Friday, May 30, 2008

Hubungan antara antikolinergik dan fungsi kognitif


Sebuah hasil penelitian baru-baru ini dipresentasikan dalam sebuah pertemuan American Academy of Neurology ke-60 tahun 2008 di Chicago baru-baru ini, dimana dalam pertemuan tersebut berhasil menjelaskan bahwa ternyata semua obat-obatan yang mempunyai efek antikolinergik berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif pada orang tua.

Temuan ini sekaligus merupakan sebuah anjuran kepada dokter untuk lebih berhati-hati dalam meresepkan obat-obatan yang memungkinkan akan mempunyai efek tersebut, demikian menurut penjelasan Dr. Jack Tsao, seorang profesor di bidang Neurologi yang bertugas di Universitas Uniformed Services di Bethesda, Maryland, Amerika.

Efek antikolinergik yang kuat sering terdapat pada obat-obat antiparkinson dan obat yang dapat dipakai untuk mengatasi “overactive-bladder” atau gangguan berkemih, selain itu juga disebutkan ada beberapa obat yang mempunyai efek antikolinergik diantaranya seperti Warfarin, Furosemide, Hydrochlorothiazide (HCT), serta Ranitidine meski efek antikoklinegik yang lemah.

Ketika kita membaca literatur, kebanyakan pengobatan tidak disebutkan dalam brosurnya mempunyai efek antikolinergik, padahal secara nyata bahwa efek tersebut ada secara in-vitro. Melihat kenyataan tersebut, hal in merupakan sebuah problem yang potensial pada populasi yang besar, dengan mengacu dari sebuah data sebuah penelitian “Rush Religious Orders Study”, yang melakukan penelitian jangka panjang bermetode kohort yang merekrut semuanya adalah orang tua dan demensia, sebanyak 870 dan kurang dari 1 tahun dilakukan follow-up evaluasi.

Saat baseline dan evaluasi secara klinik, pengobatan dan penggunaan suplemen dilakukan pengamatan secara seksama dari setiap obat-obatan di dalam botol dan fungsi kognitif secara klinik diukur dalam 21 item pengukuran dengan alat khusus yang dinamakan “neuropsychological battery”.

Pasien dibagi ke dalam kelompoknya dan kemudian di daftar, pasien yang mendapatkan obat yang ada efek antikolinergik sebanyak 679 dan sama sekali tidak menggunakan obat yang memberikan efek antikolinergik sebanyak 191 pasien. Setiap peserta yang ikut dilakukan observasi selama 7,8 tahun, dan kemudian dicatat, dan diamati model dari regresinya, yang dicocokkan dengan jenis kelamin, usia serta nilai rata-rata dari penurunan fungsi kognitifnya setiap individu sebelum dan sesudah diterapi dengan obat antikolinergik. Dr. Tsao melaporkan angka kejadian yang ada tidak bermakna baik pada kelompok yang sedang mendapatkan obat atau kelompok referensi yang menggunakan obat antikolinergik. Bagaimanapun kelompok yang menjadi referensi, pengalami penurunan fungsi kognitif setelah menggunakan obat tersebut rata-rata adalah 0,045 unit/pertahun akan mengalami lebih cepat penurunan fungsi kognitif(P= 0,0044). Perlu disampaikan bahwa semua peserta yang masuk dalam penelitian ini awalnya mempunyai fungsi kognitif yang normal, dan ditanyakan tidak ada satupun dari mereka yang menggunakan obat antikolinergik, peneliti menyimpulkan bahwa terapi antikolinergik pada awal berhubungan dengan cepatnya peserta dalam mengalami penurunan fungsi kognitif. Ke depan perlu ada langkah-langkah serta upaya dalam menilai potensi obat ini dalam menurunkan performa dari fungsi memori.



kalbe.co.id

No comments: