Friday, February 2, 2007

MACAM - MACAM INTRAVENA (IV) LINE

Sebenarnya intravena line dapat dibagi 2 yaitu:
1. pemasangan pada vena – vena besar (vena central)
2. pemasangan pada vena perifer

Rasanya kalau membahas pemasangan IV line perifer rasanya sudah basi dan tidak sedap untuk dikosumsi. Karena hampir semua perawat sudah mengetahui pemasangan melalui perifer. Sedangkan melalui vena sentral hanya dilakukan pada unit – unit tertentu seperti MICU, ICCU, hemodialisa, dll.

Coba kita lihat apa yang dapat dilakukan dengan pemasangan central vena cateter.
Yang pertama kita harus mengetahui apakah setelah dilakukan pemasangan vena central tersebut posisinya telah besar atau tidak. Pengecekan biasanya dengan melakukan foto thorak, biasanya posisi dari central cateter tersebut berada di vena cava superior atau sejajar dengan sela iga ke empat.

Kenapa seseorang harus dilakukan pemasangan vena central, ini disebabkan obat atau cairan yang diberikan melalui vena perifer terlalu pekat atau bahasa kerennya osmolalitas yang tinggi. Biasanya cairan yang bersifat isotonik mempunyai osmolalitas berkisar 272 sampai dengan 301. pada cairan untuk pemberian nutrisi atau obat, biasanya osmolalitasnya diatas 1000 atau dikenal dengan hiperosmolar. menurut dokter yang pernah saya tanyakan, ia mengatakan bahwa pada vena perifer, osmolalitas 850 masih aman diberikan.selain hal tersebut diatas biasanya central vena kateter juga dipakai untuk melakukan resusitasi cairan secara cepat baik itu darah maupun cairan infus, bisa juga dipakai untuk mengukur tekanan vena central. (CVP)

Kedua, kita sebagai perawat semestinya mengenal alat yang akan digunakan kepasien, alangkah konyolnya bila alat telah terpasang kita masih binggung bagaimana melakukan perawatan atau penggunaan alat tersebut. Secara umum kita harus berpikir kebutuhan lumen ketika alat ini dipasang, berapa besar ukuran lubangnya artinya apakah dengan ukuran tersebut kita dapat memberikan cairan dengan cepat. Kita tidak perlu bingung dengan jumlah cairan yang dapat dialiran oleh central cateter tersebut, karena pada produks tersebut telah tertera dengan lumen segini akan mampu mengalirkan cairan dalam jumlah segini. Kenapa saya pakai istilah “segini”, maklum saya termasuk orang yang malas untuk menghafal angka – angka. Jadi silahkan berburu saja di web atau situs yang menyediakan produks tersebut.

Ketiga, siapa saja yang berhak untuk melakukan pemasangan cateter pada vena sentarl? Ini sangat tergantung dari kegunaan dan jenis kateter vena central yang digunakan. Biasanya Introducer dan multi lumen cateter dipasang oleh junior resident internis, PA lines dilakukan oleh pulmonary dan critical care atau oleh resident dibawah pengawasan supervisor, PICC (Percutaneously Inserted Central Catheter) dilakukan oleh tim intra vena termasuk didalamnya perawat terlatih (yang telah kursus untuk pemasangan tersebut) atau pihak radiolog, HICKMAN and Tesio cateter di kerjakan oleh ahli bedah sedangkan Quintons dilakukan oleh tim ginjal.
Khusus PICC saya pernah melakukannya dibawah supervise dokter critical care, cara pemasangan layaknya pemasangan iv line biasa, dilakukan pada vena brachialis dan ukuran PICC sangat panjang.

Keempat, bagaimana melakukan perawatan pada pasien yang telah terpasang alat tersebut. Kita dapat membersihkannya dengan betadine dan alcohol lalu ditutup dengan tegaderm yaitu dressing yang berbentuk transparan.hal ini memudahkan kita untuk melakukan control terhadap luka tersebut serta diganti setelah melewati 72jam

Kelima, area pemasangan vena central : vena subclavia, vena femoralis, vena jungularis, vena brachialis. Pada pemasangan vena central cateter untuk keperluan hemodialisa alangkah baiknya bila memberi penjelasan pada pasien tentang perawatan pada akses tersebut yang bertujuan untuk mencegah infeksi ( yang paling ditakutkan adalah septicemia), seperti beritahukan pasien untuk tidak berenang, berendam dalam bath tube atau mandi dengan menggunakan shower.

Terakhir, menjawab pertanyaan Amelia yang mengatakan bahwa perawat diluar negeri melakukan terapi infuse secara mandiri itu memang benar, tetapi yang harus di ingat bahwa semua yang dilakukan tersebut telah ada prosedur tetapnya (Protap). Ini pun dipertegas oleh perawat yang bekerja dirumah sakit Boston ketika saya mengikuti seminar tentang aspek psikososial di unit critical care bahwa mereka melakukan semuanya karena di RS mereka telah memiliki protap yang jelas sehingga perawat dapat melakukan tindakan tanpa ada perasaan was – was karena takut di salahkan.

Kalau di INDONESIA…………..tanyakan saja pada rumput yang bergoyang……… alias GELAP ....dech

1 comment:

Anonymous said...

ya nih kalo di indonesia emang masih serba ga jelas, aku yang masih mahasiswa aja ngrasa sebel atas ketidakjelasan batasan peran kita sebagai perawat...hanya bisa berharap dan berharap, serta memberikan dedikasi yang tinggi untuk kemajuan keperawatan di indonesia...amin..!!