
Reaksi alarm ( peringatan )
melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.

Fase resistensi
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahap terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.

Fase kehabisan tenaga
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.

Jadi kalau dilihat joke dari teman saya tersebut terkadang kita berpikir bahwa apa yang dikatakan nya ada benarnya. Seperti kata orang bijak “ tantangan bukan untuk dijauhi apalagi dihindari tetapi untuk kita hadapi. Barangsiapa yang mampu menghadapi, kelak ia termasuk individu yang sukses. Begitu juga dengan stress, Tanpa stress dunia ini terasa hambar…………….maka hadapi dia dengan tersenyum........





















Kozier et.al (2004) FUNDAMENTAL OF NURSING: consepts, process and practice,
7/E. New Jersey.pearson education.Inc.

Potter & Perry (1997) FUNDAMENTAL OF NURSING: consepts, process and practice,
4/E. ST.Louis.Mosby Company.

Saturday, January 6, 2007

Perawatan Pressure Ulcer dan Pencegahannya






Luka akibat tirah baring lama mempunyai banyak nama seperti : pressure ulcer, bed sores, atau yang paling populer dikalangan tenaga kesehatan adalah DEKUBITUS. Biasanya pressure ulcer timbul akibat kurangnya mobilisasi pada area yang tertekan akibatnya supply darah ke area tersebut menjadi terganggu dan lama kelamaan menjadi iskemik berlanjut menjadi nekrosis.



Pressure ulcer sendiri mempunyai beberapa tingkatan atau derajat keparahan dari yang ringan seperti kemerahan (redness) sampai dengan matinya jaringan ( necrosis ).
Tingkatan I
mengenai lapisan superfisial, epidermis dan dermis.tampak kemerahan dan kulit masih utuh, agak sulit dinilai pada orang yang berkulit gelap.

Tingkatan II
sudah mencapai lapisan lemak

Tingkatan III
mengenai otot, tepi luka terlipat kedalam, sering disertai dengan febris, terkadang sudah terdapat necrotic kehitaman.

Tingkat IV
luka sudah mencapai tulang.

Banyak kita berpikir bahwa luka tirah baring hanya disebabkan oleh tidur yang lama yang tidak di mobilisasi. terkadang tindakan yang kita lakukan bisa menimbulkan luka pada pasien. Saya pikir kita pasti tahu dan sering melakukannya, hanya kita lupa bahwa kita telah secara tidak langsung "mencederai" pasien.

anda sudah tahu jawabannya................................ya, ketika kita menarik pasien keatas untuk membetulkan posisi tidurnya ketika pasien tersebut melorot kebawah. Disini kita telah menimbulkan gesekan pada kulit ketika memindahkan pasien tersebut,terutama bila Bed pasien tersebut tidak mempunyai Stick laken.

Beberapa faktor predisposis timbulnya Pressure ulcer :
  • tekanan


  • gesekan


  • kulit yang selalu lembab atau terlalu kering


  • hyegiene kulit yang tidak baik


  • lipatan pada spay yang terkadang sering dianggap remeh.


  • kurang gizi


  • pasien geriatri


  • immobilasi post op lama


  • pasien dengan DM

kata - kata bijak yang sering kita dengar adalah " lebih baik mencegah dari pada mengobati ". Mungkin siswa SD pun tahu makna kata tersebut.
Diruang Intensive Care, pressure ulcer merupakan salah satu indikator baik atau tidak mutu perawatan yang diberikan oleh tenaga keperawatan disana. Ini mencerminkan bahwa begitu pentingnya pencegahan pressure ulcer di unit tersebut agar citra pelayanan di unit tersebut tetap terjaga.

biasanya pencegahan yang telah lazim di lakukan oleh perawat dengan menghindari tekanan yang terus menerus pada area yang tertekan dengan cara

  • merubah - rubah posisi baring tiap 1 - 2 jam



  • menjaga kulit tetap bersih dan cukup kelembabannya



  • memberi lotion sambil melakukan massage hindari memakai bedak.



  • pada beberap pasien membutuhkan matras khusus seperti : matras yang dapat dirubah - rubah tekanannya, egg crate, atau flotation matras, semuanya bertujuan untuk menrunkan tekanan pada bagian tubuh.


kita sebagai manusia tidak pernah luput dari ujian dan cobaan. biarpun telah dilakukan usaha yang optimal bagi pasien tetapi pressure ulcer tetap saja bisa muncul.

pengalaman saya, pasien yang tidur pada matras egg crate tetap akan timbul pressure ulcer. matras ini hanya memperlambat proses terjadinya prsessure ulcer dibandingkan dengan matras biasa. artinya mobilisasi tetap harus dilakukan biarpun pasien tersebut tidur di matras khusus.

seadainya pressure ulcer tetap terjadi maka mau tidak mau, senang atau tidak senang kita telah menciptakan satu perkerjaanbaru lagi buat kita yaitu : Perawatan Luka.

perawatan luka pada pasien dengan pressure ulcer biasanya di sesuaikan dengan kondisi lukanya dan terapinya telah dikonsultasikan ke medis.


tingkat I

kulit masih utuh biasanya perawatan yang dilakukan adalah hindari tekanan yang lama pada area tersebut.

tingkat II


kita dapat mencoba Mitraflex karena produk ini memberi hasil yang baik untuk pasien, pengalaman saya luka tersebut sembuh dan kering dalam 3 - 5 hari. bila produk ini tidak tersedia kita dapat merawat sesuai dengan protokol di instansi masing - masing.


tingkat III dan IV
biasanya luka banyak mengeluarkan cairan dan sering telah terinfeksi. beberapa produk yang dipasarkan seperti Suprasorb pantas untuk dicoba untuk mengantikan balutan konvesional.

pengalaman saya.........lagi - lagi pengalaman.......ini disebabkan saya tidak melakukan riset untuk membandingkan produk balutan yang beredar di Indonesia, dan saya harus akui bahwa balutan tersebut memberi hasil yang baik untuk pasien. selain itu lebih hemat dan simple dalam penggunaannya.

adakalanya produks tersebut bisa saja tidak terlalu bermamfaat dalam penyembuhan luka, bila perawat tidak memperhatikan hal - hal yang menghambat peyembuhan luka seperti :

  • manultrisi

  • obesitas

  • rokok

  • medikasi : pemberian kortikostroid yang menghambat proses inflamasi

  • compromised host: pasien DM atau cancer yang akan meningkatkan resiko infeksi.

akhirnya perawatan jualah yang memberi andil besar bagi pasien, baik buruknya pelayanan semua tergantung pada kita perawat sebagai salah satu anggota tim pelayanan kesehatan.




























Friday, January 5, 2007

Perawatan stroke akut pada pasien hipertensi

stroke iskemik dan hemoragik akan menimbulkan satu daerah di otak yang mengeliling infank atau daerah yang mengalami perdarahan yang disebut dengan Pneumbra

apa sebenarnya area pneumbra tersebut? menurut Ott & Baron, pneumbra adalah terjadinya gangguan fungsi otak ( neuron) namun strukturnya masih baik. Area ini masih dapat diselamatkan apabila ditangani dengan cepat dalam waktu 12 jam sejak terjadinya penyakit ( onset ).
daerah pneumbra yang merupakan daerah autoregulasi failure karena energi yang dimilikinya hanya mampu untuk mengatur keseimbangan pompa elektrolit, tidak mampu merespon terjadinya vasodilatasi sebagai layaknya area otak yang normal, akibatnya terjadi peningkatan iskemik yang berlanjut menjadi infark.

penanganan dan perawatan yang dilakukan pada pasien dengan stroke akut akibat hipertensi adalah dengan mengendalikan hipertensi dengan cara hipertensi tidak diturunkan secara tergesa -gesa. Mengapa tidak diperbolehkan ? biasanya obat - obat anti hipertensi baik yang vasodilator maupun yang lainnya akan berakibat terjadinya penurunan tekanan darah. Bila penurunan darah dilakukan secara cepat akan memperparah iskemik yang telah ada. Ini dapat dimengerti karena area yang mengalami cedera tidak dapat melakukan vasodilatasi dengan baik sehingga area iskemik tersebut tidak akan mendapat supply darah yang cukup.

biasanya penanganannya di awali bukan dengan obat - obatan tetapi diawali dengan memanipulasi hal - hal yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti :
  • menghilangkan rasa nyeri
  • mengatasi rasa cemas pasien
  • serta menurunkan suhu seandainya pasien demam.

terkadang intervensi non medikamentosa diatas sangat berarti dan memberi dampak yang cukup mengesankan pada tekanan darah pasien.

bila penangganan diatas tidak memberi dampak yang optimal pada tekanan darah. biasanya medis akan berpikir untuk memberikan obat penurun tekanan darah yang bertujuan utnuk mengontrol tekanan darah tersebut.

Yang perlu di ingat oleh perawat adalah penurunan tekanan darah yang tidak dikontrol dengan baik akan berakibat buruk bila tidak di management dengan benar. Di lain pihak obat hipertensi yang seharusnya menolong pasien akan menjadi bumerang yang berbahaya bila diminum pasien tanpa kontrol oleh perawat.

Pencegahan infeksi di ICU

Melakukan perawatan pada pasien sakit berat menjadi lebih komplek yang disebabkan oleh :
  • kemampuan perawatan khusus yang meningkat sehingga dimungkinkan tindakan yang agresif pada pengobatan dan pembedahan.
  • tindakan bedah yang lebih banyak menggunakan alat dalam terapi dan monitoring dibandingkan masa lalu.
  • penggunaan obat - obatan yang yang dapat menurunkan kekebalan tubuh pada pasien kanker dan tranplantasi.

infeksi nosokomial menjadi penyebab kematian utama di kebanyakan unit perawatan khusus. Dibeberapa negara Eropa dan Amerika,infeksi nosokomial berkisar 1% sedangkan di beberapa tempat di Asia, Amerika Latin, dan Sub- Sahara Afrika mencapai 4%.

Survey yang dilakukan oleh WHO pada tahun 1987 di Eropa, Mediterania timur, Asia Tenggara,dan Pasifik Barat, ditemukan 8,7% dari seluruh pasien dirumah sakit menderita infeksi nosokomial. akibatnya 1,4 jt pasien di dunia terkena infeksi yang didapat di rumah sakit.

Angka kejadian ini belum mencerminkan keadaan saat sekarang, hal ini disebabkan pandemik HIV/AIDS baru saja di mulai. Adakalanya kita lupa apa itu Infeksi Nosokomial, disini dapat dijelaskan bahwa infeksi nosokomial merupakan infeksi yang di dapat selama pasien dirawat dirumah sakit.

kriteria infeksi yang didapat di rumah sakit :

  • pada waktumasuk rumah sakit tidak terdapat tanda - tanda klinik adanya infeksi tersebut.
  • pada waktu penderita di rawat di rumah sakit tidak dalam masa inkubasi kuman penyebab infeksi sebelumnya.
  • sekurang - kurangnya 3 x 24 jam tanda infeksi tersebut baru muncul.
  • infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.

dampak dari infeksi nosokomial adalah cost yang sangat mahal yang harus dipikul oleh pasien, ini disebabkan bakteri yang telah beresistensi ganda dan tidak beresponsif terhadap pengobatan biasa. pada beberapa kasus akan menyebabkan kondisi kecacatan sehingga menurunkan kualitas hidup, dinegara berkembang biaya yang akan di dukung oleh asuransi kesehatan juga akan berkurang pada pasien yang lama perawatannya disebabkan oleh infeksi nosokomial.

pencegahan infeksi nosokomial

sebagian infeksi ini seharusnya dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia dan mematuhi protokol yang telah dibuat oleh masing - masing institusi, seperti :

  • mentaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan ,terutama kebersihan tangan serta memakai sarung tangan. pencegahan seperti ini yang sering terlupakan oleh perawat dan profesi lainnya. biasanya mereka mencuci tangan setelah menyentuh pasien dan sering lupa mencuci tangan sebelum ke pasien.
  • memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermamfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan & benda kotor, di ikuti dengan sterilisasi dan desinfeksi tingkat tinggi.
  • selalu memperhatikan tehnik asepsis sewaktu melakukan tindakan yang bersifat invasif seperti : Suction endotracheal, melakukan penyuntikan obat - obat pada akes perifer maupun vena central, pemasangan kateter urin,dll.

seandainya infeksi nosokomial dapat dicegah dan diturunkan ini merupakan keuntungan yang sangat besar pada pasien karena pasien tidak perlu membeli antibiotik yang mahal harganya. Dipihak rumah sakit, dapat menghemat dana operasional atau dialihkan ketempat yang lebih membutuhkannya.

semoga saja kita sebagai perawat dapat mencegah dan menurunkan beban penderitaan pasien dengan mentaati protocol yang telah ada di institusi bukan malah sebaliknya.......

Thursday, January 4, 2007

perkenalan

Segala Puji kepada ALLAH S.W.T, karena dengan rahmatnya saya dapat membuat blog ini agar berguna bagi rekan - rekan perawat semuanya. Semua ini dilakukan agar mutu perawat diakui oleh profesi lain dan masyarakat.