Puasa bagi Penderita Diabetes Melitus..!
DI bulan Ramadhan ini, undangan buka bersama tentu berderet-deret untuk didatangi. Dari undangan berbuka di rumah kolega, sampai di hotel berbintang. Di rumah, hidangan juga tidak kalah spesial. Semuanya menggugah selera. Namun, bagaimana dengan penderita diabetes melitus (DM) dalam menghadapi puasa dan hidangan buka puasa yang sangat menggoda?
Dibutuhkan disiplin diri buat pasien DM. Jika tidak, kadar gula darah bisa tidak seimbang dan itu berbahaya bagi penderita DM," demikian dikatakan dr Sri Kurniati MS, ahli Gizi dari RSAB Harapan Kita Jakarta.
Namun, sebelum penderita DM menjalani puasa, sebaiknya mereka mengukur kadar gula dan membuat agar kadar glukosa darah terkendali. Yang dimaksud dengan kadar glukosa darah terkendali baik ialah kadar glukosa darah dipertahankan kurang dari 110 mg/dl selama puasa dan 160 mg/dl setelah dua jam makan.
Sri menambahkan, kondisi gula darah tidak seimbang jika pasien terus-menerus makan makanan yang memakai gula dalam jumlah banyak. "Pasien masih tetap boleh mengonsumsi gula, asalkan jumlahnya sedikit atau memakai gula diet."
Jika pasien bisa berdisiplin diri dengan tidak mengonsumsi makanan yang manis-manis atau dalam jumlah yang terbatas, maka pasien tidak akan mengalami gangguan yang berarti. Dia bisa tetap menjalani puasa dengan baik, tanpa harus takut kadar gula darah berfluktuasi.
"Sama sekali tidak mengonsumsi gula atau makanan yang mengandung gula, juga tidak baik. Dia akan menderita hipoglikemia atau kekurangan kadar gula dalam darah," tegas Sri.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan di mana penderita akan mengalami gelisah dan berkeringat, gemetar, berdebar-debar, rasa semutan pada lidah dan bibir, penglihatan ganda, bingung. Bila dibiarkan berlanjut dapat terjadi kesadaran menurun dan kejang-kejang. Penderita DM lanjut usia harus menghindari terjadinya hipoglikemia karena akibatnya bisa sangat fatal.
Biasanya, hipoglikemia terjadi pada sore hari, saat menjelang buka puasa. Jika hipoglikemia terjadi, sebaiknya segeralah membatalkan puasa dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang manis seperti sirup, buah kurma, kolak, dan sebagainya. Setelah itu barulah menyantap makanan lengkap.
Sementara Dr Pradana Soewondo, SpPD dari Subbagian Metabolik Endokrin Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI mengatakan, pasien DM dengan komplikasi berat seperti gagal ginjal atau gagal jantung, sebaiknya tidak berpuasa. "Berpuasa dapat memperberat komplikasi yang sudah terjadi," tegas Pradana.
MENURUT Sri, sebenarnya makanan yang dikonsumsi penderita DM selama berpuasa harus sama dengan makanan yang dikonsumsi sehari-hari saja, namun yang perlu diperhatikan adalah pembagian porsi makanan. "Sebaiknya, setelah tarawih, pasien DM makan lagi untuk menjaga kadar gulanya. Paling tidak dia bisa makan dua buah crakers," kata Sri.
Penderita diabetes memiliki kemampuan tubuh yang terbatas dalam hal pengaturan metabolisme hidrat arang, maka harus diperhatikan juga proses pengaturan jumlah kalori, jadwal makan, jadwal minum obat, serta jenis-jenis makanan yang dikonsumsi secara benar dan tepat.
Dalam keadaan berpuasa, melalui proses biokimia yang melibatkan sistem hormon dan syaraf, hati melakukan pelepasan cadangan glukosa (gula darah) dan membentuk glukosa baru dari sisa pembakaran dalam tubuh. Mekanisme ini memungkinkan terjadinya peningkatan kadar gula darah selama berpuasa.
Pada saat sahur, sebaiknya pasien DM mengonsumsi makanan dalam jumlah normal sarapan. Lalu pada saat berbuka, porsi dan jenis makanan bisa disamakan dengan jumlah makanan siang atau sedikit lebih banyak. Makanan berbuka ini bisa disantap langsung pada saat berbuka ataupun setelah shalat Magrib. "Jangan makan langsung dalam jumlah terlalu banyak. Usus dan hormon yang telah berhenti bekerja selama 13 jam, jika tiba-tiba disuruh bekerja keras, akan menimbulkan rasa sakit," kata Sri.
Sri menambahkan, puasa tidak akan menyebabkan penurunan berat badan yang menyolok, sehingga makanlah dengan wajar. "Penurunannya hanya sekitar 5-10 persen berat badan, karena puasa hanya berlangsung selama satu bulan. Setelah puasa selesai, berat badan bisa kembali ke berat semula," kata Sri.
LALU, bagaimana menentukan menu yang boleh dikonsumsi penderita DM? Baik Sri maupun Pradana menyarankan agar penderita DM berkonsultasi dulu pada dokter dan ahli gizi. "Yang juga perlu diperhatikan adalah jadwal makan yang berubah, otomatis jadwal mengonsumsi obat juga berubah," kata Pradana.
Perubahan jadwal makan dan mengonsumsi obat ini bisa menimbulkan hipoglikemia seperti yang di atas telah dijelaskan. Menurut Pradana, obat-obatan diabetes yang biasanya diminum pagi hari diubah menjadi waktu berbuka puasa. Sedangkan dosis sore dipindahkan pada waktu makan sahur.
Untuk penderita yang gemar melakukan aktivitas olahraga, perlu memperhatikan kapan jadwal ia boleh berolahraga. Pasalnya, bisa saja olahraga malah mempengaruhi kadar gula sewaktu melaksanakan puasa sehingga alternatif waktu terbaik untuk melakukan olahraga adalah jangan dilakukan menjelang waktu berbuka, dengan asumsi bahwa kondisi gula darahnya mungkin sudah mendekati ambang di bawah 60 mg/dl. Saat yang tepat dan lebih rasional untuk berolahraga adalah seusai salat Tarawih. Jenis olahraga pun sebaiknya pilih yang ringan saja.
Selain itu, sebaiknya pasien DM sering melakukan pemantauan kadar glukosa darah. Pemantauan ini bisa menghindari pasien dari ancaman hipoglikemia. Selamat berpuasa. (ARN)
sumber.http://www.gizi.net
2 comments:
Blog bagus, sangat bermanfaat untuk masyarakat, tambah terus artikelnya.
Salam kenal
http://indodiabetes.com
Oh ya lupa, gimana kalau kita tukar link, soalnya ada kemiripan deh dgn blog saya. Thanks
Post a Comment