PENATALAKSANAAN AWAL JANTUNG
BERDASARKAN PARADIGMA SEHAT.
Oleh : Dr.Santoso Karo-karo MPH,SpJP
Penyakit Jantung dan pembuluh darah saat ini menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Dari seluruh kematian hampir 25% disebabkan oleh gangguan kelainan jantung dan pembuluh darah.
"Keadaan ini terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan semula karena 30 tahun yang lalu penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan baru akan menjadi masalah utama pada tahun 2000 ke atas. Kenapa ini berlangsung lebih cepat karena adanya perubahan gaya hidup yang berkait dengan perbaikan sosial ekonomi masyarakat kita" ujar Dr. Santoso Karo-karo MPH, SpJP dalam acara simposium "Penatalaksanaan Awal Serangan Jantung dan Otak" yang diselenggarakan oleh Yayasan Peduli jantung dan Stroke" belum lama ini di Jakarta.
Menurut Santoso, penyakit jantung dan pembuluh darah dan penyakit degeneratif lainnya akan semakin banyak menggangu kualitas hidup dan membutuhkan biaya sangat besar.
"Oleh karena itu, kita perlu mawas diri dan sejak dini melakukan upaya terutama dengan menghindari gaya hidup dan kebiasaan yang bisa menimbulkan penyakit-penyakit," Ujar Santoso.
Santoso menyebutkan , secara garis besar penyakit jantung dan pembuluh darah adalah : Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik, hipertensi atau darah tinggi, penyakit jantung bawaan, penyakit otot dan selaput jantung, gangguan irama jantung dan penyakit pembuluh darah perifer.
Menurut Santoso, yang paling penting adalah penyakit Jantung Koroner (PJK) karena ini yang paling banyak terdapat pada usia produktif dan merupakan penyebab kematian utama pada usia 45 tahun keatas. Penyakit darah tinggi (Hipertensi ) terdapat pada 14% penduduk indonesia (MONICA), sedangkan penyakit jantung bawaan terdapat pada 6-8 dari 1000 kelahiran.
PARADIGMA SEHAT
Santoso mengatakan, upaya kuratif termasuk pembedahan dan intervensi non bedah demikian juga upaya sekunder pada umunya memerlukan biaya yang mahal, maka untuyk pencegahan di masyarakat sebaiknya di lakukan pencegahan primer bahkan sedapat mungkin dilakukan pencegahan primodial.
Dengan demikian, kata santoso yang menjadi sasaran adalah orang yang masih sehat dan mengingat bahwa dimulainya awal proses ateros-klerosis adalah sejak usia muda, sasaran ini harus ditujukan terutama pada penduduk usia muda.
Pengalaman di negara-negara maju termasuk Australia ini kematian akibat penyakit kardioveskular dapat diturunkan sampai 30% dan sampai saat ini masih cenderung menurun. Upaya yang mempunyai peran utama adalah pengendalian lipid dan tekanan darah melalui edukasi tentang gaya hidup sehat, konsumsi gizi seimbang serta memelihara berat badan ideal; hidup aktif berolahraga serta tidak merokok. Upaya kuratif yang mahal seperti perawatan intensif, tidak besar peranannya terhadap penurunan moralitas dalam populasi.
Upaya yang diperlukan
Orang sehat tanpa Faktor Resiko Sudah ada faktor resiko tetapi belum sakit
1. Merokok Tidak merokok menganjurkan Orang lain agar tidak merokok
Berhenti merokok seterusnya
2. Konsumsi Makanan Makanan sehat Gizi seimbang memeriksa kadar kolesterol dan gula darah Bila ada dislipidemia melakukan diet. Dan kalau perlu dengan obat untuk mencapai sasaran kadar-kadar kolesterol yang dianjurkan
Memeriksa kadar lipid secara teratur
Bila ada diabetes melakukan diet dan olah raga yang dianjurkan memeriksa kadar gula darah dan fungsi ginjal secara teratur.
3. Tekanan Darah Memeriksa tekanan darah sebelum usia kerja dan sebelum usia 40 tahun Bila ada hipertensi, memeriksa tekanan darah teratur dan menjalani pengobatan
4. Berat Badan Memelihara berat badan ideal Memelihara berat badan ideal
5. Aktifitas fisik dan
Olah raga Hidup sehari-hari yang aktif, jalan setiap hari ( daily walk) Hidup sehari-hari yang aktif dan olah raga teratur sesuai anjuran.
6. Relaksasi Hindari hidup stres dan selalu ada kegiatan relaksasi dan tidur yang cukup Hindari hidup stres dan selalu ada kegiatan relaksasi dan tidur yang cukup
Upaya ini dicakup dalam slogan Panca upaya jantung kesehatan jantung yang dicanangkan oleh Yayasan Jantung Indonesia sejak tahun ini , yaitu "SEHAT" yang merupakan singkatan dari Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hindari Stress, Atasi tekanan darah tinggi, Teratur berolah raga
MENDETEKSI PJKA SECARA DINI
"Apabila kita ingin mendeteksi penyakit jantung koroner (PJK) pada stadium yang sangat dini sekali (artinya belum ada penyempitan ) sampai saat ini belum ada petanda Marker yang bisa bener-bener menunjukan bahwa seseorang sudah menderita stadium awal sekali dari PJK . Kateterisasi jantung, yaitu memasukan pipa lentur kedalam jantung untuk memotret pembuluh darah itu, hanya dapat menunjukan bila sudah ada penyempitan, jadi ini bukan deteksi dini.
Pemeriksaaan ini biayanya mahal dan mempunyai resiko kematian meskipun kecil" Ujar santoso. Pemeriksaan uji latih jantung (treadmill Test) Mampu mendeteksi pada 80% orang yang sudah mempunyai penyempitan pembuluh koroner bermakna, meskipun orang tersebut tidak mempunyai keluhan atau gejala sakit dada dalam keadaan biasa. "Jadi tes ini sebenarnya juga bukan deteksi dini, namun penting apabila kita mencurigai adanya PJK terutama pada usia 40 tahun keatas dan orang-orang yang mempunyai faktor resiko. Biaya pemeriksaan relatif murah." Tuturnya lagi.
Pemeriksaan skening ultrafast bisa menunjukan adanya plak pengapuran sebesar 2 mm di pembuluh darah, namun lagi-lagi ini bukan petanda yang dini sekali. Pemeriksaan ini juyga relatif mahal meskipun bahayanya praktis tidak ada.
Oleh karena itu, kata Santoso, sebenarnya yang penting adalah mendeteksi ada tidaknya faktor resiko pada seseorang jauh sebelum terjadi kelainan di pembuluh darah. Faktor resiko yang dengan mudah dan relatif sangat murah di periksa adalah : riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung atau stroke, tekanan darah tinggi , merokok, berat badan berlebih (gemuk), kelebihan kolesterol (dislipidemia), kencing manis (diabetes militus).
Orang yang mempunyai orang tua kandung atau saudara kandung yang meniggal tiba-tiba, atau mengalami serangan jantung atau stroke pada usia muda dibawah 60 tahun hanrus lebih tanggap. Ia harus mengusahakan agar jangan ada faktor-faktor resiko lain pada dirinya. ia harus sejak dini mengusahakan gaya hidup sehat (tidak merokok, rajin olah raga, makan-makanan sehat-seimbang dll ).
Tekanan darah tinggi dapat di deteksi dengan memeriksakan tekanan darah, pertama kali pada usia remaja, kemudian sebelum memasuki lapangan kerja , dan kalau normal, sekurang-kurannya di ulangi pada usia 40 tahun.
Berat badan dapat di periksa sejak dini, dan bila ada kegemukan (kelebihan berat badan ) segera mengusahakan menurunkannya dengan diet dan olah raga.
Kadar kolesterol perlu diperiksa pada masa kanak-kanak dan usia remaja , apabila di dalam riwayat keluarga ada faktor keturunan yang kuat , misalnya kakek sakit jantung atau stroke, ayah atau ibu juga menderita sakit jantung atau stroke.
Kadar gula darah, juga pada prinsipnya harus di deteksi pada usia dini apabila ada riwayat kencing manis yang kuat di dalam keluarga kandung.
Faktor resiko lain, seperti kadar fibrinogen, homosistein, kadar ipa, tidak begitu penting di periksa sejak dini, dan sampai saat ini belum diterima luas.
INFRAD MIOKARD AKUT
Sementara itu Dr. Jetty Sedyawan SpJP bagian kardiologi FKUI melaporkan, prevalensi penyakit kardioveskular di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Survei Kesehatan Rumah tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1992 menunjukan, bahwa penyakit tersebut telah menempati urutan pertama dalam penyebab kematian. Di negara Amerika Serikat , karena upaya masyarakat, pelayanan kesehatan dan pemerintah dalam penanggulangan penyakit kardioveskular, kejadian penyakit tersebut menurun, namun masih tetap merupakan penyebab uatma kematian. Dilaporkan bahwa setiap tahun terdapat 1,5 juta pasien terkena serangan jantung atau dalam terminologis medis di sebut Infrak Miokard Akut ( IMA ) dan terjadi kematian sejumlah 500 ribu pasien pertahun. Ternaytaa 50% dari kematian tersebut terjadi pada jam pertama IMA dan pada umumnya kematian tersebut terjadi di luar rumah sakit, disebabkan fibrikasi ventrikel.
Kenyataan tersebut, Jetty menunjukan bahwa peran pra rumah sakit merupakan elemen yang strategis dalam menentukan tingkat survival. Peran masyarakat, dokter keluarga, sistem pelayanan gawat darurat dan peran rumah sakit yaitu Instansi Gawat darurat (IGD) di pusat layan kesehatan sangat menentukan dalam keberhasilan penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit kardioveskular. Pasien, keluarga, masyarakat dan dikter keluarga diharapkan peduli perlunya penatalaksanaan IMA dengan cepat dan benar. Keterlambatan meminta pertolongan dan kurangnya kemampuan dokter yang pertama menangani pasien , bukan saja menjadikan pasien masuk dalam resiko tinggi untuk kematian akibat fibrilasi ventrikel, tetapi juga akan meurunkan efektifitas pemberian terapi trombolitik untuk menyelamatkan moikard dan mencegah meluasnya daerah infrak.
lihat sumber asli.http://new.merapi.net/umum/jantung/index.htm
Friday, July 11, 2008
Sumber Informasi Bikin Sakit Jiwa
Kecanduan narkoba atau minuman keras jelas harus diwaspadai . Tapi tidak banyak yang tahu bahwa kecanduan internet ternyata juga harus diwaspadai. Dr.Jerald Block dari American Journal of Psychiatry baru-baru ini menulis bahwa para pecandu internet memenuhi kriteria untuk dianggap memiliki gangguan kejiwaan.
Menurut Jerald, kecanduan internet memiliki cakupan tiga hal yaitu: kecanduan judi, kecanduan pornografi, dan kecanduan komunikasi lewat teks atau chatting. Jenis kecanduan ini memiliki 4 komponen yaitu: kecanduan, penarikan diri, toleransi pada teknologi, dan adanya efek samping.
Para pecandu internet ini memiliki toleransi pada teknologi yang membuat mereka ingin selalu memiliki teknologi terbaru baik itu perangkat lunak maupun perangkat keras. Sementara sebagai efek samping, para pecandu ini akan terasing secara sosial dan mengalami tingkat kepenatan yang tinggi akibat duduk di depan komputer yang terlalu lama.
Di Korea Selatan, pemerintah mulai menanggapi kecanduan internet ini secara serius menyusul 10 kematian karena gangguan jantung yang terjadi di beberapa warnet dan 1 kasus pembunuhan yang berawal dari computer game. Pemerintah Korea Selatan memperkirakan ada sekitar 210 ribu anak muda yang mengalami kecanduan internet dan memerlukan bantuan medis.Sekitar 80% dari angka itu memerlukan perawatan psikotropika dan sekitar 20% bahkan harus dibawa ke rumah sakit.
Tidak seperti di Korea Selatan, di Amerika Serikat sendiri tidak mungkin mendapatkan data statistik seperti itu. Pengguna internet di Amerika kebanyakan menggunakan akses dari rumah sehingga sulit untuk dilacak. Sementara pengguna internet di Asia kebanyakan masih menggunakan jasa layanan internet umum seperti warnet.
Menurut Dr. Jerald, kecanduan ini sulit disembuhkan karena rata-rata pecandu menolak untuk dirawat sementara kemungkinan untuk kambuh cukup besar.
sumber.kapanlagi.com
Kecanduan narkoba atau minuman keras jelas harus diwaspadai . Tapi tidak banyak yang tahu bahwa kecanduan internet ternyata juga harus diwaspadai. Dr.Jerald Block dari American Journal of Psychiatry baru-baru ini menulis bahwa para pecandu internet memenuhi kriteria untuk dianggap memiliki gangguan kejiwaan.
Menurut Jerald, kecanduan internet memiliki cakupan tiga hal yaitu: kecanduan judi, kecanduan pornografi, dan kecanduan komunikasi lewat teks atau chatting. Jenis kecanduan ini memiliki 4 komponen yaitu: kecanduan, penarikan diri, toleransi pada teknologi, dan adanya efek samping.
Para pecandu internet ini memiliki toleransi pada teknologi yang membuat mereka ingin selalu memiliki teknologi terbaru baik itu perangkat lunak maupun perangkat keras. Sementara sebagai efek samping, para pecandu ini akan terasing secara sosial dan mengalami tingkat kepenatan yang tinggi akibat duduk di depan komputer yang terlalu lama.
Di Korea Selatan, pemerintah mulai menanggapi kecanduan internet ini secara serius menyusul 10 kematian karena gangguan jantung yang terjadi di beberapa warnet dan 1 kasus pembunuhan yang berawal dari computer game. Pemerintah Korea Selatan memperkirakan ada sekitar 210 ribu anak muda yang mengalami kecanduan internet dan memerlukan bantuan medis.Sekitar 80% dari angka itu memerlukan perawatan psikotropika dan sekitar 20% bahkan harus dibawa ke rumah sakit.
Tidak seperti di Korea Selatan, di Amerika Serikat sendiri tidak mungkin mendapatkan data statistik seperti itu. Pengguna internet di Amerika kebanyakan menggunakan akses dari rumah sehingga sulit untuk dilacak. Sementara pengguna internet di Asia kebanyakan masih menggunakan jasa layanan internet umum seperti warnet.
Menurut Dr. Jerald, kecanduan ini sulit disembuhkan karena rata-rata pecandu menolak untuk dirawat sementara kemungkinan untuk kambuh cukup besar.
sumber.kapanlagi.com
Segala yang perlu Anda ketahui mengenai Angiografi Koroner (Kateterisasi Jantung)
Apakah Angiografi Koroner
Angiografi koroner adalah suatu prosedur sinar-x (X-Ray) untuk memeriksa pembuluh darah arteri jantung (arteri koroner) dengan kamera khusus untuk melihat apakah pembuluh darah koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan. Prosedur ini ini merupakan suatu prosedur yang penting bila dokter menduga atau mengetahui anda penderita penyakit jantung koroner.
Dokter yang melakukan prosedur ini, dengan hanya melakukan pembiusan lokal, akan memasukkan sebuah selang plastik penjang dan tipis ke dalam sebuah pembuluh darah arteri di lipat paha atau tangan anda. Selang yang tipis dan fleksible ini disebut Kateter, sehinga proseur tersebut juga sering dikenal sebagai Kateterisasi Jantung.
Begitu kateter masuk ke dalam arteri di lipat paha atau tangan Anda, dokter akan memasukkan kateter tersebut sampai ke Aorta (pembuluh darah utama yang keluar dari jantung), tempat muara dari arteri koroner. Selanjutnya diinjeksikan suatu bahan khusus ke dalam arteri koroner dan diambil dengan gambar x-ray nya. Dengan demikian dokter dapat melihat masalah apa yang ada pada arteri koroner Anda.
Apa yang dapat diketahui dari Angiografi
Angiografi koroner dapat mendeteksi adanya penyakit jantung koroner dan merupakan satu-satunya metode yang akurat (Standar Emas - Diagnosis Pasti) untuk memperlihatkan bagian-bagian pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan oleh plak aterosklerosis.
Apakah penyakit Jantung Koroner
Anatomi Pembuluh Darah Koroner Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dari arteri koroner. Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah agar jantung dapat terus bekerja memompa. Arteri koroner terletak diluar jantung dan muaranya keluar dari Aorta.
Plak Aterosklerosis
Pembuluh Koroner Normal dan Tidak Normal Penyempitan atau sumbatan di pembuluh darah koroner disebabkan oleh adanya deposit yang terdiri dari lemak, sel-sel otot polos pembuluh darah koroner dan matriks ekstraselular lainnya (disebut juga plak aterosklerosis) di dinding arteri koroner. Plak ini terbentuk secara perlahan-lahan (bertahun-tahun) dari lapisan dinding pembuluh yang terus bertumbuh ke dalam lumen pembuluh, dan bukan merupakan suatu endapan atau timbunan yang menempel di dinding pembuluh. Bila plak ini sudah besar, maka lumen arteri menjadi menyempit dan aliran darah ke otot jantung akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan sakit dada (Angina Pectoris) atau serangan jantung (Heart Attack).
Angina biasanya timbul bila jantung harus bekerja lebih keras dari normal, seperti selama latihan atau saat emosi. Bagian jantung yang disuplai oleh arteri yang menyempit tidak mendapat cukup oksigen dan menyebabkan sakit dada. Pada serangan jantung, arteri yang menyempit tiba-tiba menjadi tersumbat total karena terbentuknya bekuan darah di arteri yang menyempit.
Bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut tidak menerima oksigen sama sekali dan dapat mengalami kerusakan secara permanen jika aliran darah tidak diperbaiki secara cepat. Untuk mengobati Angina dan untuk mencegah suatu serangan jantung, perlu diketahui pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan dan seberapa parah agar dokter Anda dapat memutuskan pengobatan yang terbaik untuk Anda.
Apakah ada resikonya ?
Seperti pada banyak pemeriksaan medis lainnya, ada beberapa resiko, tetapi masalah yang serius jarang dijumpai. Kebanyakan orang tidak mempunyai masalah, dan jika dokter Anda telah merekomendasikan pemeriksan ini berarti manfaat yang akan didapat dari pemeriksan ini jauh lebih melampaui resiko yang mungkin terjadi.
Masalah yang dapat terjadi adalah memar kecil disekitar tempat penusukkan (masuknya kateter) yang biasanya hilang dalam beberapa hari, benjolan di arteri tempat penusukkan atau iritasi serabut saraf di sekitarnya (dapat menyebabkan mati rasa atau kesemutan lokal yang bersifat sementara). Masalah lain yang juga jarang dijumpai adalah reaksi alergi terhadap bahan kontras. Masalah yang lebih serius dapat terjadi, terutama pada pasien dengan resiko tinggi, dan hal ini dapat didiskusikan dengan dokter Anda.
Persiapan Angiografi Koroner
Secara umum hal-hal dibawah ini secara rutin dilakukan:
1. Sebelum Anda menjalankan prosedur di rumah sakit, dokter akan meminta beberapa pemeriksaan untuk membantu menilai kasus Anda, seperti tes darah, elektrokardiogram, uji latih jantung berbeban (treadmill) dan atau rontgen dada.
2. Anda biasanya datang ke rumah sakit padi hari dan mungkin dirawat untuk satu malam berikutnya, Anda akan diminta untuk berpuasa (tidak boleh makan dan minum) selama 3 sampai 4 jam sebelum prosedur
3. Bila Anda sudah berada di rumah sakit, dokter dan atau perawat akan memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan menjawab setiap pertanyaan yang Anda tanyakan. Selanjutnya Anda akan diminta untuk menandatangi formulir persetujuan untuk prosedur.
4. Anda akan dicukur pada daerah dimana kateter akan dimasukkan, semua perhiasan akan dilepas dan memakai pakaian khusus. Selama prosedur Anda akan tetap sadar.
Prosedur Angiografi Koroner
Angiografi koroner dilakukan dalam suatu laboratorium khusus yang disebut laboratorium kateterisasi ("Cath Lab") yang menyerupai ruang operasi. Disana Anda akan dibaringkan di meja dan dihubungkan dengan suatu alat yang memonitor irama jantung Anda secara terus-menerus.
Sebuah daerah kecil di pergelangan lengan atau lipat paha Anda (tergantung daerah yang akan digunakan) akan dicukur dan dibersihkan. Daerah terseut akan ditutup dengan kain steril. Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau tangan Anda. Selanjutnya kateter dimasukkan ke dalam arteri. Digunakan anestesi lokal karena Anda harus tetap sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti instruksi dokter. Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta), ke muara arteri koroner di jantung. Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama pemeriksaan, karena tidak ada serabut saraf dalam pembuluh darah, maka Anda tidak dapat merasakan gerakan kateter dalam tubuh.
Penempatan kateter Ketika kateter sudah ada di arteri koroner, sejumlah bahan kontras diinjeksikan ke dalam kateter. Gambar sinar-x selanjutnya diambil saat bahan kontras berjalan melalui arteri koroner. Gambar ini terlihat di monitor televisi dan direkam dalam film. Beberapa kateter yang berbeda dipelrukan untuk memeriksa arteri koroner.
Seluruh pemeriksaan memerlukan waktu sekitar 30 menit. Setelah kateter dimasukkan akan ditekan agar darah tidak keluar. Anda selanjutnya tidak diperkenankan menggerakkan kaki atau tangan selama 4-6 jam. Bila pendarahan sudah berhenti, umumnya pasien dapat diperbolehkan pulang. Selanjutnya dokter Anda akan menjelaskan hasil Angiografi. Informasi pemeriksaan tentang jantung dan pembuluh darah koroner akan digunakan untuk menentukan pengobatan Anda dimasa yang akan datang.
Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Tergantung dari jumlah dan beratnya kelainan pada pembuluh koroner, pengobatan untuk penyakit jantung koroner biasanya meiputi paling tidak satu dari dibawah ini :
* Obat-obatan
Dengan obat-obatan dapat melebarkan pembuluh darah, memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan darah atau mengurangi sakit dada (angina). Ini semua mengurani beban kerja jantung pada sebagian kasus mungkin jenis pengobatan ini yang diperlukan.
* Angiplasti Koroner (PTCA / PCI)
Untuk memperbaiki aliran darah ke jantung dengan menggunakan balon spesial untuk membuka pembuluh darah yang menyempit. Bila diperlukan, "Stent" dapat dipasang pada daerah penyempitan, prosedurnya seperti pada Angiografi koroner.
* Bedah Pintas Koroner
Pembuluh darah yang sehat dari dada atau kaki atau lengan dicangkok ke pembuluh darah koroner yang tiak dapat berfungsi dengan baik. Darah selanjutnya dapat mengalir melalui jalan lain dengan melewati bagian yang mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Sumber:
Klinik Jantung Vascular Siloam Gleneagles Hospital - Lippo Karawaci Tanggerang
Apakah Angiografi Koroner
Angiografi koroner adalah suatu prosedur sinar-x (X-Ray) untuk memeriksa pembuluh darah arteri jantung (arteri koroner) dengan kamera khusus untuk melihat apakah pembuluh darah koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan. Prosedur ini ini merupakan suatu prosedur yang penting bila dokter menduga atau mengetahui anda penderita penyakit jantung koroner.
Dokter yang melakukan prosedur ini, dengan hanya melakukan pembiusan lokal, akan memasukkan sebuah selang plastik penjang dan tipis ke dalam sebuah pembuluh darah arteri di lipat paha atau tangan anda. Selang yang tipis dan fleksible ini disebut Kateter, sehinga proseur tersebut juga sering dikenal sebagai Kateterisasi Jantung.
Begitu kateter masuk ke dalam arteri di lipat paha atau tangan Anda, dokter akan memasukkan kateter tersebut sampai ke Aorta (pembuluh darah utama yang keluar dari jantung), tempat muara dari arteri koroner. Selanjutnya diinjeksikan suatu bahan khusus ke dalam arteri koroner dan diambil dengan gambar x-ray nya. Dengan demikian dokter dapat melihat masalah apa yang ada pada arteri koroner Anda.
Apa yang dapat diketahui dari Angiografi
Angiografi koroner dapat mendeteksi adanya penyakit jantung koroner dan merupakan satu-satunya metode yang akurat (Standar Emas - Diagnosis Pasti) untuk memperlihatkan bagian-bagian pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan oleh plak aterosklerosis.
Apakah penyakit Jantung Koroner
Anatomi Pembuluh Darah Koroner Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dari arteri koroner. Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah agar jantung dapat terus bekerja memompa. Arteri koroner terletak diluar jantung dan muaranya keluar dari Aorta.
Plak Aterosklerosis
Pembuluh Koroner Normal dan Tidak Normal Penyempitan atau sumbatan di pembuluh darah koroner disebabkan oleh adanya deposit yang terdiri dari lemak, sel-sel otot polos pembuluh darah koroner dan matriks ekstraselular lainnya (disebut juga plak aterosklerosis) di dinding arteri koroner. Plak ini terbentuk secara perlahan-lahan (bertahun-tahun) dari lapisan dinding pembuluh yang terus bertumbuh ke dalam lumen pembuluh, dan bukan merupakan suatu endapan atau timbunan yang menempel di dinding pembuluh. Bila plak ini sudah besar, maka lumen arteri menjadi menyempit dan aliran darah ke otot jantung akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan sakit dada (Angina Pectoris) atau serangan jantung (Heart Attack).
Angina biasanya timbul bila jantung harus bekerja lebih keras dari normal, seperti selama latihan atau saat emosi. Bagian jantung yang disuplai oleh arteri yang menyempit tidak mendapat cukup oksigen dan menyebabkan sakit dada. Pada serangan jantung, arteri yang menyempit tiba-tiba menjadi tersumbat total karena terbentuknya bekuan darah di arteri yang menyempit.
Bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut tidak menerima oksigen sama sekali dan dapat mengalami kerusakan secara permanen jika aliran darah tidak diperbaiki secara cepat. Untuk mengobati Angina dan untuk mencegah suatu serangan jantung, perlu diketahui pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan dan seberapa parah agar dokter Anda dapat memutuskan pengobatan yang terbaik untuk Anda.
Apakah ada resikonya ?
Seperti pada banyak pemeriksaan medis lainnya, ada beberapa resiko, tetapi masalah yang serius jarang dijumpai. Kebanyakan orang tidak mempunyai masalah, dan jika dokter Anda telah merekomendasikan pemeriksan ini berarti manfaat yang akan didapat dari pemeriksan ini jauh lebih melampaui resiko yang mungkin terjadi.
Masalah yang dapat terjadi adalah memar kecil disekitar tempat penusukkan (masuknya kateter) yang biasanya hilang dalam beberapa hari, benjolan di arteri tempat penusukkan atau iritasi serabut saraf di sekitarnya (dapat menyebabkan mati rasa atau kesemutan lokal yang bersifat sementara). Masalah lain yang juga jarang dijumpai adalah reaksi alergi terhadap bahan kontras. Masalah yang lebih serius dapat terjadi, terutama pada pasien dengan resiko tinggi, dan hal ini dapat didiskusikan dengan dokter Anda.
Persiapan Angiografi Koroner
Secara umum hal-hal dibawah ini secara rutin dilakukan:
1. Sebelum Anda menjalankan prosedur di rumah sakit, dokter akan meminta beberapa pemeriksaan untuk membantu menilai kasus Anda, seperti tes darah, elektrokardiogram, uji latih jantung berbeban (treadmill) dan atau rontgen dada.
2. Anda biasanya datang ke rumah sakit padi hari dan mungkin dirawat untuk satu malam berikutnya, Anda akan diminta untuk berpuasa (tidak boleh makan dan minum) selama 3 sampai 4 jam sebelum prosedur
3. Bila Anda sudah berada di rumah sakit, dokter dan atau perawat akan memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan menjawab setiap pertanyaan yang Anda tanyakan. Selanjutnya Anda akan diminta untuk menandatangi formulir persetujuan untuk prosedur.
4. Anda akan dicukur pada daerah dimana kateter akan dimasukkan, semua perhiasan akan dilepas dan memakai pakaian khusus. Selama prosedur Anda akan tetap sadar.
Prosedur Angiografi Koroner
Angiografi koroner dilakukan dalam suatu laboratorium khusus yang disebut laboratorium kateterisasi ("Cath Lab") yang menyerupai ruang operasi. Disana Anda akan dibaringkan di meja dan dihubungkan dengan suatu alat yang memonitor irama jantung Anda secara terus-menerus.
Sebuah daerah kecil di pergelangan lengan atau lipat paha Anda (tergantung daerah yang akan digunakan) akan dicukur dan dibersihkan. Daerah terseut akan ditutup dengan kain steril. Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau tangan Anda. Selanjutnya kateter dimasukkan ke dalam arteri. Digunakan anestesi lokal karena Anda harus tetap sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti instruksi dokter. Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta), ke muara arteri koroner di jantung. Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama pemeriksaan, karena tidak ada serabut saraf dalam pembuluh darah, maka Anda tidak dapat merasakan gerakan kateter dalam tubuh.
Penempatan kateter Ketika kateter sudah ada di arteri koroner, sejumlah bahan kontras diinjeksikan ke dalam kateter. Gambar sinar-x selanjutnya diambil saat bahan kontras berjalan melalui arteri koroner. Gambar ini terlihat di monitor televisi dan direkam dalam film. Beberapa kateter yang berbeda dipelrukan untuk memeriksa arteri koroner.
Seluruh pemeriksaan memerlukan waktu sekitar 30 menit. Setelah kateter dimasukkan akan ditekan agar darah tidak keluar. Anda selanjutnya tidak diperkenankan menggerakkan kaki atau tangan selama 4-6 jam. Bila pendarahan sudah berhenti, umumnya pasien dapat diperbolehkan pulang. Selanjutnya dokter Anda akan menjelaskan hasil Angiografi. Informasi pemeriksaan tentang jantung dan pembuluh darah koroner akan digunakan untuk menentukan pengobatan Anda dimasa yang akan datang.
Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Tergantung dari jumlah dan beratnya kelainan pada pembuluh koroner, pengobatan untuk penyakit jantung koroner biasanya meiputi paling tidak satu dari dibawah ini :
* Obat-obatan
Dengan obat-obatan dapat melebarkan pembuluh darah, memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan darah atau mengurangi sakit dada (angina). Ini semua mengurani beban kerja jantung pada sebagian kasus mungkin jenis pengobatan ini yang diperlukan.
* Angiplasti Koroner (PTCA / PCI)
Untuk memperbaiki aliran darah ke jantung dengan menggunakan balon spesial untuk membuka pembuluh darah yang menyempit. Bila diperlukan, "Stent" dapat dipasang pada daerah penyempitan, prosedurnya seperti pada Angiografi koroner.
* Bedah Pintas Koroner
Pembuluh darah yang sehat dari dada atau kaki atau lengan dicangkok ke pembuluh darah koroner yang tiak dapat berfungsi dengan baik. Darah selanjutnya dapat mengalir melalui jalan lain dengan melewati bagian yang mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Sumber:
Klinik Jantung Vascular Siloam Gleneagles Hospital - Lippo Karawaci Tanggerang
Rumah Sakit Pun Bisa Bikin Sakit
Suasana di sebuah rumah sakit di Jakarta saat terjadi lonjakan pasien demam berdarah beberapa saat lalu. Kondisi yang higienis, bahkan di rumah sakit sekalipun, dapat mengakibatkan infeksi, baik bagi penderita, keluarga pasien yang menunggu, maupun petugas kesehatan yang sedang bertugas.
Suasana hiruk-pikuk menyergap saat memasuki bangunan tua Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta, siang itu. Pasien dan keluarganya bercampur baur memadati ruang poliklinik dan tempat pengambilan obat. Sebagian pengunjung terpaksa menunggu di luar karena ruangan terlalu sesak.
Keletihan terpancar di wajah mereka. Sebagian dari mereka duduk lesehan di lorong-lorong, termasuk sejumlah anak balita. Beberapa orang lagi tidur beralaskan tikar di lorong rumah sakit tanpa memedulikan bising di sekitarnya. Sejumlah pengunjung tampak dengan lahap memakan bekal dari rumah untuk mengganjal perut.
Sementara itu, petugas kesehatan hilir-mudik, sebagian tampak mendorong kereta mengangkut pasien melintasi lorong yang dipadati pengunjung. Selama menanti giliran pemeriksaan kesehatan, kereta berisi pasien itu ditempatkan di selasar rumah sakit, bercampur dengan pengunjung lain.
Aroma obat-obatan menyengat saat berada di bangsal-bangsal rawat inap kelas tiga maupun di ruang unit gawat darurat (UGD). Di dalam bangsal, sebagian pasien tampak ditemani keluarganya.
Pada jam-jam tertentu, pasien di bangsal secara bergiliran didatangi petugas kesehatan untuk dipantau kondisinya entah dengan pengukuran tensi darah, pengambilan sampel darah untuk uji laboratorium.
Sumber infeksi
Sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit merupakan ajang pertemuan pasien, keluarga pasien, pembesuk, petugas kesehatan, bahkan pedagang asongan. Akibatnya, kebersihan lingkungan sulit dijaga, sampah bertebaran di berbagai sudut, terutama di rumah sakit pemerintah yang menjadi tumpuan warga miskin.
Kurang higienisnya lingkungan dan fasilitas perawatan kesehatan ini turut memicu munculnya infeksi. Dalam buku panduan DiagNews Edisi Khusus Program NICE disebutkan, infeksi pada umumnya dikategorikan sebagai infeksi yang diperoleh dari komunitas (CAI) atau infeksi yang didapat dari perawatan kesehatan (HAI), disebut juga sebagai infeksi nosokomial.
Istilah infeksi nosokomial mengacu pada infeksi mulai 48 jam atau berikutnya setelah masuk ke fasilitas perawatan kesehatan. Menurut dr Sardikin Giriputro, Direktur Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta, HAI merupakan masalah sulit dalam perawatan. Kriteria terjadinya HAI adalah sewaktu penderita masuk rumah sakit tidak dalam masa inkubasi dan tak ada gejala klinis, bukan dampak dari infeksi sebelumnya, serta gejala klinis timbul lebih dari 48 jam setelah dirawat atau tergantung dari masa inkubasi.
Sejauh ini, infeksi yang terkait perawatan kesehatan merupakan masalah besar di negara-negara seperti Jerman, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. Rata-rata 5-10 persen dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit di negara-negara barat terkena infeksi di dalam fasilitas perawatan kesehatan, yang menghasilkan jutaan kasus infeksi per tahun di tiap negara.
Di negara-negara berkembang, tingkat infeksi mencapai lebih dari 50 persen. Tingkat infeksi bergantung pada tiap fasilitas, bahkan di bangsal atau ruang operasi. Sejumlah studi menunjukkan 17,6 persen yang mendapat infeksi di RS Universitas Maroko—50 persen didapat dari bagian ruang gawat daruratnya. Sebanyak 16,5 persen di RS Universitas Brasil, 48,3 persen di RS militer Arab Saudi, dan 10 persen di RS Universitas India Barat di mana 67 persen pasien terkena HAI di ruang UGD.
”Infeksi di rumah sakit merupakan persoalan serius yang jadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien, tetapi mengakibatkan pasien dirawat lebih lama,” kata Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Farid W Husain. Saat ini, infeksi nosokomial di rumah sakit mencapai 9 persen atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia.
Sekitar satu dari 20 pasien HAI meninggal dunia-90.000 pasien setiap tahunnya di Amerika Serikat, dan 19.000 kasus dari MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus)-bakteri Staphylococcus aureus yang resistan terhadap obat meticilin dalam spektrum luas. MRSA umum ditemukan pada 25-30 persen di kulit semua orang. Di sejumlah negara Eropa, rata-rata 20.000 orang meninggal dunia tiap tahunnya dan sekitar 10 persen di antaranya dari MRSA.
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik disebabkan penggunaan yang tidak sesuai dan pengobatan sendiri, ketidakpatuhan pasien seperti penghentian pengobatan, manajemen higienitas yang tidak cukup, dan tidak mengikuti praktik yang telah terbukti.
Biaya tambahan perawatan kesehatan tiap pasien bisa lebih besar dari biaya asli perawatannya. Di AS tambahan biaya bisa mencapai 150.000 dollar AS. Beban ekonomi terkait dengan biaya langsung, kehilangan tenaga kerja, dan yang lain mencapai 90 miliar dollar AS per tahun untuk Amerika saja—biaya perawatan kesehatannya 30 miliar dollar AS.
Di Indonesia, jumlah studi mengenai masalah itu masih terbatas. Dari data statistik dunia dan tingginya tingkat infeksi di negara-negara berkembang, HAI juga merupakan masalah di Indonesia, yang mungkin juga telah memengaruhi jutaan pasien. Dengan potensi jutaan jenis infeksi di Indonesia, masalah HAI sesungguhnya lebih serius seperti halnya HIV atau flu burung. Di AS, HAI adalah penyebab kematian terbesar keempat.
Penyebab HAI
Infeksi yang terkait perawatan kesehatan disebabkan beragam bakteri, jamur, dan virus patogen disebut HAI. Infeksi ini didapat dari fasilitas kesehatan yang memengaruhi orang-orang dengan daya tahan tubuh atau imunitas menurun.
New York State Health menyebutkan, infeksi aliran darah adalah manifestasi klinis utama dari HAI, diikuti infeksi saluran kencing dan pneumonia. Infeksi lain yang juga bisa terjadi adalah infeksi saluran pencernaan, infeksi situs pembedahan, serta infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan.
Infeksi ini ada beberapa jenis bakteri penyebabnya. Contoh, infeksi aliran darah terutama disebabkan coagulase-negative staphylococci, selain dari Staph aureus. Enterokokus, jamur, S aureus, Enterobacter, Pseudomonas, dan Acinetobakter baumannii yang meningkat adalah penyebab infeksi aliran darah. Sementara infeksi saluran kencing sering disebabkan gram-negative Enterobacteriacea diikuti jamur dan Enterococci.
Salah satu patogen utama infeksi rumah sakit adalah MRSA. Bahayanya, MRSA mempunyai kemampuan untuk memiliki gen yang resisten atau kebal terhadap antibiotik. MRSA menyebabkan 50 persen dari semua infeksi yang didapat dari rumah sakit di Amerika Serikat. Ada banyak bakteri resisten lain yang ditularkan di rumah sakit.
Ada beberapa rute infeksi dengan mikroorganisme, yaitu kontak langsung, aliran udara, peralatan yang umum, dan vektor, misalnya melalui kontak dengan pasien, pengunjung, atau di area tunggu. Sementara penyebaran secara langsung antara lain kontaminasi melalui tangan dan baju petugas, dan penularan langsung maupun tak langsung terjadi lewat obyek dari cairan tubuh, serta kontak lewat udara melalui bersin atau batuk.
Selain itu juga infeksi melalui vektor seperti tikus, gigitan nyamuk, sistem sirkulasi udara, sarana umum seperti makanan dan obat-obatan, air minum, serta higienitas. Akan tetapi, ada juga yang cara penyebarannya kurang jelas. Stetoskop bisa saja membawa patogen dari pasien sebelumnya, sedangkan formulir laboratorium bisa mengandung bakteri dari sampel yang diambil.
Kain pel juga bisa membawa kuman dari UGD ke dalam ruang bersalin, demikian juga ban kursi roda atau brankar. Bahkan, obat dan peralatan bisa menyebarkan infeksi, misalnya jarum infus yang steril dapat membawa pyrogen. Lemak sapi yang digunakan sebagai pengobatan luka bakar di daerah-daerah pedalaman juga bisa mengandung cacar sapi.
Jaga kebersihan
Manajemen higienitas yang ketat merupakan cara terbaik untuk mengurangi risiko infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Di Amerika Serikat, program Sistem Pengawasan Infeksi Nosokomial Nasional (NNIS) yang telah dikembangkan sejak awal tahun 1970 untuk memerangi infeksi di rumah sakit telah diikuti sekitar 300 rumah sakit menengah dan besar di 42 negara bagian secara sukarela. Kini, sistem itu telah ditetapkan sebagai jaringan pusat pengetahuan dan basis data.
”Yang harus dilawan bukan infeksi, tetapi terjangkitnya infeksi itulah yang harus dihindari. Lingkungan tidak akan pernah bebas dari patogen, tetapi jalur kebersihan dalam pengobatan seperti mencuci tangan harus jadi fokus utama untuk mencegah infeksi,” kata Kepala Subdirektorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik di RS Khusus Ditjen Bina Pelayanan Medik Depkes drg Yosephine Lebang menegaskan.
”Kebersihan tangan juga harus dijaga untuk memutus rantai penularan infeksi karena tangan merupakan media transmisi patogen tersering di rumah sakit. Jadi, staf rumah sakit harus mencuci tangan mereka dengan cermat sebelum dan sesudah kontak fisik dengan pasien. Hai ini dilakukan dengan menggunakan sabun atau larutan aktif antibakteri secara teratur,” ujar Yosephine.
Salah satu cara pencegahan infeksi yang diperoleh di rumah sakit adalah mengisolasi pasien yang terinfeksi dan menjalankan peraturan pengisolasian ketat antara staf dan pengunjung. Hal ini meliputi pemisahan kereta, pakaian petugas, dan pembersihan alat dengan diberi kode warna. Ruangan dibersihkan dengan desinfektan setelah pasien selesai dirawat. Selain itu, pemberian resep antibiotik oleh semua dokter di rumah sakit perlu dibatasi secara ketat.
Menurut pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang kebersihan tangan yang diterbitkan Juli 2006, sebagai standar praktik kebersihan tangan di pelayanan kesehatan adalah dengan produk berbasis alkohol dan cuci tangan diperlukan pada situasi tertentu. Juga petugas harus menjaga kukunya agar pendek-bersih, menghindari pemakaian kuteks dan kuku palsu, serta tidak memakai cincin, gelang, dan arloji.
Masalahnya adalah bagaimana meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar praktik kebersihan tangan. Menurut hasil survei di RSPI Sulianti Saroso, misalnya, meski sarana dan prasarana untuk cuci tangan tersedia, petugas tidak mencuci tangan saat akan melakukan tindakan dan baru cuci tangan setelah tindakan medis.
Penggunaan alat pelindung juga tidak sesuai peraturan, seperti tidak memakai sarung tangan, petugas masih sering tidak menyarungkan kembali jarum suntik, dan tidak mengembalikan ke tempatnya dalam pengelolaan alat tajam. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai sering melebihi waktu yang ditentukan, dalam pengolahan limbah juga masih terjadi pencampuran antara limbah medis dan nonmedis.
Demi meningkatkan standar keamanan pasien, Depkes telah menerbitkan aturan mengenai pedoman manajerial program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPI RS) dan fasilitas pelayanan kesehatan lain melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007. Depkes juga menetapkan lima rumah sakit sebagai pusat pelatihan regional pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu RS Umum Pusat Adam Malik Medan, RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, RSUD Dr Soetomo Surabaya, dan RSUP Sanglah Denpasar.
Bekerja sama dengan pihak swasta, pemerintah juga meluncurkan program No Infection Campaign and Education (NICE). Program ini diracang untuk mengubah perilaku petugas kesehatan di seratus rumah sakit mulai Juni 2008 hingga Oktober 2009. Diharapkan, dari hal sederhana seperti menjaga kebersihan tangan, infeksi di rumah sakit yang bisa menyebabkan kematian pasien bisa dicegah.
kompas.com
Suasana di sebuah rumah sakit di Jakarta saat terjadi lonjakan pasien demam berdarah beberapa saat lalu. Kondisi yang higienis, bahkan di rumah sakit sekalipun, dapat mengakibatkan infeksi, baik bagi penderita, keluarga pasien yang menunggu, maupun petugas kesehatan yang sedang bertugas.
Suasana hiruk-pikuk menyergap saat memasuki bangunan tua Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta, siang itu. Pasien dan keluarganya bercampur baur memadati ruang poliklinik dan tempat pengambilan obat. Sebagian pengunjung terpaksa menunggu di luar karena ruangan terlalu sesak.
Keletihan terpancar di wajah mereka. Sebagian dari mereka duduk lesehan di lorong-lorong, termasuk sejumlah anak balita. Beberapa orang lagi tidur beralaskan tikar di lorong rumah sakit tanpa memedulikan bising di sekitarnya. Sejumlah pengunjung tampak dengan lahap memakan bekal dari rumah untuk mengganjal perut.
Sementara itu, petugas kesehatan hilir-mudik, sebagian tampak mendorong kereta mengangkut pasien melintasi lorong yang dipadati pengunjung. Selama menanti giliran pemeriksaan kesehatan, kereta berisi pasien itu ditempatkan di selasar rumah sakit, bercampur dengan pengunjung lain.
Aroma obat-obatan menyengat saat berada di bangsal-bangsal rawat inap kelas tiga maupun di ruang unit gawat darurat (UGD). Di dalam bangsal, sebagian pasien tampak ditemani keluarganya.
Pada jam-jam tertentu, pasien di bangsal secara bergiliran didatangi petugas kesehatan untuk dipantau kondisinya entah dengan pengukuran tensi darah, pengambilan sampel darah untuk uji laboratorium.
Sumber infeksi
Sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit merupakan ajang pertemuan pasien, keluarga pasien, pembesuk, petugas kesehatan, bahkan pedagang asongan. Akibatnya, kebersihan lingkungan sulit dijaga, sampah bertebaran di berbagai sudut, terutama di rumah sakit pemerintah yang menjadi tumpuan warga miskin.
Kurang higienisnya lingkungan dan fasilitas perawatan kesehatan ini turut memicu munculnya infeksi. Dalam buku panduan DiagNews Edisi Khusus Program NICE disebutkan, infeksi pada umumnya dikategorikan sebagai infeksi yang diperoleh dari komunitas (CAI) atau infeksi yang didapat dari perawatan kesehatan (HAI), disebut juga sebagai infeksi nosokomial.
Istilah infeksi nosokomial mengacu pada infeksi mulai 48 jam atau berikutnya setelah masuk ke fasilitas perawatan kesehatan. Menurut dr Sardikin Giriputro, Direktur Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta, HAI merupakan masalah sulit dalam perawatan. Kriteria terjadinya HAI adalah sewaktu penderita masuk rumah sakit tidak dalam masa inkubasi dan tak ada gejala klinis, bukan dampak dari infeksi sebelumnya, serta gejala klinis timbul lebih dari 48 jam setelah dirawat atau tergantung dari masa inkubasi.
Sejauh ini, infeksi yang terkait perawatan kesehatan merupakan masalah besar di negara-negara seperti Jerman, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. Rata-rata 5-10 persen dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit di negara-negara barat terkena infeksi di dalam fasilitas perawatan kesehatan, yang menghasilkan jutaan kasus infeksi per tahun di tiap negara.
Di negara-negara berkembang, tingkat infeksi mencapai lebih dari 50 persen. Tingkat infeksi bergantung pada tiap fasilitas, bahkan di bangsal atau ruang operasi. Sejumlah studi menunjukkan 17,6 persen yang mendapat infeksi di RS Universitas Maroko—50 persen didapat dari bagian ruang gawat daruratnya. Sebanyak 16,5 persen di RS Universitas Brasil, 48,3 persen di RS militer Arab Saudi, dan 10 persen di RS Universitas India Barat di mana 67 persen pasien terkena HAI di ruang UGD.
”Infeksi di rumah sakit merupakan persoalan serius yang jadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien, tetapi mengakibatkan pasien dirawat lebih lama,” kata Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Farid W Husain. Saat ini, infeksi nosokomial di rumah sakit mencapai 9 persen atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia.
Sekitar satu dari 20 pasien HAI meninggal dunia-90.000 pasien setiap tahunnya di Amerika Serikat, dan 19.000 kasus dari MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus)-bakteri Staphylococcus aureus yang resistan terhadap obat meticilin dalam spektrum luas. MRSA umum ditemukan pada 25-30 persen di kulit semua orang. Di sejumlah negara Eropa, rata-rata 20.000 orang meninggal dunia tiap tahunnya dan sekitar 10 persen di antaranya dari MRSA.
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik disebabkan penggunaan yang tidak sesuai dan pengobatan sendiri, ketidakpatuhan pasien seperti penghentian pengobatan, manajemen higienitas yang tidak cukup, dan tidak mengikuti praktik yang telah terbukti.
Biaya tambahan perawatan kesehatan tiap pasien bisa lebih besar dari biaya asli perawatannya. Di AS tambahan biaya bisa mencapai 150.000 dollar AS. Beban ekonomi terkait dengan biaya langsung, kehilangan tenaga kerja, dan yang lain mencapai 90 miliar dollar AS per tahun untuk Amerika saja—biaya perawatan kesehatannya 30 miliar dollar AS.
Di Indonesia, jumlah studi mengenai masalah itu masih terbatas. Dari data statistik dunia dan tingginya tingkat infeksi di negara-negara berkembang, HAI juga merupakan masalah di Indonesia, yang mungkin juga telah memengaruhi jutaan pasien. Dengan potensi jutaan jenis infeksi di Indonesia, masalah HAI sesungguhnya lebih serius seperti halnya HIV atau flu burung. Di AS, HAI adalah penyebab kematian terbesar keempat.
Penyebab HAI
Infeksi yang terkait perawatan kesehatan disebabkan beragam bakteri, jamur, dan virus patogen disebut HAI. Infeksi ini didapat dari fasilitas kesehatan yang memengaruhi orang-orang dengan daya tahan tubuh atau imunitas menurun.
New York State Health menyebutkan, infeksi aliran darah adalah manifestasi klinis utama dari HAI, diikuti infeksi saluran kencing dan pneumonia. Infeksi lain yang juga bisa terjadi adalah infeksi saluran pencernaan, infeksi situs pembedahan, serta infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan.
Infeksi ini ada beberapa jenis bakteri penyebabnya. Contoh, infeksi aliran darah terutama disebabkan coagulase-negative staphylococci, selain dari Staph aureus. Enterokokus, jamur, S aureus, Enterobacter, Pseudomonas, dan Acinetobakter baumannii yang meningkat adalah penyebab infeksi aliran darah. Sementara infeksi saluran kencing sering disebabkan gram-negative Enterobacteriacea diikuti jamur dan Enterococci.
Salah satu patogen utama infeksi rumah sakit adalah MRSA. Bahayanya, MRSA mempunyai kemampuan untuk memiliki gen yang resisten atau kebal terhadap antibiotik. MRSA menyebabkan 50 persen dari semua infeksi yang didapat dari rumah sakit di Amerika Serikat. Ada banyak bakteri resisten lain yang ditularkan di rumah sakit.
Ada beberapa rute infeksi dengan mikroorganisme, yaitu kontak langsung, aliran udara, peralatan yang umum, dan vektor, misalnya melalui kontak dengan pasien, pengunjung, atau di area tunggu. Sementara penyebaran secara langsung antara lain kontaminasi melalui tangan dan baju petugas, dan penularan langsung maupun tak langsung terjadi lewat obyek dari cairan tubuh, serta kontak lewat udara melalui bersin atau batuk.
Selain itu juga infeksi melalui vektor seperti tikus, gigitan nyamuk, sistem sirkulasi udara, sarana umum seperti makanan dan obat-obatan, air minum, serta higienitas. Akan tetapi, ada juga yang cara penyebarannya kurang jelas. Stetoskop bisa saja membawa patogen dari pasien sebelumnya, sedangkan formulir laboratorium bisa mengandung bakteri dari sampel yang diambil.
Kain pel juga bisa membawa kuman dari UGD ke dalam ruang bersalin, demikian juga ban kursi roda atau brankar. Bahkan, obat dan peralatan bisa menyebarkan infeksi, misalnya jarum infus yang steril dapat membawa pyrogen. Lemak sapi yang digunakan sebagai pengobatan luka bakar di daerah-daerah pedalaman juga bisa mengandung cacar sapi.
Jaga kebersihan
Manajemen higienitas yang ketat merupakan cara terbaik untuk mengurangi risiko infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Di Amerika Serikat, program Sistem Pengawasan Infeksi Nosokomial Nasional (NNIS) yang telah dikembangkan sejak awal tahun 1970 untuk memerangi infeksi di rumah sakit telah diikuti sekitar 300 rumah sakit menengah dan besar di 42 negara bagian secara sukarela. Kini, sistem itu telah ditetapkan sebagai jaringan pusat pengetahuan dan basis data.
”Yang harus dilawan bukan infeksi, tetapi terjangkitnya infeksi itulah yang harus dihindari. Lingkungan tidak akan pernah bebas dari patogen, tetapi jalur kebersihan dalam pengobatan seperti mencuci tangan harus jadi fokus utama untuk mencegah infeksi,” kata Kepala Subdirektorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik di RS Khusus Ditjen Bina Pelayanan Medik Depkes drg Yosephine Lebang menegaskan.
”Kebersihan tangan juga harus dijaga untuk memutus rantai penularan infeksi karena tangan merupakan media transmisi patogen tersering di rumah sakit. Jadi, staf rumah sakit harus mencuci tangan mereka dengan cermat sebelum dan sesudah kontak fisik dengan pasien. Hai ini dilakukan dengan menggunakan sabun atau larutan aktif antibakteri secara teratur,” ujar Yosephine.
Salah satu cara pencegahan infeksi yang diperoleh di rumah sakit adalah mengisolasi pasien yang terinfeksi dan menjalankan peraturan pengisolasian ketat antara staf dan pengunjung. Hal ini meliputi pemisahan kereta, pakaian petugas, dan pembersihan alat dengan diberi kode warna. Ruangan dibersihkan dengan desinfektan setelah pasien selesai dirawat. Selain itu, pemberian resep antibiotik oleh semua dokter di rumah sakit perlu dibatasi secara ketat.
Menurut pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang kebersihan tangan yang diterbitkan Juli 2006, sebagai standar praktik kebersihan tangan di pelayanan kesehatan adalah dengan produk berbasis alkohol dan cuci tangan diperlukan pada situasi tertentu. Juga petugas harus menjaga kukunya agar pendek-bersih, menghindari pemakaian kuteks dan kuku palsu, serta tidak memakai cincin, gelang, dan arloji.
Masalahnya adalah bagaimana meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar praktik kebersihan tangan. Menurut hasil survei di RSPI Sulianti Saroso, misalnya, meski sarana dan prasarana untuk cuci tangan tersedia, petugas tidak mencuci tangan saat akan melakukan tindakan dan baru cuci tangan setelah tindakan medis.
Penggunaan alat pelindung juga tidak sesuai peraturan, seperti tidak memakai sarung tangan, petugas masih sering tidak menyarungkan kembali jarum suntik, dan tidak mengembalikan ke tempatnya dalam pengelolaan alat tajam. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai sering melebihi waktu yang ditentukan, dalam pengolahan limbah juga masih terjadi pencampuran antara limbah medis dan nonmedis.
Demi meningkatkan standar keamanan pasien, Depkes telah menerbitkan aturan mengenai pedoman manajerial program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPI RS) dan fasilitas pelayanan kesehatan lain melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007. Depkes juga menetapkan lima rumah sakit sebagai pusat pelatihan regional pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu RS Umum Pusat Adam Malik Medan, RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, RSUD Dr Soetomo Surabaya, dan RSUP Sanglah Denpasar.
Bekerja sama dengan pihak swasta, pemerintah juga meluncurkan program No Infection Campaign and Education (NICE). Program ini diracang untuk mengubah perilaku petugas kesehatan di seratus rumah sakit mulai Juni 2008 hingga Oktober 2009. Diharapkan, dari hal sederhana seperti menjaga kebersihan tangan, infeksi di rumah sakit yang bisa menyebabkan kematian pasien bisa dicegah.
kompas.com
Subscribe to:
Posts (Atom)