Saturday, August 18, 2007

Meresepkan antibiotik berlebihan pada anak-anak menyebabkan resistensi obat (07-Aug-2007)
Oleh: NFA




Para ahli Inggris mengingatkan dalam studi yang dipublikasi di BMJ online 26 Juli 2007, meresepkan rutin antibiotik pada anak-anak di dalam komunitas tetap mempertahankan resistensi antibiotik yang tinggi pada populasi. Menurut David mant dan koleganya dari Universitas Oxford, para dokter umum di Inggris didorong kuat agar mengurangi penulisan antibiotik untuk meminimalkan risiko resistensi obat, sehubungan peresepan antibiotik pada anak-anak masih biasa dalam praktek sehari-hari.

Tulisan yang dipublikasikan tahun 1999 melaporkan bahwa lebih dari setengah (55%) anak-anak berumur 0-5 tahun di Inggris (kelompok pasien yang menerima banyak antibiotik di komunitas) menerima rata-rata 2,2 resep antibiotik beta laktam seperti amoksisilin dari dokter umum mereka setiap tahun. Walaupun pengurangan dalam peresepan (dengan strategi merekomendasikan menunda 24-48 jam sebelum meresepkan antibiotik) telah menghasilkan penurunan sekitar 40% konsumsi antibiotik semenjak itu, suatu data yang tidak dipublikasi menjelaskan bahwa penulisan antibiotik dalam komunitas meningkat kembali.

Dalam British Medical Journal (BMJ) juga dilaporkan studi yang menunjukkan bahwa dokter umum di Inggris masih meresepkan antibiotik pada sebagian besar pasien dengan infeksi minor. Jadi, mereka melakukan pengujian efek peresepan antibiotik terhadap resistensi antibiotik

Mereka mengidentifikasi 119 anak yangmengunjungi praktek dokter umum di Oxfordshire dengan infeksi saluran napas atas, yang 71 diantaranya menerima antibiotik beta laktam (amoksisilin) dan 48 tidak menerima antibiotik. Latar belakang informasi medis dicatat dan cairan tenggorokan diambil pada permulaan studi dan diambil kembali pada menggu ke-2 dan ke-12 untuk mengetahui apakah bakteri resisten timbul. Bakteri resisten diidentifikasi dengan hadirnya gen yang mengkode untuk resistensi bakteri tersebut. Pada anak-anak yang tidak menerima antiobiotik, tidak terjadi peningkatan bakteri resisten bawaan dalam tenggorokan dari mulai sampai pada minggu ke-2 dan ke-12. Namun demikian, pada anak-anak yang menerima antibiotik, sejumlah bakteri resisten bawaan menjadi 2 kali lipat setelah minggu ke-2, tapi menurun kembali di minggu ke-12 ke tingkat awal. Hasil ini menunjukkan bahwa peresepan amoksisilin pada anak-anak di praktek umum meningkatkan 2 kali lipat risiko elemen resistensi beta laktam pada tenggorokan anak 2 minggu kemudian.

Walaupun efek ini bersifat temporer pada individu anak, penulis mengingatkan bahwa hal ini cukup mempertahankan kadar tinggi resistensi antibiotik dalam populasi. Memotong angka resistensi memerlukan perubahan substansi dan terus menerus dalam penulisan antibiotik di dalam komunitas. Pilihannya mencakup penanganan jangka pendek atau hanya meresepkan antibiotik dalam keadaan yang jelas dan tidak dapat digantikan.


sumber.http://www.kalbe.co.id

No comments: