Menelusuri Jejak Dunia Keperawatan dalam Sejarah Islam (Mengenal lebih dekat : Rufaidah binti Sa'ad)
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin. 1).(Elly Nurahmah, 2001). Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti Sa'ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim (Kasule, 2003; Mansour & Fikry, 1987). Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim (Jan, 1996). Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah 2) (MillerRosser,2006)
Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat. Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820 - 13 Agustus 1910) adalah pelopor perawat modern. Ia dikenali dengan nama The Lady With The Lamp dalam bahasa Inggris yang berarti "Sang Wanita dengan Lampu". Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. 3) (Wikipedia)
Florence dilahirkan dalam keluarga berada dan tumbuh sebagai wanita yang menawan dan periang yang mempunyai masa depan yang cerah. Bagaimanapun penderitaan yang dilihatnya semasa peperangan di semenanjung Krim di Rusia tahun 1858, menyebabkan hati Florence Nightingale tersentuh melihat penderitaan tentara yang luka dan dibiarkan saja dalam rumah sakit yang kotor. 3) (Wikipedia). Florence Nightingale dikenal sebagai perawat dan teoris pertama yang memiliki body of knowledge keperawatan. Nigtingale menekankan fokus intervensi keperawatan adalah membuat lingkungan yang kondusif bagi manusia untuk hidup sehat. Sebagian besar dari pemikiran Nightingale masih relevan dengan pendidikan keperawatan di Indonesia pada masa sekarang maupun yang akan datang. 4) (A.Yani, 2004)
Tulisan ini bermaksud mengeksplorasi lebih jauh studi litelatur sejarah islam dalam bidang keperawatan dan mengenalkan kita tentang tokoh perawat islam. Tentu saja perkembangan keperawatan di masa Rufaidah binti Sa'ad (thn 570 – 632 SM ), dengan perkembangan keperawatan era Florence Nightingale, dan perkembangan keperawatan era tahun 2000 akan tetap berbeda seiring dengan tuntutan pelayanan kesehatan. Kedua tokoh keperawatan tersebut muncul di masa-masa peperangan, sedangkan saat ini keperawatan bergerak maju dalam suasana damai, namun dengan kompleksitas tuntutan asuhan keperawatan dan beragam penyakit infeksi dan penyakit degeneratif (double burden disease).
* Mengenal Rufaidah binti Sa'ad (Ruafaidah Al-Asalmiya)
Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam. 5)
Rufaidah binti Sa'ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa'ad Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar (golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang Badr, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya. Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al Khandaq, Sa'ad bin Ma'adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga stabil/homeostatis. 5)(Omar Hassan, 1998)
Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang keperawatan dan medis.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. 5). Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education) 2)
Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata. 8)
Ummu Ammara juga dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka'ab bin Maziniyat, dia adalah ibu dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat dibantu suami dan anaknya dalam bidang keperawatan. Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan perjanjian Ridhwan, dan andil dalam perang Uhud dan perang melawan musailamah di Yamamah bersama anak dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia meninggal denan luka2nya. Dia terlibat dalam perang Uhud, merawat korban yang luka dan mensuplai air dan juga digambarkan berperang menggunakan pedang membela Nabi.
* Masa Sejarah Perkembangan Islam dalam Keperawatan
Masa sejarah perkembangan islam dalam keperawatan, tidak dapat dipisahkan dalam konteks perkembangan keperawatan di Arab Saudi khususnya, dan negara-negara di timur tengah umumnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejarah perkembangan keperawatan di masa Islam dan di Arab Saudi khususnya.
1. Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 – 632 M)
Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan dimasa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit sekali lilature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti Sa'ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994) 2)
2. Masa Setelah Nabi/Post –Prophetic Era (632 – 1000 M).
Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang "The Reason Why Some Persons and the Common People Leave a Physician Even if He Is Clever" dan "A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not Within the Realm of Possibility." Di masa ini ada perawat diberi nama "Al Asiyah" dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.
3. Masa Late to Middle Ages (1000 – 1500 M)
Dimasa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004) 2).
4. Masa Modern (1500 – sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development
Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003) 2).
Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di tahun 1960 dia membangun Institusi Keperawatan di Arab Saudi.
Meskipun keperawatan masih baru sebagai profesi di Timur tengah, sebenarnya telah dibangun di masa Nabi Muhammad SAW. Dimana mempengaruhi philosofi praktek, dan profesi keperawatan. Dan sejak tahun 1950 dengan dikenalkannya organized health care dan pembangunan RS di Arab Saudi, keperawatan menjadi lebih maju dan bukan hanya sekedar pekerjaan (job training) 7)
* Keperawatan, Islam, Masa Kini dan Mendatang
Dr. H Afif Muhammad dalam seminar perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah, Bandung 31/8/2004 mengatakan, masalah sehat dan sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT, hingga manusia tidak akan bisa terbebas dari sakit. "Sehat kerap membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan perintah-perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehatnya. Kita sering menyebut kondisi yang tidak menyenangkan seperti sakit sebagai musibah yang terkesan negatif, padahal musibah berkonotasi positif," jelasnya. 9)
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa. 9)
Dr. Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang menemukan Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah. 10)
Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.
Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.
Terima kasih kepada Nur Martono yang telah menulis sejarah keperawatan dari sisi Islam.
dan bagi teman - teman yang muslim bisa memberi tambahan wawasan.
Nur Martono
Penulis, staf keperawatan, RS Amiri – Kuwait
Monday, October 27, 2008
Tuesday, October 14, 2008
Agar Tak Pikun, Lakukan Search Online
Di usia senja, pada umumnya kemampuan daya ingat otak menurun. Melakukan aktivitas yang dapat membuat otak sibuk dapat menjaga otak tetap sehat. Salah satunya adalah melakukan aktivitas searching di internet.
Para peneliti di University of California Los Angeles merekam aktivitas otak orang-orang yang sedang searching internet dengan pencitraan resonansi magnetik (MRI). Penelitian ini melibatkan 24 responden usia 55-76 tahun, separuh memiliki pengalaman berinternet dan separuhnya lagi tidak.
Dr. Gary Small, anggota tim penelitian tersebut mengatakan bahwa orang-orang yang akrab dengan internet, menggunakan lebih banyak bagian otak saat sedang melakukan pencarian di internet.
"Dari sini dapat diasumsikan bahwa hanya dengan searching di internet, kita dapat melatih otak, menjaganya tetap aktif dan sehat," ujar Small seperti dikutip detikINET dari Reuters, Rabu (15/10/2008).
Small mengatakan, membaca buku menunjukkan aktivitas visual cortex otak pada responden. Namun pencarian di internet menunjukkan lebih banyak lagi aktivitas.
Ia pun curiga, bisa jadi orang yang akrab dengan internet akan mengalami aktivitas otak yang lebih dalam. Kegiatan yang memicu aktivitas otak seperti itu diyakini bisa membantu otak untuk tetap bugar.
sumber.detik.com
Di usia senja, pada umumnya kemampuan daya ingat otak menurun. Melakukan aktivitas yang dapat membuat otak sibuk dapat menjaga otak tetap sehat. Salah satunya adalah melakukan aktivitas searching di internet.
Para peneliti di University of California Los Angeles merekam aktivitas otak orang-orang yang sedang searching internet dengan pencitraan resonansi magnetik (MRI). Penelitian ini melibatkan 24 responden usia 55-76 tahun, separuh memiliki pengalaman berinternet dan separuhnya lagi tidak.
Dr. Gary Small, anggota tim penelitian tersebut mengatakan bahwa orang-orang yang akrab dengan internet, menggunakan lebih banyak bagian otak saat sedang melakukan pencarian di internet.
"Dari sini dapat diasumsikan bahwa hanya dengan searching di internet, kita dapat melatih otak, menjaganya tetap aktif dan sehat," ujar Small seperti dikutip detikINET dari Reuters, Rabu (15/10/2008).
Small mengatakan, membaca buku menunjukkan aktivitas visual cortex otak pada responden. Namun pencarian di internet menunjukkan lebih banyak lagi aktivitas.
Ia pun curiga, bisa jadi orang yang akrab dengan internet akan mengalami aktivitas otak yang lebih dalam. Kegiatan yang memicu aktivitas otak seperti itu diyakini bisa membantu otak untuk tetap bugar.
sumber.detik.com
Sunday, October 12, 2008
Why….Iklan ini bermamfaat.
Mungkin anda bertanya kenapa saya merekomendasikan link tersebut, tapi kita akan lihat apa sih yang terdapat dalam asuhan keperawatan.com, ini saya persembahan untuk anda salah satu asuhan keperawatan yang ada di situs tersebut.
Perubahan perfusi jaringan perifer
DefinisiKeadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat seluler perifer suatu penurunan dalam suplai darah kapiler.
Faktor yang berhubungan
Patofisiologis
Berhubungan dengan perlemahan aliran darah
(Gangguan vaskuler)
Arteriosklerosis
Hipertensi
Aneurisma
Trombosis arteri
Trombosis vena dalam
Penyakit vaskuler kolagen
Artritis reumatoid
Diabetes mellitus
Diskariasis darah (gangguan trombosit)
Gagal ginjal
Kanker/tumor
Varises
Penyakit burger’s
Krisis sel sabit
Sirosis alkoholisme
Tindakan
Berhubungan dengan imobilisasi
Berhubungan dengan adanya aliran invasif
Berhubungan dengan tekanan pada tempat/konstriksi (balutan, stocking)
Berhubungan dengan trauma pembuluh darah
Situasional (Personal, lingkungan)
Berhubungan dengan tekanan dari uterus yang membesar pada sirkulasi perifer
Berhubungan dengan tekanan dari abdomen yang membesar pada pelvik dan sirkulasi perifer
Berhubungan dengan pengumpulan venosa yang tergantung
Berhubungan dengan hipotermia
Berhubungan dengan efek vasokonstriksi dari tembakau
Berhubungan dengan penurunan volume yang bersirkulasi : dehidrasi
Data mayor
Penurunan atau tidak adanya denyut nadi
Perubahan warna kulit
Pucat (arteri)
Sianosis (Vena)
Hiperemi reaktif (arteri)
Perubahan suhu kulit
Lebih dingin (arteri)
Lebih hangat (vena)
Kriteria hasil
Individu akan :
1. Mengidentifikasi faktor-faktro yang meningkatkan sirkulasi perifer
2. Mengidentifikasi perubahan gaya hidup yang perlu
3. Mengidentifikasi cara medis, diet, pengobatan, aktivitas yang meningkatkan vasodilatasi
4. Melaporkan penurunan dalam nyeri
5. Menggambarkan kapan saat menghubungi dokter/tenaga kesehatan
Intervensi
1. Ajarkan individu untuk
a. Mempertahankan ekstremitas dalam posisi tergantung
b. Mempertahankan ekstremitas yang hangat (jangan mengunakan bantalan pemanas atau botolair panas, karena individu dengan penyakit vaskuler perifer dapat mengalami gangguan sensasi dan tidak akan dapat menentukan jika suhu panas merusak jaringan, penggunaan pemanas eksternal juga dapat meningkatkan kebutuhan metabolis dari jaringan melewati batas kapasitasnya.
c. Kurangi risiko trauma
- Ubah posisi sedikitnya setiap jam
- Hindari menyilangkan kaki
- Kurangi penekanan eksternal (mis; sepatu sempit)
- Hindari pelundung tumut dari kulit
- Dorong latihan rentang gerak
2. Rencanakan suatu program berjalan setiap hari
a. Instruksikan individu dalam alasan untuk program
b. Ajarkan individu untuk menghindari kelelahan
c. Instruksikan untuk menghindari peningkatan dalam latihan sampai dikaji oleh dokter terhadap masalah jantung
d. Pastikan kembali individu yang berjalan tidak melukai pembuluh darah atau otot.
3. Ajarkan faktor yang meningkatkan aliran darah vena
a. Tinggikan ekstremitas diatas jantung, kecuali ada kontraindikasi mis; penyakit jantung, gangguan pernapasan.
b. Hindari berdiri atau duduk dengan tungkai bawah tergantung untuk jangka waktu lama.
c. Pertimbangkan penggunaan balutan atau stocking elastis dibawah lutut untuk mencegah statis vena.
d. Kurangi atau lepaskan kompresi vena eksternal yang mengganggu aliran vena.
- Hindari bantal di belakang lutut atau penyangga lutut tempat tidur.
- Hindari penyilangan tungkai bawah
- Ubah posisi, gerakkan ekstremitas atau menggoyangkan jari tangan kaki setiap jam
- Hindari penggunaan ikat kaos kaki dan stocking tipis diatas lutut.
4. Ukur lingkaran dasar dari betis dan paha jika individu berisiko trombosis vena dalam atau jika hal ini dicurigai
5. Ajarkan individu untuk
a. Hindari perjalanan panjang menggunakan mobil atau pesawat, bila tidak bisa dihindari bangun dan berjalan sedikitnya setiap jam.
b. Pertahankan kekeringan kulit terlumasi (kulit pecah menghilangkan hambatan fisik terhadap infeksi)
c. Gunakan pakaian hangat selama cuaca dingin
d. Gunakan kaos kaki katun atau wol
e. Hindari dehidrasi dalam cuaca panas
f. Berikan perhatian khusus terhadap kaki dan jari-jari kaki.
- Cuci kaki dan keringkan secara seksama setiap hari
- Tidak merandam kedua kaki
- Hindari sabun keras atau kimia termasuk iodine pada kaki
- Pertahankan kuku dalam keadaan terpotong dan halus
g. Amati kaki dan kedua tungkai bawah terhadap cedera dan penekanan
h. Gunakan kaus kaki bersih
i. Gunakan sepatu yang menopang, cocok, dan nyaman
j. Amati sepatu bagian dalam setiap hari terhadap garis kasar.
6. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor risiko
a. Diet :
- Hindari makanan tinggi kolesterol
- Modifikasi masukan natrium untuk mengontrol hipertensi
- Rujuk ke ahli gizi
b. Teknik relaksasi untuk mengurangi efek strs
c. Berhenti merokok
d. Program latihan
Saya ngak ingin banyak komentar tentang asuhan keperawatan ini. Silahkan anda sendiri yang menilai. Bukankah semua keputusan ada di tangan anda. Sedangkan saya selalu berusaha untuk mencari dan mengumpulkan link yang bermamfaat untuk anda....itulah salah satu tujuan blog ini ada.
Mungkin anda bertanya kenapa saya merekomendasikan link tersebut, tapi kita akan lihat apa sih yang terdapat dalam asuhan keperawatan.com, ini saya persembahan untuk anda salah satu asuhan keperawatan yang ada di situs tersebut.
Perubahan perfusi jaringan perifer
DefinisiKeadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat seluler perifer suatu penurunan dalam suplai darah kapiler.
Faktor yang berhubungan
Patofisiologis
Berhubungan dengan perlemahan aliran darah
(Gangguan vaskuler)
Arteriosklerosis
Hipertensi
Aneurisma
Trombosis arteri
Trombosis vena dalam
Penyakit vaskuler kolagen
Artritis reumatoid
Diabetes mellitus
Diskariasis darah (gangguan trombosit)
Gagal ginjal
Kanker/tumor
Varises
Penyakit burger’s
Krisis sel sabit
Sirosis alkoholisme
Tindakan
Berhubungan dengan imobilisasi
Berhubungan dengan adanya aliran invasif
Berhubungan dengan tekanan pada tempat/konstriksi (balutan, stocking)
Berhubungan dengan trauma pembuluh darah
Situasional (Personal, lingkungan)
Berhubungan dengan tekanan dari uterus yang membesar pada sirkulasi perifer
Berhubungan dengan tekanan dari abdomen yang membesar pada pelvik dan sirkulasi perifer
Berhubungan dengan pengumpulan venosa yang tergantung
Berhubungan dengan hipotermia
Berhubungan dengan efek vasokonstriksi dari tembakau
Berhubungan dengan penurunan volume yang bersirkulasi : dehidrasi
Data mayor
Penurunan atau tidak adanya denyut nadi
Perubahan warna kulit
Pucat (arteri)
Sianosis (Vena)
Hiperemi reaktif (arteri)
Perubahan suhu kulit
Lebih dingin (arteri)
Lebih hangat (vena)
Kriteria hasil
Individu akan :
1. Mengidentifikasi faktor-faktro yang meningkatkan sirkulasi perifer
2. Mengidentifikasi perubahan gaya hidup yang perlu
3. Mengidentifikasi cara medis, diet, pengobatan, aktivitas yang meningkatkan vasodilatasi
4. Melaporkan penurunan dalam nyeri
5. Menggambarkan kapan saat menghubungi dokter/tenaga kesehatan
Intervensi
1. Ajarkan individu untuk
a. Mempertahankan ekstremitas dalam posisi tergantung
b. Mempertahankan ekstremitas yang hangat (jangan mengunakan bantalan pemanas atau botolair panas, karena individu dengan penyakit vaskuler perifer dapat mengalami gangguan sensasi dan tidak akan dapat menentukan jika suhu panas merusak jaringan, penggunaan pemanas eksternal juga dapat meningkatkan kebutuhan metabolis dari jaringan melewati batas kapasitasnya.
c. Kurangi risiko trauma
- Ubah posisi sedikitnya setiap jam
- Hindari menyilangkan kaki
- Kurangi penekanan eksternal (mis; sepatu sempit)
- Hindari pelundung tumut dari kulit
- Dorong latihan rentang gerak
2. Rencanakan suatu program berjalan setiap hari
a. Instruksikan individu dalam alasan untuk program
b. Ajarkan individu untuk menghindari kelelahan
c. Instruksikan untuk menghindari peningkatan dalam latihan sampai dikaji oleh dokter terhadap masalah jantung
d. Pastikan kembali individu yang berjalan tidak melukai pembuluh darah atau otot.
3. Ajarkan faktor yang meningkatkan aliran darah vena
a. Tinggikan ekstremitas diatas jantung, kecuali ada kontraindikasi mis; penyakit jantung, gangguan pernapasan.
b. Hindari berdiri atau duduk dengan tungkai bawah tergantung untuk jangka waktu lama.
c. Pertimbangkan penggunaan balutan atau stocking elastis dibawah lutut untuk mencegah statis vena.
d. Kurangi atau lepaskan kompresi vena eksternal yang mengganggu aliran vena.
- Hindari bantal di belakang lutut atau penyangga lutut tempat tidur.
- Hindari penyilangan tungkai bawah
- Ubah posisi, gerakkan ekstremitas atau menggoyangkan jari tangan kaki setiap jam
- Hindari penggunaan ikat kaos kaki dan stocking tipis diatas lutut.
4. Ukur lingkaran dasar dari betis dan paha jika individu berisiko trombosis vena dalam atau jika hal ini dicurigai
5. Ajarkan individu untuk
a. Hindari perjalanan panjang menggunakan mobil atau pesawat, bila tidak bisa dihindari bangun dan berjalan sedikitnya setiap jam.
b. Pertahankan kekeringan kulit terlumasi (kulit pecah menghilangkan hambatan fisik terhadap infeksi)
c. Gunakan pakaian hangat selama cuaca dingin
d. Gunakan kaos kaki katun atau wol
e. Hindari dehidrasi dalam cuaca panas
f. Berikan perhatian khusus terhadap kaki dan jari-jari kaki.
- Cuci kaki dan keringkan secara seksama setiap hari
- Tidak merandam kedua kaki
- Hindari sabun keras atau kimia termasuk iodine pada kaki
- Pertahankan kuku dalam keadaan terpotong dan halus
g. Amati kaki dan kedua tungkai bawah terhadap cedera dan penekanan
h. Gunakan kaus kaki bersih
i. Gunakan sepatu yang menopang, cocok, dan nyaman
j. Amati sepatu bagian dalam setiap hari terhadap garis kasar.
6. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor risiko
a. Diet :
- Hindari makanan tinggi kolesterol
- Modifikasi masukan natrium untuk mengontrol hipertensi
- Rujuk ke ahli gizi
b. Teknik relaksasi untuk mengurangi efek strs
c. Berhenti merokok
d. Program latihan
Saya ngak ingin banyak komentar tentang asuhan keperawatan ini. Silahkan anda sendiri yang menilai. Bukankah semua keputusan ada di tangan anda. Sedangkan saya selalu berusaha untuk mencari dan mengumpulkan link yang bermamfaat untuk anda....itulah salah satu tujuan blog ini ada.
Saturday, October 11, 2008
Tips memilih Pendidikan yang baik ala NursingBrainriza
Tips ini hanya difokuskan pada sekolah kesehatan semata.
1. cari info sebanyak –banyaknya dari surat kabar baik local maupun nasional dan paling mudah via internet.
2. jangan terlalu percaya dengan brosur yang diberikan dikarenakan info yang diberikan tidak selalu akurat.
3. selalu memperhatikan fasilitas yang diberikan seperti ruang kuliah, perpustakaan dan yang paling penting Laboratorium klinik, dikarenakan laboratorium klinik merupakan suatu yang vital di sekolah kesehatan. Banyak institusi pendidikan biasanya tidak terlalu memperhatikan hal ini, karena untuk memiliki Lab klinik yang lengkap sangat menguras kantong. Bila ada pendidikan yang memiliki lab lengkap usahakan anda menjadi mahasiswa di institusi tersebut.
4. bila memungkinkan cek langsung gedung pendidikan institusi yang di inginkan, gedung pendidikan di Ruko sangat tidak nyaman untuk proses pendidikan dan biasanya ruko tersebut tidak permanent alias disewa oleh yayasan. Sebaiknya di hindari bila memungkinkan.
5. yang terakhir bila ada teman yang bersekolah di institusi yang di inginkan, tanyakan pengalamannya di institusi tersebut.
Tips ini hanya difokuskan pada sekolah kesehatan semata.
1. cari info sebanyak –banyaknya dari surat kabar baik local maupun nasional dan paling mudah via internet.
2. jangan terlalu percaya dengan brosur yang diberikan dikarenakan info yang diberikan tidak selalu akurat.
3. selalu memperhatikan fasilitas yang diberikan seperti ruang kuliah, perpustakaan dan yang paling penting Laboratorium klinik, dikarenakan laboratorium klinik merupakan suatu yang vital di sekolah kesehatan. Banyak institusi pendidikan biasanya tidak terlalu memperhatikan hal ini, karena untuk memiliki Lab klinik yang lengkap sangat menguras kantong. Bila ada pendidikan yang memiliki lab lengkap usahakan anda menjadi mahasiswa di institusi tersebut.
4. bila memungkinkan cek langsung gedung pendidikan institusi yang di inginkan, gedung pendidikan di Ruko sangat tidak nyaman untuk proses pendidikan dan biasanya ruko tersebut tidak permanent alias disewa oleh yayasan. Sebaiknya di hindari bila memungkinkan.
5. yang terakhir bila ada teman yang bersekolah di institusi yang di inginkan, tanyakan pengalamannya di institusi tersebut.
Ketika STIKES tumbuh laksana jamur musim hujan
Sungguh memprihatinkan, itu kata yang pantas di ucapkan…..dengan dalih ingin mencerdaskan bangsa banyak yayasan mendirikan sekolah kesehatan khususnya keperawatan tanpa memikirkan mutu lulusan. Saat ini mutu lulusan S1 keperawatan membuat kita sedih, gemas, ketika lulusan S1 keperawatan tidak kompeten saat menghadapi “dunia nyata” sehinggga Depkes terpaksa memerintahkan D3 keperawatan untuk membuka D4 keperawatan.
Yang paling menyesakkan dada adalah S1 keperawatan sama dengan D4 keperawatan. Pdahal bila di lihat kurikulum pendidikannya jelas berbeda, S1 keperawatan di wajibkan mengikuti jenjang profesi sedangkan D4 keperawatan mungkin tidak ada jenjang profesi. Ini merupakan problem pendidikan di Indonesia yang jelas – jelas tidak terstandar dengan baik.
Kembali ke institusi pendidikan, dapat kita lihat pendidikan S1 keperawatan lebih banyak dari S1 kedokteran. Di Aceh Sekolah kedokteran 1 milik negeri dan 1 lagi dikelola oleh yayasan. Sedangkan S1 keperawatan 1 milik negeri jangan ditanya berapa jumlah yang di kelola oleh swasta. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana daya serap tiap lulusan ? apakah yayasan tersebut memikirkan lulusannya…. Jawabannya tidak, karena mereka hanya memikirkan pundi – pundi uang semata. Hanya segelintir yang memikirkan kwalitas lulusan. Ketika lulusan tersebut lulus apakah pantas memberikan keperawatan ? pengalaman saya membuktikan bahwa hanya segelinir lulusan yang tau apa sebenarnya pekerjaan perawat sedangkan yang lain hanya Tuhan yang Maha Tahu.
Siapa yang bertanggung jawab dengan keadaan tersebut , apakah kita perlu memanggil KPK untuk mengusutnya, atau kita mesti menyalahkan pemerintah dalam hal ini DIKTI dan Depkes atau malah organisasi profesi yang diwakili oleh PPNI. Kalau saya yang diminta tanggapannya…maka jawabannya mudah, salahkan diri kita sendiri. Kenapa kita mesti menyalahkan diri sendiri. Hal ini dikarenakan kita telah sasaran , sudah banyak surat kabar memberikan tips bagaimana memilih institusi pendidikan yang baik. Seharusnya kita memberikan waktu luang untuk membaca surat kabar tersebut agar tidak salah sasaran.
Saran saya untuk calon mahasiswa perawat adalah selalu memperhatikan kwalitas pendidikan yang ingin dimasuki. Bila anda tidak berhasil tahun ini bukankah masih ada tahun depan…..jadi selama kita hidup teruslah berjuang, karena kita hidup memang untuk diperjuangkan.
Sungguh memprihatinkan, itu kata yang pantas di ucapkan…..dengan dalih ingin mencerdaskan bangsa banyak yayasan mendirikan sekolah kesehatan khususnya keperawatan tanpa memikirkan mutu lulusan. Saat ini mutu lulusan S1 keperawatan membuat kita sedih, gemas, ketika lulusan S1 keperawatan tidak kompeten saat menghadapi “dunia nyata” sehinggga Depkes terpaksa memerintahkan D3 keperawatan untuk membuka D4 keperawatan.
Yang paling menyesakkan dada adalah S1 keperawatan sama dengan D4 keperawatan. Pdahal bila di lihat kurikulum pendidikannya jelas berbeda, S1 keperawatan di wajibkan mengikuti jenjang profesi sedangkan D4 keperawatan mungkin tidak ada jenjang profesi. Ini merupakan problem pendidikan di Indonesia yang jelas – jelas tidak terstandar dengan baik.
Kembali ke institusi pendidikan, dapat kita lihat pendidikan S1 keperawatan lebih banyak dari S1 kedokteran. Di Aceh Sekolah kedokteran 1 milik negeri dan 1 lagi dikelola oleh yayasan. Sedangkan S1 keperawatan 1 milik negeri jangan ditanya berapa jumlah yang di kelola oleh swasta. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana daya serap tiap lulusan ? apakah yayasan tersebut memikirkan lulusannya…. Jawabannya tidak, karena mereka hanya memikirkan pundi – pundi uang semata. Hanya segelintir yang memikirkan kwalitas lulusan. Ketika lulusan tersebut lulus apakah pantas memberikan keperawatan ? pengalaman saya membuktikan bahwa hanya segelinir lulusan yang tau apa sebenarnya pekerjaan perawat sedangkan yang lain hanya Tuhan yang Maha Tahu.
Siapa yang bertanggung jawab dengan keadaan tersebut , apakah kita perlu memanggil KPK untuk mengusutnya, atau kita mesti menyalahkan pemerintah dalam hal ini DIKTI dan Depkes atau malah organisasi profesi yang diwakili oleh PPNI. Kalau saya yang diminta tanggapannya…maka jawabannya mudah, salahkan diri kita sendiri. Kenapa kita mesti menyalahkan diri sendiri. Hal ini dikarenakan kita telah sasaran , sudah banyak surat kabar memberikan tips bagaimana memilih institusi pendidikan yang baik. Seharusnya kita memberikan waktu luang untuk membaca surat kabar tersebut agar tidak salah sasaran.
Saran saya untuk calon mahasiswa perawat adalah selalu memperhatikan kwalitas pendidikan yang ingin dimasuki. Bila anda tidak berhasil tahun ini bukankah masih ada tahun depan…..jadi selama kita hidup teruslah berjuang, karena kita hidup memang untuk diperjuangkan.
Bagaimana Mengontrol Asma
Pada tahun 2005, WHO memperkirakan 255 meninggal akibat serangan asma diseluruh dunia dan angka ini akan meningkat sebanyak 20 % pada sepuluh tahun mendatang.
Kata “asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “ sukar bernafas”. Berarti ashma merupakan gangguan secara kronik pada saluran nafas yang menimbulkan gejala sesak nafas, mengi dan batuk. Hal ini disebabkan oleh penyempitan dari saluran nafas akibat kontraksi otot – otot yang melingkari saluran pernafasan, selain mengkerut juga terjadi peradangan di sekitar selaput lender saluran akibatnya produksi lendir menjadi meningkat, sering kali kelebihan produksi ini kita kenal dengan sebutan Dahak atau latinya disebut Sputum.
Biasanya saluran pernafasan yang di miliki oleh penderita ashma memiliki sifat sangat peka terhadap rangsangan, tetapi kekhasan ini bukan satu –satunya penyebabterjadinya ashma tetapi ada yang disebut dengan factor pencetus seperti allergen, infeksi, olahraga, polutan dan stress.
Asma dapat di control dengan Asthma control test ( ACT ). Tes ini mencakup variable – variable : keterbatasan dalam beraktifitas, sesak nafas, gangguan tidur malam hari, penggunaan obat pelega, serta tingkat control pasien. Bila pasien hanya mendapat kan nilai 5 berarti tidak terkontrol, sedangkan 25 berarti terkontrol total.
Apa tanda – tanda kondisi asma terkontrol :
1. tidak ada gejala harian asma
2. tidak ada gejala asma di malam hari
3. tidak membutuhkan obat lagi
4. fungsi paru normal
5. tidak ada kebutuhan kunjungan ke IGD
6. tidak ada kekambuhan ( eksaserbasi )
7. tidak ada keterbatasan aktifitas.
Disadur dari kompas 9 oktober 2008
Pada tahun 2005, WHO memperkirakan 255 meninggal akibat serangan asma diseluruh dunia dan angka ini akan meningkat sebanyak 20 % pada sepuluh tahun mendatang.
Kata “asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “ sukar bernafas”. Berarti ashma merupakan gangguan secara kronik pada saluran nafas yang menimbulkan gejala sesak nafas, mengi dan batuk. Hal ini disebabkan oleh penyempitan dari saluran nafas akibat kontraksi otot – otot yang melingkari saluran pernafasan, selain mengkerut juga terjadi peradangan di sekitar selaput lender saluran akibatnya produksi lendir menjadi meningkat, sering kali kelebihan produksi ini kita kenal dengan sebutan Dahak atau latinya disebut Sputum.
Biasanya saluran pernafasan yang di miliki oleh penderita ashma memiliki sifat sangat peka terhadap rangsangan, tetapi kekhasan ini bukan satu –satunya penyebabterjadinya ashma tetapi ada yang disebut dengan factor pencetus seperti allergen, infeksi, olahraga, polutan dan stress.
Asma dapat di control dengan Asthma control test ( ACT ). Tes ini mencakup variable – variable : keterbatasan dalam beraktifitas, sesak nafas, gangguan tidur malam hari, penggunaan obat pelega, serta tingkat control pasien. Bila pasien hanya mendapat kan nilai 5 berarti tidak terkontrol, sedangkan 25 berarti terkontrol total.
Apa tanda – tanda kondisi asma terkontrol :
1. tidak ada gejala harian asma
2. tidak ada gejala asma di malam hari
3. tidak membutuhkan obat lagi
4. fungsi paru normal
5. tidak ada kebutuhan kunjungan ke IGD
6. tidak ada kekambuhan ( eksaserbasi )
7. tidak ada keterbatasan aktifitas.
Disadur dari kompas 9 oktober 2008
Iklan yang Bermamfaat.
Saya tanpa sengaja menemukan link ini(banner bewarna biru), dan telah mendaftar pada asuhan keperawatan.com dengan tujuan untuk melihat apa yang ditawarkan sesuai dengan janjinya atau semua itu hanya manis di mulut tetapi menyakitkan di hati. setelah saya mendaftar dan saya dapat loG In, AMAZING itu yang dapat di katakan....WHY....karena saya menemukan sangat banyak diagnosa keperawatan yang tinggal saya edit dan beberapa file flash yang sangat berguna bagi saya. anda bisa membayangkan bahwa membuat asuhan keperawatan merupakan pekerjaan yang paling membuat jenuh,tetapi dengan adanya komputer semua kelihatan mudah dikarenakan kita tinggal copi paste.jadi kita tinggal ambil file doc.dari asuhan keperawatan.com dan sesuaikan dengan kondisi pasien kita. mudah bukan....
di zaman sekarang memang tidak ada yang gratis tetapi dengan asuhan keperawatan.com uang yang kita keluarkan seolah tidak ada apa - apanya.
mungkin ada beberapa kalimat yang perlu di edit tetapi itu bukan menjadi masalah di dibandingkan anda harus mengetik dari awal.
kesimpulan yang dapat saya ambil adalah:
saya sangat merekomendasikan link ini bagi mahasiswa perawat atau perawat.
semoga link ini bermamfaat bagi anda.
Saya tanpa sengaja menemukan link ini(banner bewarna biru), dan telah mendaftar pada asuhan keperawatan.com dengan tujuan untuk melihat apa yang ditawarkan sesuai dengan janjinya atau semua itu hanya manis di mulut tetapi menyakitkan di hati. setelah saya mendaftar dan saya dapat loG In, AMAZING itu yang dapat di katakan....WHY....karena saya menemukan sangat banyak diagnosa keperawatan yang tinggal saya edit dan beberapa file flash yang sangat berguna bagi saya. anda bisa membayangkan bahwa membuat asuhan keperawatan merupakan pekerjaan yang paling membuat jenuh,tetapi dengan adanya komputer semua kelihatan mudah dikarenakan kita tinggal copi paste.jadi kita tinggal ambil file doc.dari asuhan keperawatan.com dan sesuaikan dengan kondisi pasien kita. mudah bukan....
di zaman sekarang memang tidak ada yang gratis tetapi dengan asuhan keperawatan.com uang yang kita keluarkan seolah tidak ada apa - apanya.
mungkin ada beberapa kalimat yang perlu di edit tetapi itu bukan menjadi masalah di dibandingkan anda harus mengetik dari awal.
kesimpulan yang dapat saya ambil adalah:
saya sangat merekomendasikan link ini bagi mahasiswa perawat atau perawat.
semoga link ini bermamfaat bagi anda.
Friday, October 3, 2008
PDCA Cycle (Plan, Do, Check, and Action)
June 30, 2008 — Ya2N^_^
Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”. PDCA cycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem.
—Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu:
a. Plan
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose tersebut.
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses
Teknik yang digunakan : observasi
Mengunakan alat ukur seperti wawancara
4. Fokus pada peluang peningkatan mutu
Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.
5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
Menyimpulkan penyebab
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa
6. Menemukan dan memilih penyelesaian
Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
b. Do
1. Merencanakan suatu proyek uji coba
Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.
Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
2. Melaksanakan Pilot Project
Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2 minggu)
c. Check
1. Evaluasi hasil proyek
Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama)
Target yang ingin dicapai 80%
Teknik yang digunakan: observasi dan survei
Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner
2. Membuat kesimpulan proyek
Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas
d. Action
1. Standarisasi perubahan
Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
Revisi proses yang sudah diperbaiki
Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan.
Lakukan pelatihan bila perlu
Mengembangkan rencana yang jelas
Dokumentasikan proyek
2. Memonitor perubahan
Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
Alat yang digunakan : …….
sumber.http://yayanakhyar.wordpress.com
June 30, 2008 — Ya2N^_^
Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”. PDCA cycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem.
—Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu:
a. Plan
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose tersebut.
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses
Teknik yang digunakan : observasi
Mengunakan alat ukur seperti wawancara
4. Fokus pada peluang peningkatan mutu
Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.
5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
Menyimpulkan penyebab
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa
6. Menemukan dan memilih penyelesaian
Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
b. Do
1. Merencanakan suatu proyek uji coba
Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.
Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
2. Melaksanakan Pilot Project
Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2 minggu)
c. Check
1. Evaluasi hasil proyek
Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama)
Target yang ingin dicapai 80%
Teknik yang digunakan: observasi dan survei
Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner
2. Membuat kesimpulan proyek
Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas
d. Action
1. Standarisasi perubahan
Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
Revisi proses yang sudah diperbaiki
Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan.
Lakukan pelatihan bila perlu
Mengembangkan rencana yang jelas
Dokumentasikan proyek
2. Memonitor perubahan
Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
Alat yang digunakan : …….
sumber.http://yayanakhyar.wordpress.com
Tata Tulis/ Kepustakaan Van Couver
April 25, 2008 — Ya2N^_^
Riwayat Timbulnya Gaya Vancouver
Sekelompok editor jurnal kedokteran berbahasa Inggris berkumpul di Vancouver, British Columbia, Kanada, pada 1978, untuk membicarakan petunjuk umum format manuskrip yang akan diterbitkan pada jurnal tersebut. Kelompok ini kemudian disebut sebagai “Vancouver Group”. Kelompok ini berkembang, kemudian secara resmi disebut sebagai “the International Committee of Medical Journal Editors”. Petunjuk umum tentang penulisan naskah yang disusun oleh grup ini dikenal sebagai “Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical Journal”. Di dalamnya mengandung petunjuk mengenai tata cara penulisan daftar rujukan. Tata cara ini dikenal sebagai gaya Vancouver atau “Vancouver style”. Kelompok ini bertemu setiap tahun. Pada Januari 1997 telah diterbitkan “Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical Journals” edisi kelima.
Tujuan Membuat Daftar Rujukan
Rujukan diperlukan sebagai sumber informasi dalam proses penelitian, baik dalam menyusun latar belakang penelitian maupun metode serta dalam pembahasan hasil. Dalam bagian-bagian ini kita memerlukan hasil-hasil penelitian orang lain sebagai rujukan. Semua data tentang sumber informasi ini ditulis dalam daftar rujukan.Tujuan membuat daftar rujukan ini adalah:
(1) Memberikan penghormatan secukupnya kepada sumber informasi yang telah kita kutip. (2) Memungkinkan pembaca untuk menelusuri sumber asli dari rujukan itu, baik untuk tujuan verifikasi maupun sebagai sumber informasi yang lebih lengkap.
Jenis Gaya Penulisan Daftar Rujukan
Pada dasarnya, terdapat 3 gaya penulisan daftar rujukan:
Sistem nama dan tahun, dalam daftar rujukan nama pengarang disusun menurut abjad. Gaya ini disebut gaya Harvard (Harvard style).
Sistem nomor, dalam daftar rujukan nama pengarang disusun menurut urutan pemunculan dalam naskah. Sistem ini terkenal sebagai gaya Vancouver (Vancouver style).
Sistem nomor tetapi daftar rujukan disusun menurut abjad. Sebetulnya, sistem ini merupakan gabungan antara kedua sistem di atas.
Masing-masing sistem mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Gaya Harvard terutama memberi kejelasan mengenai sumber dan tahun informasi, tetapi banyak mengambil tempat dalam naskah. Sedangkan gaya Vancouver bersifat sangat ringkas. Gaya Harvard banyak dipakai dalam tesis, disertasi serta laporan penelitian, tetapi jurnal biomedik sebagian besar memakai gaya Vancouver.
Unsur-unsur Daftar Rujukan
Daftar rujukan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
Penulis
Mencakup penulis utama dan penulis pendamping (coauthor). Jika penulis lebih dari 6, maka hanya ditulis 6, kemudian dibelakangnya ditulis et al. (berasal dari et ali). Nama keluarga (family name) ditulis pertama kemudian diikuti singkatan nama pertama dan nama tengah. Untuk etnis yang tidak mempunyai nama keluarga, nama terakhir dianggap sebagai nama keluarga. Gelar kesarjanaan tidak perlu ditulis.
Judul
Mencakup judul, subjudul makalah dalam jurnal, bab atau bagian buku dan judul, subjudul majalah, buku atau monografi.
Fakta-fakta penerbitan
Mencakup tempat (kota), penerbit, waktu penerbitan (datum), dan jika perlu volume dan atau edisi (kecuali edisi pertama). Tempat penerbitan (kota) dituliskan nama lengkap resmi kota tempat buku tersebut diterbitkan. Jika lebih dari satu kota, tulis yang pertama saja. Untuk kota yang tidak terkenal, tuliskan juga negaranya. Nama penerbit dituliskan tepat menurut gaya yang dipakai penerbit. Datum penerbitan adalah datum hak cipta (copyright date). Tuliskan datum terakhir bila terdapat lebih dari satu datum. Untuk majalah maka perlu dituliskan volume majalah. Untuk majalah dengan nomor halaman yang berurutan dalam satu volume maka nomor majalah (issue) dan tanggal penerbitan majalah tidak usah disebutkan. Nomor halaman yang dikutip ditulis halaman awal dan halaman akhir. Hilangkan angka yang tidak memberi tambahan informasi. Monograf halaman tidak perlu ditulis.
Cara Penulisan Daftar Rujukan Menurut Gaya Vancouver
Rujukan diberi nomor sesuai dengan pemunculannya untuk pertama kali dalam naskah. Sumber rujukan ditulis dalam naskah memakai angka (Arab) dalam kurung (parentheses). Nomor rujukan pada keterangan gambar atau tabel urutannya sesuai dengan pemunculannya dalam naskah.
Judul jurnal disingkat sesuai dengan singkatan menurut Index Medicus. Daftar singkatan ini dapat juga diakses pada library’s web site (http://www.nlm.nih.gov).
Hindarkan memakai abstrak sebagai rujukan. Naskah yang telah diterima oleh suatu majalah, tetapi belum diterbitkan diberi tanda “in press” atau “forthcoming”. Penulis harus mendapat izin tertulis untuk dapat melakukan kutipan serta kepastian tentang penerbitannya. Naskah yang sudah dikirim ke suatu majalah, tetapi belum mendapat kepastian tentang diterima atau tidak, disebutkan sebagai “unpublished observations”. Naskah ini jika sangat penting dapat dipakai sebagai bahan rujukan dengan izin tertulis dari penulis naskah tersebut1.
Hindari memakai sumber “personal communication” atau “hubungan pribadi” kecuali jika merupakan informasi esensial. Harus didapatkan keterangan/izin tertulis dari sumber tentang akurasi isi komunikasi tersebut.Semua rujukan harus diverifikasi oleh penulis dari dokumen asli1. Contoh-contoh Penulisan Daftar Rujukan Menurut kepustakaan Gaya Vancouver.
Di bawah ini diberikan contoh cara penulisan daftar rujukan dalam berbagai bentuk yang sesuai dengan gaya Vancouver edisi tahun 19971:
Artikel jurnal baku (standard journal article)
a. Pengarang 6 atau kurang:
Mandrelli F, Annino L, Rotoli B. The GIMEMA ALL 0813 trial: analysis of 10-year follow-up. Br J Haematol 1996;92:665-72.
b. Pengarang lebih dari 6:
Owens DK, Sanders GD, Harris RA, McDonald KM, Heidenreich PA, Dembitzer AD, et al. Cost-Effectiveness of Implantable Cardioverter Defibrillators Relative to Amiodarone for Prevention of Sudden Cardiac Death. Ann Intern Med 1997;126:1-12.
c. Organisasi sebagai pengarang
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4.
d. Pengarang tidak disebutkan
Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15.
e. Volume dengan suplemen
Aulitzky WE, Despres D, Rudolf G, Aman C, Peschel C, Huber C. Recombinant Interferon Beta in Chronic Myelogenous Leukemia. Semin Hematol 1993;30 Suppl 3:14-6.
f. Volume dengan bagian (part)
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6.
g. No penerbitan majalah (issue) tanpa nomor volume
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4
h. Tidak ada nomor penerbitan majalah (issue) maupun nomor volume
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993:325-33.
i. Tipe artikel yang perlu disebutkan
Enzensberger W, Fisher PA. Metronome in Parkinson’s disease [letter]. Lancet 1996;347:1337.
Clement C, De Bock R. Hematological complications of hantavirus nephropathy (HVN) [abstract]. Kidney Int 1992:42:1285.
Buku dan monograf lain
a. Pengarang pribadi (personal author)
Armitage P, Berry G. Statistical Methods in Medical Research. 2nd ed. Oxford (UK): Blackwell Science;1994.
b. Organisasi sebagai pengarang
Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid programs. Washington:The Institute;1992.
Buku ajar dengan editor dan bab yang mempunyai pengarang tersendiri
a. Editor lebih dari 6
Hillman S. Iron Deficiencies and Other Hypoproliverative Anemias. In: Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, et al., editors. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 14th ed. New York: McGraw-Hill; 1998. p.634-7.
b. Editor sampai dengan 6
Lee GR. Iron Deficiency and Iron - Deficiency Anemia. In: Lee GR, Foerster J, Lukens J, Paraskevas F, Greer JP, Rodgers GM, editors. Wintrobe’s Clinical Hematology. 10th ed. Baltimore: Williams & Wilkins; 1999. p. 979 - 1010.
Catatan: gaya Vancouver sebelumnya memakai titik koma, bukan p sebelum nomor halaman.
Prosiding pertemuan ilmiah
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology: 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam:Elsevier; 1996.
Yang tidak diterbitkan oleh penerbit resmi
Bakta IM. Aspek Imunologi anemia aplastik. Naskah Lengkap Kongres Nasional Ke-VIII Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia; 11 - 13 Oktober 1997; Surabaya, Indonesia.
Makalah dalam suatu pertemuan ilmiah
Bengstsson S, Solheim BG, Enforcement of data protection, privacy and security in medical informatics. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Holland; 1992. p. 1561-5.
Laporan teknis dan Ilmiah
Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equiptment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US). Office of Evaluation and Inspections; 1994 Oct. Report No.: HHSI-GOEI69200860.
WHO ScientificGroup. Intestinal protozoan and helminthic infection. Geneva: World Health Organization; 1981. Technical Report Series No. 666.
Disertasi dan tesis
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly access and utilization. [dissertation]. St Louis (MO): Washington Univ.; 1995.
Sutarga IM. Faktor-faktor risiko terjadinya anemia ibu hamil di wilayah Puskesmas Abiansemal II Kecamatan Abiansemal Kab, Dati II Badung, Bali [thesis]. Surabaya: Universitas Airlangga; 1994.
Bahan publikasi lain
Artikel surat kabar
Mullery S. Doctors must figth child labor.Asian Medical News September 1996; Sect. A:1 (col.1-3).
Joesoef D. Mendambakan Utopia. Kompas 1998 Jan 8;Sect. A:4(col.5). Artikel jurnal dalam format elektronik
Morse SS. Factors in the emergence of infectious diseases. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5];1(1):[24 secreens]. Available from: URL: http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm.
Monograf dalam format elektronik
CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Mailbach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0 San Diego: CMEA; 1995.
File komputer
Hemodynamics III. The ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Compuiterized Educational Systems; 1993.
Bahan yang akan dipublikasikan
In press
Leshner AI. Molecular mechanisms of coccaine addiction. N Eng J Med. In press 1996.
Posted in Others. Tags: Gaya penulisan, Kepustakaan, Tata Tulis, Van Couver.
sumber.http://yayanakhyar.wordpress.com
April 25, 2008 — Ya2N^_^
Riwayat Timbulnya Gaya Vancouver
Sekelompok editor jurnal kedokteran berbahasa Inggris berkumpul di Vancouver, British Columbia, Kanada, pada 1978, untuk membicarakan petunjuk umum format manuskrip yang akan diterbitkan pada jurnal tersebut. Kelompok ini kemudian disebut sebagai “Vancouver Group”. Kelompok ini berkembang, kemudian secara resmi disebut sebagai “the International Committee of Medical Journal Editors”. Petunjuk umum tentang penulisan naskah yang disusun oleh grup ini dikenal sebagai “Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical Journal”. Di dalamnya mengandung petunjuk mengenai tata cara penulisan daftar rujukan. Tata cara ini dikenal sebagai gaya Vancouver atau “Vancouver style”. Kelompok ini bertemu setiap tahun. Pada Januari 1997 telah diterbitkan “Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical Journals” edisi kelima.
Tujuan Membuat Daftar Rujukan
Rujukan diperlukan sebagai sumber informasi dalam proses penelitian, baik dalam menyusun latar belakang penelitian maupun metode serta dalam pembahasan hasil. Dalam bagian-bagian ini kita memerlukan hasil-hasil penelitian orang lain sebagai rujukan. Semua data tentang sumber informasi ini ditulis dalam daftar rujukan.Tujuan membuat daftar rujukan ini adalah:
(1) Memberikan penghormatan secukupnya kepada sumber informasi yang telah kita kutip. (2) Memungkinkan pembaca untuk menelusuri sumber asli dari rujukan itu, baik untuk tujuan verifikasi maupun sebagai sumber informasi yang lebih lengkap.
Jenis Gaya Penulisan Daftar Rujukan
Pada dasarnya, terdapat 3 gaya penulisan daftar rujukan:
Sistem nama dan tahun, dalam daftar rujukan nama pengarang disusun menurut abjad. Gaya ini disebut gaya Harvard (Harvard style).
Sistem nomor, dalam daftar rujukan nama pengarang disusun menurut urutan pemunculan dalam naskah. Sistem ini terkenal sebagai gaya Vancouver (Vancouver style).
Sistem nomor tetapi daftar rujukan disusun menurut abjad. Sebetulnya, sistem ini merupakan gabungan antara kedua sistem di atas.
Masing-masing sistem mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Gaya Harvard terutama memberi kejelasan mengenai sumber dan tahun informasi, tetapi banyak mengambil tempat dalam naskah. Sedangkan gaya Vancouver bersifat sangat ringkas. Gaya Harvard banyak dipakai dalam tesis, disertasi serta laporan penelitian, tetapi jurnal biomedik sebagian besar memakai gaya Vancouver.
Unsur-unsur Daftar Rujukan
Daftar rujukan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
Penulis
Mencakup penulis utama dan penulis pendamping (coauthor). Jika penulis lebih dari 6, maka hanya ditulis 6, kemudian dibelakangnya ditulis et al. (berasal dari et ali). Nama keluarga (family name) ditulis pertama kemudian diikuti singkatan nama pertama dan nama tengah. Untuk etnis yang tidak mempunyai nama keluarga, nama terakhir dianggap sebagai nama keluarga. Gelar kesarjanaan tidak perlu ditulis.
Judul
Mencakup judul, subjudul makalah dalam jurnal, bab atau bagian buku dan judul, subjudul majalah, buku atau monografi.
Fakta-fakta penerbitan
Mencakup tempat (kota), penerbit, waktu penerbitan (datum), dan jika perlu volume dan atau edisi (kecuali edisi pertama). Tempat penerbitan (kota) dituliskan nama lengkap resmi kota tempat buku tersebut diterbitkan. Jika lebih dari satu kota, tulis yang pertama saja. Untuk kota yang tidak terkenal, tuliskan juga negaranya. Nama penerbit dituliskan tepat menurut gaya yang dipakai penerbit. Datum penerbitan adalah datum hak cipta (copyright date). Tuliskan datum terakhir bila terdapat lebih dari satu datum. Untuk majalah maka perlu dituliskan volume majalah. Untuk majalah dengan nomor halaman yang berurutan dalam satu volume maka nomor majalah (issue) dan tanggal penerbitan majalah tidak usah disebutkan. Nomor halaman yang dikutip ditulis halaman awal dan halaman akhir. Hilangkan angka yang tidak memberi tambahan informasi. Monograf halaman tidak perlu ditulis.
Cara Penulisan Daftar Rujukan Menurut Gaya Vancouver
Rujukan diberi nomor sesuai dengan pemunculannya untuk pertama kali dalam naskah. Sumber rujukan ditulis dalam naskah memakai angka (Arab) dalam kurung (parentheses). Nomor rujukan pada keterangan gambar atau tabel urutannya sesuai dengan pemunculannya dalam naskah.
Judul jurnal disingkat sesuai dengan singkatan menurut Index Medicus. Daftar singkatan ini dapat juga diakses pada library’s web site (http://www.nlm.nih.gov).
Hindarkan memakai abstrak sebagai rujukan. Naskah yang telah diterima oleh suatu majalah, tetapi belum diterbitkan diberi tanda “in press” atau “forthcoming”. Penulis harus mendapat izin tertulis untuk dapat melakukan kutipan serta kepastian tentang penerbitannya. Naskah yang sudah dikirim ke suatu majalah, tetapi belum mendapat kepastian tentang diterima atau tidak, disebutkan sebagai “unpublished observations”. Naskah ini jika sangat penting dapat dipakai sebagai bahan rujukan dengan izin tertulis dari penulis naskah tersebut1.
Hindari memakai sumber “personal communication” atau “hubungan pribadi” kecuali jika merupakan informasi esensial. Harus didapatkan keterangan/izin tertulis dari sumber tentang akurasi isi komunikasi tersebut.Semua rujukan harus diverifikasi oleh penulis dari dokumen asli1. Contoh-contoh Penulisan Daftar Rujukan Menurut kepustakaan Gaya Vancouver.
Di bawah ini diberikan contoh cara penulisan daftar rujukan dalam berbagai bentuk yang sesuai dengan gaya Vancouver edisi tahun 19971:
Artikel jurnal baku (standard journal article)
a. Pengarang 6 atau kurang:
Mandrelli F, Annino L, Rotoli B. The GIMEMA ALL 0813 trial: analysis of 10-year follow-up. Br J Haematol 1996;92:665-72.
b. Pengarang lebih dari 6:
Owens DK, Sanders GD, Harris RA, McDonald KM, Heidenreich PA, Dembitzer AD, et al. Cost-Effectiveness of Implantable Cardioverter Defibrillators Relative to Amiodarone for Prevention of Sudden Cardiac Death. Ann Intern Med 1997;126:1-12.
c. Organisasi sebagai pengarang
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4.
d. Pengarang tidak disebutkan
Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15.
e. Volume dengan suplemen
Aulitzky WE, Despres D, Rudolf G, Aman C, Peschel C, Huber C. Recombinant Interferon Beta in Chronic Myelogenous Leukemia. Semin Hematol 1993;30 Suppl 3:14-6.
f. Volume dengan bagian (part)
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6.
g. No penerbitan majalah (issue) tanpa nomor volume
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4
h. Tidak ada nomor penerbitan majalah (issue) maupun nomor volume
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993:325-33.
i. Tipe artikel yang perlu disebutkan
Enzensberger W, Fisher PA. Metronome in Parkinson’s disease [letter]. Lancet 1996;347:1337.
Clement C, De Bock R. Hematological complications of hantavirus nephropathy (HVN) [abstract]. Kidney Int 1992:42:1285.
Buku dan monograf lain
a. Pengarang pribadi (personal author)
Armitage P, Berry G. Statistical Methods in Medical Research. 2nd ed. Oxford (UK): Blackwell Science;1994.
b. Organisasi sebagai pengarang
Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid programs. Washington:The Institute;1992.
Buku ajar dengan editor dan bab yang mempunyai pengarang tersendiri
a. Editor lebih dari 6
Hillman S. Iron Deficiencies and Other Hypoproliverative Anemias. In: Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, et al., editors. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 14th ed. New York: McGraw-Hill; 1998. p.634-7.
b. Editor sampai dengan 6
Lee GR. Iron Deficiency and Iron - Deficiency Anemia. In: Lee GR, Foerster J, Lukens J, Paraskevas F, Greer JP, Rodgers GM, editors. Wintrobe’s Clinical Hematology. 10th ed. Baltimore: Williams & Wilkins; 1999. p. 979 - 1010.
Catatan: gaya Vancouver sebelumnya memakai titik koma, bukan p sebelum nomor halaman.
Prosiding pertemuan ilmiah
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology: 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam:Elsevier; 1996.
Yang tidak diterbitkan oleh penerbit resmi
Bakta IM. Aspek Imunologi anemia aplastik. Naskah Lengkap Kongres Nasional Ke-VIII Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia; 11 - 13 Oktober 1997; Surabaya, Indonesia.
Makalah dalam suatu pertemuan ilmiah
Bengstsson S, Solheim BG, Enforcement of data protection, privacy and security in medical informatics. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Holland; 1992. p. 1561-5.
Laporan teknis dan Ilmiah
Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equiptment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US). Office of Evaluation and Inspections; 1994 Oct. Report No.: HHSI-GOEI69200860.
WHO ScientificGroup. Intestinal protozoan and helminthic infection. Geneva: World Health Organization; 1981. Technical Report Series No. 666.
Disertasi dan tesis
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly access and utilization. [dissertation]. St Louis (MO): Washington Univ.; 1995.
Sutarga IM. Faktor-faktor risiko terjadinya anemia ibu hamil di wilayah Puskesmas Abiansemal II Kecamatan Abiansemal Kab, Dati II Badung, Bali [thesis]. Surabaya: Universitas Airlangga; 1994.
Bahan publikasi lain
Artikel surat kabar
Mullery S. Doctors must figth child labor.Asian Medical News September 1996; Sect. A:1 (col.1-3).
Joesoef D. Mendambakan Utopia. Kompas 1998 Jan 8;Sect. A:4(col.5). Artikel jurnal dalam format elektronik
Morse SS. Factors in the emergence of infectious diseases. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5];1(1):[24 secreens]. Available from: URL: http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm.
Monograf dalam format elektronik
CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Mailbach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0 San Diego: CMEA; 1995.
File komputer
Hemodynamics III. The ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Compuiterized Educational Systems; 1993.
Bahan yang akan dipublikasikan
In press
Leshner AI. Molecular mechanisms of coccaine addiction. N Eng J Med. In press 1996.
Posted in Others. Tags: Gaya penulisan, Kepustakaan, Tata Tulis, Van Couver.
sumber.http://yayanakhyar.wordpress.com
Friday, July 11, 2008
PENATALAKSANAAN AWAL JANTUNG
BERDASARKAN PARADIGMA SEHAT.
Oleh : Dr.Santoso Karo-karo MPH,SpJP
Penyakit Jantung dan pembuluh darah saat ini menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Dari seluruh kematian hampir 25% disebabkan oleh gangguan kelainan jantung dan pembuluh darah.
"Keadaan ini terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan semula karena 30 tahun yang lalu penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan baru akan menjadi masalah utama pada tahun 2000 ke atas. Kenapa ini berlangsung lebih cepat karena adanya perubahan gaya hidup yang berkait dengan perbaikan sosial ekonomi masyarakat kita" ujar Dr. Santoso Karo-karo MPH, SpJP dalam acara simposium "Penatalaksanaan Awal Serangan Jantung dan Otak" yang diselenggarakan oleh Yayasan Peduli jantung dan Stroke" belum lama ini di Jakarta.
Menurut Santoso, penyakit jantung dan pembuluh darah dan penyakit degeneratif lainnya akan semakin banyak menggangu kualitas hidup dan membutuhkan biaya sangat besar.
"Oleh karena itu, kita perlu mawas diri dan sejak dini melakukan upaya terutama dengan menghindari gaya hidup dan kebiasaan yang bisa menimbulkan penyakit-penyakit," Ujar Santoso.
Santoso menyebutkan , secara garis besar penyakit jantung dan pembuluh darah adalah : Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik, hipertensi atau darah tinggi, penyakit jantung bawaan, penyakit otot dan selaput jantung, gangguan irama jantung dan penyakit pembuluh darah perifer.
Menurut Santoso, yang paling penting adalah penyakit Jantung Koroner (PJK) karena ini yang paling banyak terdapat pada usia produktif dan merupakan penyebab kematian utama pada usia 45 tahun keatas. Penyakit darah tinggi (Hipertensi ) terdapat pada 14% penduduk indonesia (MONICA), sedangkan penyakit jantung bawaan terdapat pada 6-8 dari 1000 kelahiran.
PARADIGMA SEHAT
Santoso mengatakan, upaya kuratif termasuk pembedahan dan intervensi non bedah demikian juga upaya sekunder pada umunya memerlukan biaya yang mahal, maka untuyk pencegahan di masyarakat sebaiknya di lakukan pencegahan primer bahkan sedapat mungkin dilakukan pencegahan primodial.
Dengan demikian, kata santoso yang menjadi sasaran adalah orang yang masih sehat dan mengingat bahwa dimulainya awal proses ateros-klerosis adalah sejak usia muda, sasaran ini harus ditujukan terutama pada penduduk usia muda.
Pengalaman di negara-negara maju termasuk Australia ini kematian akibat penyakit kardioveskular dapat diturunkan sampai 30% dan sampai saat ini masih cenderung menurun. Upaya yang mempunyai peran utama adalah pengendalian lipid dan tekanan darah melalui edukasi tentang gaya hidup sehat, konsumsi gizi seimbang serta memelihara berat badan ideal; hidup aktif berolahraga serta tidak merokok. Upaya kuratif yang mahal seperti perawatan intensif, tidak besar peranannya terhadap penurunan moralitas dalam populasi.
Upaya yang diperlukan
Orang sehat tanpa Faktor Resiko Sudah ada faktor resiko tetapi belum sakit
1. Merokok Tidak merokok menganjurkan Orang lain agar tidak merokok
Berhenti merokok seterusnya
2. Konsumsi Makanan Makanan sehat Gizi seimbang memeriksa kadar kolesterol dan gula darah Bila ada dislipidemia melakukan diet. Dan kalau perlu dengan obat untuk mencapai sasaran kadar-kadar kolesterol yang dianjurkan
Memeriksa kadar lipid secara teratur
Bila ada diabetes melakukan diet dan olah raga yang dianjurkan memeriksa kadar gula darah dan fungsi ginjal secara teratur.
3. Tekanan Darah Memeriksa tekanan darah sebelum usia kerja dan sebelum usia 40 tahun Bila ada hipertensi, memeriksa tekanan darah teratur dan menjalani pengobatan
4. Berat Badan Memelihara berat badan ideal Memelihara berat badan ideal
5. Aktifitas fisik dan
Olah raga Hidup sehari-hari yang aktif, jalan setiap hari ( daily walk) Hidup sehari-hari yang aktif dan olah raga teratur sesuai anjuran.
6. Relaksasi Hindari hidup stres dan selalu ada kegiatan relaksasi dan tidur yang cukup Hindari hidup stres dan selalu ada kegiatan relaksasi dan tidur yang cukup
Upaya ini dicakup dalam slogan Panca upaya jantung kesehatan jantung yang dicanangkan oleh Yayasan Jantung Indonesia sejak tahun ini , yaitu "SEHAT" yang merupakan singkatan dari Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hindari Stress, Atasi tekanan darah tinggi, Teratur berolah raga
MENDETEKSI PJKA SECARA DINI
"Apabila kita ingin mendeteksi penyakit jantung koroner (PJK) pada stadium yang sangat dini sekali (artinya belum ada penyempitan ) sampai saat ini belum ada petanda Marker yang bisa bener-bener menunjukan bahwa seseorang sudah menderita stadium awal sekali dari PJK . Kateterisasi jantung, yaitu memasukan pipa lentur kedalam jantung untuk memotret pembuluh darah itu, hanya dapat menunjukan bila sudah ada penyempitan, jadi ini bukan deteksi dini.
Pemeriksaaan ini biayanya mahal dan mempunyai resiko kematian meskipun kecil" Ujar santoso. Pemeriksaan uji latih jantung (treadmill Test) Mampu mendeteksi pada 80% orang yang sudah mempunyai penyempitan pembuluh koroner bermakna, meskipun orang tersebut tidak mempunyai keluhan atau gejala sakit dada dalam keadaan biasa. "Jadi tes ini sebenarnya juga bukan deteksi dini, namun penting apabila kita mencurigai adanya PJK terutama pada usia 40 tahun keatas dan orang-orang yang mempunyai faktor resiko. Biaya pemeriksaan relatif murah." Tuturnya lagi.
Pemeriksaan skening ultrafast bisa menunjukan adanya plak pengapuran sebesar 2 mm di pembuluh darah, namun lagi-lagi ini bukan petanda yang dini sekali. Pemeriksaan ini juyga relatif mahal meskipun bahayanya praktis tidak ada.
Oleh karena itu, kata Santoso, sebenarnya yang penting adalah mendeteksi ada tidaknya faktor resiko pada seseorang jauh sebelum terjadi kelainan di pembuluh darah. Faktor resiko yang dengan mudah dan relatif sangat murah di periksa adalah : riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung atau stroke, tekanan darah tinggi , merokok, berat badan berlebih (gemuk), kelebihan kolesterol (dislipidemia), kencing manis (diabetes militus).
Orang yang mempunyai orang tua kandung atau saudara kandung yang meniggal tiba-tiba, atau mengalami serangan jantung atau stroke pada usia muda dibawah 60 tahun hanrus lebih tanggap. Ia harus mengusahakan agar jangan ada faktor-faktor resiko lain pada dirinya. ia harus sejak dini mengusahakan gaya hidup sehat (tidak merokok, rajin olah raga, makan-makanan sehat-seimbang dll ).
Tekanan darah tinggi dapat di deteksi dengan memeriksakan tekanan darah, pertama kali pada usia remaja, kemudian sebelum memasuki lapangan kerja , dan kalau normal, sekurang-kurannya di ulangi pada usia 40 tahun.
Berat badan dapat di periksa sejak dini, dan bila ada kegemukan (kelebihan berat badan ) segera mengusahakan menurunkannya dengan diet dan olah raga.
Kadar kolesterol perlu diperiksa pada masa kanak-kanak dan usia remaja , apabila di dalam riwayat keluarga ada faktor keturunan yang kuat , misalnya kakek sakit jantung atau stroke, ayah atau ibu juga menderita sakit jantung atau stroke.
Kadar gula darah, juga pada prinsipnya harus di deteksi pada usia dini apabila ada riwayat kencing manis yang kuat di dalam keluarga kandung.
Faktor resiko lain, seperti kadar fibrinogen, homosistein, kadar ipa, tidak begitu penting di periksa sejak dini, dan sampai saat ini belum diterima luas.
INFRAD MIOKARD AKUT
Sementara itu Dr. Jetty Sedyawan SpJP bagian kardiologi FKUI melaporkan, prevalensi penyakit kardioveskular di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Survei Kesehatan Rumah tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1992 menunjukan, bahwa penyakit tersebut telah menempati urutan pertama dalam penyebab kematian. Di negara Amerika Serikat , karena upaya masyarakat, pelayanan kesehatan dan pemerintah dalam penanggulangan penyakit kardioveskular, kejadian penyakit tersebut menurun, namun masih tetap merupakan penyebab uatma kematian. Dilaporkan bahwa setiap tahun terdapat 1,5 juta pasien terkena serangan jantung atau dalam terminologis medis di sebut Infrak Miokard Akut ( IMA ) dan terjadi kematian sejumlah 500 ribu pasien pertahun. Ternaytaa 50% dari kematian tersebut terjadi pada jam pertama IMA dan pada umumnya kematian tersebut terjadi di luar rumah sakit, disebabkan fibrikasi ventrikel.
Kenyataan tersebut, Jetty menunjukan bahwa peran pra rumah sakit merupakan elemen yang strategis dalam menentukan tingkat survival. Peran masyarakat, dokter keluarga, sistem pelayanan gawat darurat dan peran rumah sakit yaitu Instansi Gawat darurat (IGD) di pusat layan kesehatan sangat menentukan dalam keberhasilan penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit kardioveskular. Pasien, keluarga, masyarakat dan dikter keluarga diharapkan peduli perlunya penatalaksanaan IMA dengan cepat dan benar. Keterlambatan meminta pertolongan dan kurangnya kemampuan dokter yang pertama menangani pasien , bukan saja menjadikan pasien masuk dalam resiko tinggi untuk kematian akibat fibrilasi ventrikel, tetapi juga akan meurunkan efektifitas pemberian terapi trombolitik untuk menyelamatkan moikard dan mencegah meluasnya daerah infrak.
lihat sumber asli.http://new.merapi.net/umum/jantung/index.htm
BERDASARKAN PARADIGMA SEHAT.
Oleh : Dr.Santoso Karo-karo MPH,SpJP
Penyakit Jantung dan pembuluh darah saat ini menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Dari seluruh kematian hampir 25% disebabkan oleh gangguan kelainan jantung dan pembuluh darah.
"Keadaan ini terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan semula karena 30 tahun yang lalu penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan baru akan menjadi masalah utama pada tahun 2000 ke atas. Kenapa ini berlangsung lebih cepat karena adanya perubahan gaya hidup yang berkait dengan perbaikan sosial ekonomi masyarakat kita" ujar Dr. Santoso Karo-karo MPH, SpJP dalam acara simposium "Penatalaksanaan Awal Serangan Jantung dan Otak" yang diselenggarakan oleh Yayasan Peduli jantung dan Stroke" belum lama ini di Jakarta.
Menurut Santoso, penyakit jantung dan pembuluh darah dan penyakit degeneratif lainnya akan semakin banyak menggangu kualitas hidup dan membutuhkan biaya sangat besar.
"Oleh karena itu, kita perlu mawas diri dan sejak dini melakukan upaya terutama dengan menghindari gaya hidup dan kebiasaan yang bisa menimbulkan penyakit-penyakit," Ujar Santoso.
Santoso menyebutkan , secara garis besar penyakit jantung dan pembuluh darah adalah : Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik, hipertensi atau darah tinggi, penyakit jantung bawaan, penyakit otot dan selaput jantung, gangguan irama jantung dan penyakit pembuluh darah perifer.
Menurut Santoso, yang paling penting adalah penyakit Jantung Koroner (PJK) karena ini yang paling banyak terdapat pada usia produktif dan merupakan penyebab kematian utama pada usia 45 tahun keatas. Penyakit darah tinggi (Hipertensi ) terdapat pada 14% penduduk indonesia (MONICA), sedangkan penyakit jantung bawaan terdapat pada 6-8 dari 1000 kelahiran.
PARADIGMA SEHAT
Santoso mengatakan, upaya kuratif termasuk pembedahan dan intervensi non bedah demikian juga upaya sekunder pada umunya memerlukan biaya yang mahal, maka untuyk pencegahan di masyarakat sebaiknya di lakukan pencegahan primer bahkan sedapat mungkin dilakukan pencegahan primodial.
Dengan demikian, kata santoso yang menjadi sasaran adalah orang yang masih sehat dan mengingat bahwa dimulainya awal proses ateros-klerosis adalah sejak usia muda, sasaran ini harus ditujukan terutama pada penduduk usia muda.
Pengalaman di negara-negara maju termasuk Australia ini kematian akibat penyakit kardioveskular dapat diturunkan sampai 30% dan sampai saat ini masih cenderung menurun. Upaya yang mempunyai peran utama adalah pengendalian lipid dan tekanan darah melalui edukasi tentang gaya hidup sehat, konsumsi gizi seimbang serta memelihara berat badan ideal; hidup aktif berolahraga serta tidak merokok. Upaya kuratif yang mahal seperti perawatan intensif, tidak besar peranannya terhadap penurunan moralitas dalam populasi.
Upaya yang diperlukan
Orang sehat tanpa Faktor Resiko Sudah ada faktor resiko tetapi belum sakit
1. Merokok Tidak merokok menganjurkan Orang lain agar tidak merokok
Berhenti merokok seterusnya
2. Konsumsi Makanan Makanan sehat Gizi seimbang memeriksa kadar kolesterol dan gula darah Bila ada dislipidemia melakukan diet. Dan kalau perlu dengan obat untuk mencapai sasaran kadar-kadar kolesterol yang dianjurkan
Memeriksa kadar lipid secara teratur
Bila ada diabetes melakukan diet dan olah raga yang dianjurkan memeriksa kadar gula darah dan fungsi ginjal secara teratur.
3. Tekanan Darah Memeriksa tekanan darah sebelum usia kerja dan sebelum usia 40 tahun Bila ada hipertensi, memeriksa tekanan darah teratur dan menjalani pengobatan
4. Berat Badan Memelihara berat badan ideal Memelihara berat badan ideal
5. Aktifitas fisik dan
Olah raga Hidup sehari-hari yang aktif, jalan setiap hari ( daily walk) Hidup sehari-hari yang aktif dan olah raga teratur sesuai anjuran.
6. Relaksasi Hindari hidup stres dan selalu ada kegiatan relaksasi dan tidur yang cukup Hindari hidup stres dan selalu ada kegiatan relaksasi dan tidur yang cukup
Upaya ini dicakup dalam slogan Panca upaya jantung kesehatan jantung yang dicanangkan oleh Yayasan Jantung Indonesia sejak tahun ini , yaitu "SEHAT" yang merupakan singkatan dari Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hindari Stress, Atasi tekanan darah tinggi, Teratur berolah raga
MENDETEKSI PJKA SECARA DINI
"Apabila kita ingin mendeteksi penyakit jantung koroner (PJK) pada stadium yang sangat dini sekali (artinya belum ada penyempitan ) sampai saat ini belum ada petanda Marker yang bisa bener-bener menunjukan bahwa seseorang sudah menderita stadium awal sekali dari PJK . Kateterisasi jantung, yaitu memasukan pipa lentur kedalam jantung untuk memotret pembuluh darah itu, hanya dapat menunjukan bila sudah ada penyempitan, jadi ini bukan deteksi dini.
Pemeriksaaan ini biayanya mahal dan mempunyai resiko kematian meskipun kecil" Ujar santoso. Pemeriksaan uji latih jantung (treadmill Test) Mampu mendeteksi pada 80% orang yang sudah mempunyai penyempitan pembuluh koroner bermakna, meskipun orang tersebut tidak mempunyai keluhan atau gejala sakit dada dalam keadaan biasa. "Jadi tes ini sebenarnya juga bukan deteksi dini, namun penting apabila kita mencurigai adanya PJK terutama pada usia 40 tahun keatas dan orang-orang yang mempunyai faktor resiko. Biaya pemeriksaan relatif murah." Tuturnya lagi.
Pemeriksaan skening ultrafast bisa menunjukan adanya plak pengapuran sebesar 2 mm di pembuluh darah, namun lagi-lagi ini bukan petanda yang dini sekali. Pemeriksaan ini juyga relatif mahal meskipun bahayanya praktis tidak ada.
Oleh karena itu, kata Santoso, sebenarnya yang penting adalah mendeteksi ada tidaknya faktor resiko pada seseorang jauh sebelum terjadi kelainan di pembuluh darah. Faktor resiko yang dengan mudah dan relatif sangat murah di periksa adalah : riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung atau stroke, tekanan darah tinggi , merokok, berat badan berlebih (gemuk), kelebihan kolesterol (dislipidemia), kencing manis (diabetes militus).
Orang yang mempunyai orang tua kandung atau saudara kandung yang meniggal tiba-tiba, atau mengalami serangan jantung atau stroke pada usia muda dibawah 60 tahun hanrus lebih tanggap. Ia harus mengusahakan agar jangan ada faktor-faktor resiko lain pada dirinya. ia harus sejak dini mengusahakan gaya hidup sehat (tidak merokok, rajin olah raga, makan-makanan sehat-seimbang dll ).
Tekanan darah tinggi dapat di deteksi dengan memeriksakan tekanan darah, pertama kali pada usia remaja, kemudian sebelum memasuki lapangan kerja , dan kalau normal, sekurang-kurannya di ulangi pada usia 40 tahun.
Berat badan dapat di periksa sejak dini, dan bila ada kegemukan (kelebihan berat badan ) segera mengusahakan menurunkannya dengan diet dan olah raga.
Kadar kolesterol perlu diperiksa pada masa kanak-kanak dan usia remaja , apabila di dalam riwayat keluarga ada faktor keturunan yang kuat , misalnya kakek sakit jantung atau stroke, ayah atau ibu juga menderita sakit jantung atau stroke.
Kadar gula darah, juga pada prinsipnya harus di deteksi pada usia dini apabila ada riwayat kencing manis yang kuat di dalam keluarga kandung.
Faktor resiko lain, seperti kadar fibrinogen, homosistein, kadar ipa, tidak begitu penting di periksa sejak dini, dan sampai saat ini belum diterima luas.
INFRAD MIOKARD AKUT
Sementara itu Dr. Jetty Sedyawan SpJP bagian kardiologi FKUI melaporkan, prevalensi penyakit kardioveskular di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Survei Kesehatan Rumah tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1992 menunjukan, bahwa penyakit tersebut telah menempati urutan pertama dalam penyebab kematian. Di negara Amerika Serikat , karena upaya masyarakat, pelayanan kesehatan dan pemerintah dalam penanggulangan penyakit kardioveskular, kejadian penyakit tersebut menurun, namun masih tetap merupakan penyebab uatma kematian. Dilaporkan bahwa setiap tahun terdapat 1,5 juta pasien terkena serangan jantung atau dalam terminologis medis di sebut Infrak Miokard Akut ( IMA ) dan terjadi kematian sejumlah 500 ribu pasien pertahun. Ternaytaa 50% dari kematian tersebut terjadi pada jam pertama IMA dan pada umumnya kematian tersebut terjadi di luar rumah sakit, disebabkan fibrikasi ventrikel.
Kenyataan tersebut, Jetty menunjukan bahwa peran pra rumah sakit merupakan elemen yang strategis dalam menentukan tingkat survival. Peran masyarakat, dokter keluarga, sistem pelayanan gawat darurat dan peran rumah sakit yaitu Instansi Gawat darurat (IGD) di pusat layan kesehatan sangat menentukan dalam keberhasilan penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit kardioveskular. Pasien, keluarga, masyarakat dan dikter keluarga diharapkan peduli perlunya penatalaksanaan IMA dengan cepat dan benar. Keterlambatan meminta pertolongan dan kurangnya kemampuan dokter yang pertama menangani pasien , bukan saja menjadikan pasien masuk dalam resiko tinggi untuk kematian akibat fibrilasi ventrikel, tetapi juga akan meurunkan efektifitas pemberian terapi trombolitik untuk menyelamatkan moikard dan mencegah meluasnya daerah infrak.
lihat sumber asli.http://new.merapi.net/umum/jantung/index.htm
Sumber Informasi Bikin Sakit Jiwa
Kecanduan narkoba atau minuman keras jelas harus diwaspadai . Tapi tidak banyak yang tahu bahwa kecanduan internet ternyata juga harus diwaspadai. Dr.Jerald Block dari American Journal of Psychiatry baru-baru ini menulis bahwa para pecandu internet memenuhi kriteria untuk dianggap memiliki gangguan kejiwaan.
Menurut Jerald, kecanduan internet memiliki cakupan tiga hal yaitu: kecanduan judi, kecanduan pornografi, dan kecanduan komunikasi lewat teks atau chatting. Jenis kecanduan ini memiliki 4 komponen yaitu: kecanduan, penarikan diri, toleransi pada teknologi, dan adanya efek samping.
Para pecandu internet ini memiliki toleransi pada teknologi yang membuat mereka ingin selalu memiliki teknologi terbaru baik itu perangkat lunak maupun perangkat keras. Sementara sebagai efek samping, para pecandu ini akan terasing secara sosial dan mengalami tingkat kepenatan yang tinggi akibat duduk di depan komputer yang terlalu lama.
Di Korea Selatan, pemerintah mulai menanggapi kecanduan internet ini secara serius menyusul 10 kematian karena gangguan jantung yang terjadi di beberapa warnet dan 1 kasus pembunuhan yang berawal dari computer game. Pemerintah Korea Selatan memperkirakan ada sekitar 210 ribu anak muda yang mengalami kecanduan internet dan memerlukan bantuan medis.Sekitar 80% dari angka itu memerlukan perawatan psikotropika dan sekitar 20% bahkan harus dibawa ke rumah sakit.
Tidak seperti di Korea Selatan, di Amerika Serikat sendiri tidak mungkin mendapatkan data statistik seperti itu. Pengguna internet di Amerika kebanyakan menggunakan akses dari rumah sehingga sulit untuk dilacak. Sementara pengguna internet di Asia kebanyakan masih menggunakan jasa layanan internet umum seperti warnet.
Menurut Dr. Jerald, kecanduan ini sulit disembuhkan karena rata-rata pecandu menolak untuk dirawat sementara kemungkinan untuk kambuh cukup besar.
sumber.kapanlagi.com
Kecanduan narkoba atau minuman keras jelas harus diwaspadai . Tapi tidak banyak yang tahu bahwa kecanduan internet ternyata juga harus diwaspadai. Dr.Jerald Block dari American Journal of Psychiatry baru-baru ini menulis bahwa para pecandu internet memenuhi kriteria untuk dianggap memiliki gangguan kejiwaan.
Menurut Jerald, kecanduan internet memiliki cakupan tiga hal yaitu: kecanduan judi, kecanduan pornografi, dan kecanduan komunikasi lewat teks atau chatting. Jenis kecanduan ini memiliki 4 komponen yaitu: kecanduan, penarikan diri, toleransi pada teknologi, dan adanya efek samping.
Para pecandu internet ini memiliki toleransi pada teknologi yang membuat mereka ingin selalu memiliki teknologi terbaru baik itu perangkat lunak maupun perangkat keras. Sementara sebagai efek samping, para pecandu ini akan terasing secara sosial dan mengalami tingkat kepenatan yang tinggi akibat duduk di depan komputer yang terlalu lama.
Di Korea Selatan, pemerintah mulai menanggapi kecanduan internet ini secara serius menyusul 10 kematian karena gangguan jantung yang terjadi di beberapa warnet dan 1 kasus pembunuhan yang berawal dari computer game. Pemerintah Korea Selatan memperkirakan ada sekitar 210 ribu anak muda yang mengalami kecanduan internet dan memerlukan bantuan medis.Sekitar 80% dari angka itu memerlukan perawatan psikotropika dan sekitar 20% bahkan harus dibawa ke rumah sakit.
Tidak seperti di Korea Selatan, di Amerika Serikat sendiri tidak mungkin mendapatkan data statistik seperti itu. Pengguna internet di Amerika kebanyakan menggunakan akses dari rumah sehingga sulit untuk dilacak. Sementara pengguna internet di Asia kebanyakan masih menggunakan jasa layanan internet umum seperti warnet.
Menurut Dr. Jerald, kecanduan ini sulit disembuhkan karena rata-rata pecandu menolak untuk dirawat sementara kemungkinan untuk kambuh cukup besar.
sumber.kapanlagi.com
Segala yang perlu Anda ketahui mengenai Angiografi Koroner (Kateterisasi Jantung)
Apakah Angiografi Koroner
Angiografi koroner adalah suatu prosedur sinar-x (X-Ray) untuk memeriksa pembuluh darah arteri jantung (arteri koroner) dengan kamera khusus untuk melihat apakah pembuluh darah koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan. Prosedur ini ini merupakan suatu prosedur yang penting bila dokter menduga atau mengetahui anda penderita penyakit jantung koroner.
Dokter yang melakukan prosedur ini, dengan hanya melakukan pembiusan lokal, akan memasukkan sebuah selang plastik penjang dan tipis ke dalam sebuah pembuluh darah arteri di lipat paha atau tangan anda. Selang yang tipis dan fleksible ini disebut Kateter, sehinga proseur tersebut juga sering dikenal sebagai Kateterisasi Jantung.
Begitu kateter masuk ke dalam arteri di lipat paha atau tangan Anda, dokter akan memasukkan kateter tersebut sampai ke Aorta (pembuluh darah utama yang keluar dari jantung), tempat muara dari arteri koroner. Selanjutnya diinjeksikan suatu bahan khusus ke dalam arteri koroner dan diambil dengan gambar x-ray nya. Dengan demikian dokter dapat melihat masalah apa yang ada pada arteri koroner Anda.
Apa yang dapat diketahui dari Angiografi
Angiografi koroner dapat mendeteksi adanya penyakit jantung koroner dan merupakan satu-satunya metode yang akurat (Standar Emas - Diagnosis Pasti) untuk memperlihatkan bagian-bagian pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan oleh plak aterosklerosis.
Apakah penyakit Jantung Koroner
Anatomi Pembuluh Darah Koroner Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dari arteri koroner. Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah agar jantung dapat terus bekerja memompa. Arteri koroner terletak diluar jantung dan muaranya keluar dari Aorta.
Plak Aterosklerosis
Pembuluh Koroner Normal dan Tidak Normal Penyempitan atau sumbatan di pembuluh darah koroner disebabkan oleh adanya deposit yang terdiri dari lemak, sel-sel otot polos pembuluh darah koroner dan matriks ekstraselular lainnya (disebut juga plak aterosklerosis) di dinding arteri koroner. Plak ini terbentuk secara perlahan-lahan (bertahun-tahun) dari lapisan dinding pembuluh yang terus bertumbuh ke dalam lumen pembuluh, dan bukan merupakan suatu endapan atau timbunan yang menempel di dinding pembuluh. Bila plak ini sudah besar, maka lumen arteri menjadi menyempit dan aliran darah ke otot jantung akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan sakit dada (Angina Pectoris) atau serangan jantung (Heart Attack).
Angina biasanya timbul bila jantung harus bekerja lebih keras dari normal, seperti selama latihan atau saat emosi. Bagian jantung yang disuplai oleh arteri yang menyempit tidak mendapat cukup oksigen dan menyebabkan sakit dada. Pada serangan jantung, arteri yang menyempit tiba-tiba menjadi tersumbat total karena terbentuknya bekuan darah di arteri yang menyempit.
Bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut tidak menerima oksigen sama sekali dan dapat mengalami kerusakan secara permanen jika aliran darah tidak diperbaiki secara cepat. Untuk mengobati Angina dan untuk mencegah suatu serangan jantung, perlu diketahui pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan dan seberapa parah agar dokter Anda dapat memutuskan pengobatan yang terbaik untuk Anda.
Apakah ada resikonya ?
Seperti pada banyak pemeriksaan medis lainnya, ada beberapa resiko, tetapi masalah yang serius jarang dijumpai. Kebanyakan orang tidak mempunyai masalah, dan jika dokter Anda telah merekomendasikan pemeriksan ini berarti manfaat yang akan didapat dari pemeriksan ini jauh lebih melampaui resiko yang mungkin terjadi.
Masalah yang dapat terjadi adalah memar kecil disekitar tempat penusukkan (masuknya kateter) yang biasanya hilang dalam beberapa hari, benjolan di arteri tempat penusukkan atau iritasi serabut saraf di sekitarnya (dapat menyebabkan mati rasa atau kesemutan lokal yang bersifat sementara). Masalah lain yang juga jarang dijumpai adalah reaksi alergi terhadap bahan kontras. Masalah yang lebih serius dapat terjadi, terutama pada pasien dengan resiko tinggi, dan hal ini dapat didiskusikan dengan dokter Anda.
Persiapan Angiografi Koroner
Secara umum hal-hal dibawah ini secara rutin dilakukan:
1. Sebelum Anda menjalankan prosedur di rumah sakit, dokter akan meminta beberapa pemeriksaan untuk membantu menilai kasus Anda, seperti tes darah, elektrokardiogram, uji latih jantung berbeban (treadmill) dan atau rontgen dada.
2. Anda biasanya datang ke rumah sakit padi hari dan mungkin dirawat untuk satu malam berikutnya, Anda akan diminta untuk berpuasa (tidak boleh makan dan minum) selama 3 sampai 4 jam sebelum prosedur
3. Bila Anda sudah berada di rumah sakit, dokter dan atau perawat akan memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan menjawab setiap pertanyaan yang Anda tanyakan. Selanjutnya Anda akan diminta untuk menandatangi formulir persetujuan untuk prosedur.
4. Anda akan dicukur pada daerah dimana kateter akan dimasukkan, semua perhiasan akan dilepas dan memakai pakaian khusus. Selama prosedur Anda akan tetap sadar.
Prosedur Angiografi Koroner
Angiografi koroner dilakukan dalam suatu laboratorium khusus yang disebut laboratorium kateterisasi ("Cath Lab") yang menyerupai ruang operasi. Disana Anda akan dibaringkan di meja dan dihubungkan dengan suatu alat yang memonitor irama jantung Anda secara terus-menerus.
Sebuah daerah kecil di pergelangan lengan atau lipat paha Anda (tergantung daerah yang akan digunakan) akan dicukur dan dibersihkan. Daerah terseut akan ditutup dengan kain steril. Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau tangan Anda. Selanjutnya kateter dimasukkan ke dalam arteri. Digunakan anestesi lokal karena Anda harus tetap sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti instruksi dokter. Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta), ke muara arteri koroner di jantung. Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama pemeriksaan, karena tidak ada serabut saraf dalam pembuluh darah, maka Anda tidak dapat merasakan gerakan kateter dalam tubuh.
Penempatan kateter Ketika kateter sudah ada di arteri koroner, sejumlah bahan kontras diinjeksikan ke dalam kateter. Gambar sinar-x selanjutnya diambil saat bahan kontras berjalan melalui arteri koroner. Gambar ini terlihat di monitor televisi dan direkam dalam film. Beberapa kateter yang berbeda dipelrukan untuk memeriksa arteri koroner.
Seluruh pemeriksaan memerlukan waktu sekitar 30 menit. Setelah kateter dimasukkan akan ditekan agar darah tidak keluar. Anda selanjutnya tidak diperkenankan menggerakkan kaki atau tangan selama 4-6 jam. Bila pendarahan sudah berhenti, umumnya pasien dapat diperbolehkan pulang. Selanjutnya dokter Anda akan menjelaskan hasil Angiografi. Informasi pemeriksaan tentang jantung dan pembuluh darah koroner akan digunakan untuk menentukan pengobatan Anda dimasa yang akan datang.
Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Tergantung dari jumlah dan beratnya kelainan pada pembuluh koroner, pengobatan untuk penyakit jantung koroner biasanya meiputi paling tidak satu dari dibawah ini :
* Obat-obatan
Dengan obat-obatan dapat melebarkan pembuluh darah, memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan darah atau mengurangi sakit dada (angina). Ini semua mengurani beban kerja jantung pada sebagian kasus mungkin jenis pengobatan ini yang diperlukan.
* Angiplasti Koroner (PTCA / PCI)
Untuk memperbaiki aliran darah ke jantung dengan menggunakan balon spesial untuk membuka pembuluh darah yang menyempit. Bila diperlukan, "Stent" dapat dipasang pada daerah penyempitan, prosedurnya seperti pada Angiografi koroner.
* Bedah Pintas Koroner
Pembuluh darah yang sehat dari dada atau kaki atau lengan dicangkok ke pembuluh darah koroner yang tiak dapat berfungsi dengan baik. Darah selanjutnya dapat mengalir melalui jalan lain dengan melewati bagian yang mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Sumber:
Klinik Jantung Vascular Siloam Gleneagles Hospital - Lippo Karawaci Tanggerang
Apakah Angiografi Koroner
Angiografi koroner adalah suatu prosedur sinar-x (X-Ray) untuk memeriksa pembuluh darah arteri jantung (arteri koroner) dengan kamera khusus untuk melihat apakah pembuluh darah koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan. Prosedur ini ini merupakan suatu prosedur yang penting bila dokter menduga atau mengetahui anda penderita penyakit jantung koroner.
Dokter yang melakukan prosedur ini, dengan hanya melakukan pembiusan lokal, akan memasukkan sebuah selang plastik penjang dan tipis ke dalam sebuah pembuluh darah arteri di lipat paha atau tangan anda. Selang yang tipis dan fleksible ini disebut Kateter, sehinga proseur tersebut juga sering dikenal sebagai Kateterisasi Jantung.
Begitu kateter masuk ke dalam arteri di lipat paha atau tangan Anda, dokter akan memasukkan kateter tersebut sampai ke Aorta (pembuluh darah utama yang keluar dari jantung), tempat muara dari arteri koroner. Selanjutnya diinjeksikan suatu bahan khusus ke dalam arteri koroner dan diambil dengan gambar x-ray nya. Dengan demikian dokter dapat melihat masalah apa yang ada pada arteri koroner Anda.
Apa yang dapat diketahui dari Angiografi
Angiografi koroner dapat mendeteksi adanya penyakit jantung koroner dan merupakan satu-satunya metode yang akurat (Standar Emas - Diagnosis Pasti) untuk memperlihatkan bagian-bagian pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan oleh plak aterosklerosis.
Apakah penyakit Jantung Koroner
Anatomi Pembuluh Darah Koroner Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dari arteri koroner. Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah agar jantung dapat terus bekerja memompa. Arteri koroner terletak diluar jantung dan muaranya keluar dari Aorta.
Plak Aterosklerosis
Pembuluh Koroner Normal dan Tidak Normal Penyempitan atau sumbatan di pembuluh darah koroner disebabkan oleh adanya deposit yang terdiri dari lemak, sel-sel otot polos pembuluh darah koroner dan matriks ekstraselular lainnya (disebut juga plak aterosklerosis) di dinding arteri koroner. Plak ini terbentuk secara perlahan-lahan (bertahun-tahun) dari lapisan dinding pembuluh yang terus bertumbuh ke dalam lumen pembuluh, dan bukan merupakan suatu endapan atau timbunan yang menempel di dinding pembuluh. Bila plak ini sudah besar, maka lumen arteri menjadi menyempit dan aliran darah ke otot jantung akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan sakit dada (Angina Pectoris) atau serangan jantung (Heart Attack).
Angina biasanya timbul bila jantung harus bekerja lebih keras dari normal, seperti selama latihan atau saat emosi. Bagian jantung yang disuplai oleh arteri yang menyempit tidak mendapat cukup oksigen dan menyebabkan sakit dada. Pada serangan jantung, arteri yang menyempit tiba-tiba menjadi tersumbat total karena terbentuknya bekuan darah di arteri yang menyempit.
Bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut tidak menerima oksigen sama sekali dan dapat mengalami kerusakan secara permanen jika aliran darah tidak diperbaiki secara cepat. Untuk mengobati Angina dan untuk mencegah suatu serangan jantung, perlu diketahui pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan dan seberapa parah agar dokter Anda dapat memutuskan pengobatan yang terbaik untuk Anda.
Apakah ada resikonya ?
Seperti pada banyak pemeriksaan medis lainnya, ada beberapa resiko, tetapi masalah yang serius jarang dijumpai. Kebanyakan orang tidak mempunyai masalah, dan jika dokter Anda telah merekomendasikan pemeriksan ini berarti manfaat yang akan didapat dari pemeriksan ini jauh lebih melampaui resiko yang mungkin terjadi.
Masalah yang dapat terjadi adalah memar kecil disekitar tempat penusukkan (masuknya kateter) yang biasanya hilang dalam beberapa hari, benjolan di arteri tempat penusukkan atau iritasi serabut saraf di sekitarnya (dapat menyebabkan mati rasa atau kesemutan lokal yang bersifat sementara). Masalah lain yang juga jarang dijumpai adalah reaksi alergi terhadap bahan kontras. Masalah yang lebih serius dapat terjadi, terutama pada pasien dengan resiko tinggi, dan hal ini dapat didiskusikan dengan dokter Anda.
Persiapan Angiografi Koroner
Secara umum hal-hal dibawah ini secara rutin dilakukan:
1. Sebelum Anda menjalankan prosedur di rumah sakit, dokter akan meminta beberapa pemeriksaan untuk membantu menilai kasus Anda, seperti tes darah, elektrokardiogram, uji latih jantung berbeban (treadmill) dan atau rontgen dada.
2. Anda biasanya datang ke rumah sakit padi hari dan mungkin dirawat untuk satu malam berikutnya, Anda akan diminta untuk berpuasa (tidak boleh makan dan minum) selama 3 sampai 4 jam sebelum prosedur
3. Bila Anda sudah berada di rumah sakit, dokter dan atau perawat akan memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan menjawab setiap pertanyaan yang Anda tanyakan. Selanjutnya Anda akan diminta untuk menandatangi formulir persetujuan untuk prosedur.
4. Anda akan dicukur pada daerah dimana kateter akan dimasukkan, semua perhiasan akan dilepas dan memakai pakaian khusus. Selama prosedur Anda akan tetap sadar.
Prosedur Angiografi Koroner
Angiografi koroner dilakukan dalam suatu laboratorium khusus yang disebut laboratorium kateterisasi ("Cath Lab") yang menyerupai ruang operasi. Disana Anda akan dibaringkan di meja dan dihubungkan dengan suatu alat yang memonitor irama jantung Anda secara terus-menerus.
Sebuah daerah kecil di pergelangan lengan atau lipat paha Anda (tergantung daerah yang akan digunakan) akan dicukur dan dibersihkan. Daerah terseut akan ditutup dengan kain steril. Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau tangan Anda. Selanjutnya kateter dimasukkan ke dalam arteri. Digunakan anestesi lokal karena Anda harus tetap sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti instruksi dokter. Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta), ke muara arteri koroner di jantung. Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama pemeriksaan, karena tidak ada serabut saraf dalam pembuluh darah, maka Anda tidak dapat merasakan gerakan kateter dalam tubuh.
Penempatan kateter Ketika kateter sudah ada di arteri koroner, sejumlah bahan kontras diinjeksikan ke dalam kateter. Gambar sinar-x selanjutnya diambil saat bahan kontras berjalan melalui arteri koroner. Gambar ini terlihat di monitor televisi dan direkam dalam film. Beberapa kateter yang berbeda dipelrukan untuk memeriksa arteri koroner.
Seluruh pemeriksaan memerlukan waktu sekitar 30 menit. Setelah kateter dimasukkan akan ditekan agar darah tidak keluar. Anda selanjutnya tidak diperkenankan menggerakkan kaki atau tangan selama 4-6 jam. Bila pendarahan sudah berhenti, umumnya pasien dapat diperbolehkan pulang. Selanjutnya dokter Anda akan menjelaskan hasil Angiografi. Informasi pemeriksaan tentang jantung dan pembuluh darah koroner akan digunakan untuk menentukan pengobatan Anda dimasa yang akan datang.
Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Tergantung dari jumlah dan beratnya kelainan pada pembuluh koroner, pengobatan untuk penyakit jantung koroner biasanya meiputi paling tidak satu dari dibawah ini :
* Obat-obatan
Dengan obat-obatan dapat melebarkan pembuluh darah, memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan darah atau mengurangi sakit dada (angina). Ini semua mengurani beban kerja jantung pada sebagian kasus mungkin jenis pengobatan ini yang diperlukan.
* Angiplasti Koroner (PTCA / PCI)
Untuk memperbaiki aliran darah ke jantung dengan menggunakan balon spesial untuk membuka pembuluh darah yang menyempit. Bila diperlukan, "Stent" dapat dipasang pada daerah penyempitan, prosedurnya seperti pada Angiografi koroner.
* Bedah Pintas Koroner
Pembuluh darah yang sehat dari dada atau kaki atau lengan dicangkok ke pembuluh darah koroner yang tiak dapat berfungsi dengan baik. Darah selanjutnya dapat mengalir melalui jalan lain dengan melewati bagian yang mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Sumber:
Klinik Jantung Vascular Siloam Gleneagles Hospital - Lippo Karawaci Tanggerang
Rumah Sakit Pun Bisa Bikin Sakit
Suasana di sebuah rumah sakit di Jakarta saat terjadi lonjakan pasien demam berdarah beberapa saat lalu. Kondisi yang higienis, bahkan di rumah sakit sekalipun, dapat mengakibatkan infeksi, baik bagi penderita, keluarga pasien yang menunggu, maupun petugas kesehatan yang sedang bertugas.
Suasana hiruk-pikuk menyergap saat memasuki bangunan tua Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta, siang itu. Pasien dan keluarganya bercampur baur memadati ruang poliklinik dan tempat pengambilan obat. Sebagian pengunjung terpaksa menunggu di luar karena ruangan terlalu sesak.
Keletihan terpancar di wajah mereka. Sebagian dari mereka duduk lesehan di lorong-lorong, termasuk sejumlah anak balita. Beberapa orang lagi tidur beralaskan tikar di lorong rumah sakit tanpa memedulikan bising di sekitarnya. Sejumlah pengunjung tampak dengan lahap memakan bekal dari rumah untuk mengganjal perut.
Sementara itu, petugas kesehatan hilir-mudik, sebagian tampak mendorong kereta mengangkut pasien melintasi lorong yang dipadati pengunjung. Selama menanti giliran pemeriksaan kesehatan, kereta berisi pasien itu ditempatkan di selasar rumah sakit, bercampur dengan pengunjung lain.
Aroma obat-obatan menyengat saat berada di bangsal-bangsal rawat inap kelas tiga maupun di ruang unit gawat darurat (UGD). Di dalam bangsal, sebagian pasien tampak ditemani keluarganya.
Pada jam-jam tertentu, pasien di bangsal secara bergiliran didatangi petugas kesehatan untuk dipantau kondisinya entah dengan pengukuran tensi darah, pengambilan sampel darah untuk uji laboratorium.
Sumber infeksi
Sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit merupakan ajang pertemuan pasien, keluarga pasien, pembesuk, petugas kesehatan, bahkan pedagang asongan. Akibatnya, kebersihan lingkungan sulit dijaga, sampah bertebaran di berbagai sudut, terutama di rumah sakit pemerintah yang menjadi tumpuan warga miskin.
Kurang higienisnya lingkungan dan fasilitas perawatan kesehatan ini turut memicu munculnya infeksi. Dalam buku panduan DiagNews Edisi Khusus Program NICE disebutkan, infeksi pada umumnya dikategorikan sebagai infeksi yang diperoleh dari komunitas (CAI) atau infeksi yang didapat dari perawatan kesehatan (HAI), disebut juga sebagai infeksi nosokomial.
Istilah infeksi nosokomial mengacu pada infeksi mulai 48 jam atau berikutnya setelah masuk ke fasilitas perawatan kesehatan. Menurut dr Sardikin Giriputro, Direktur Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta, HAI merupakan masalah sulit dalam perawatan. Kriteria terjadinya HAI adalah sewaktu penderita masuk rumah sakit tidak dalam masa inkubasi dan tak ada gejala klinis, bukan dampak dari infeksi sebelumnya, serta gejala klinis timbul lebih dari 48 jam setelah dirawat atau tergantung dari masa inkubasi.
Sejauh ini, infeksi yang terkait perawatan kesehatan merupakan masalah besar di negara-negara seperti Jerman, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. Rata-rata 5-10 persen dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit di negara-negara barat terkena infeksi di dalam fasilitas perawatan kesehatan, yang menghasilkan jutaan kasus infeksi per tahun di tiap negara.
Di negara-negara berkembang, tingkat infeksi mencapai lebih dari 50 persen. Tingkat infeksi bergantung pada tiap fasilitas, bahkan di bangsal atau ruang operasi. Sejumlah studi menunjukkan 17,6 persen yang mendapat infeksi di RS Universitas Maroko—50 persen didapat dari bagian ruang gawat daruratnya. Sebanyak 16,5 persen di RS Universitas Brasil, 48,3 persen di RS militer Arab Saudi, dan 10 persen di RS Universitas India Barat di mana 67 persen pasien terkena HAI di ruang UGD.
”Infeksi di rumah sakit merupakan persoalan serius yang jadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien, tetapi mengakibatkan pasien dirawat lebih lama,” kata Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Farid W Husain. Saat ini, infeksi nosokomial di rumah sakit mencapai 9 persen atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia.
Sekitar satu dari 20 pasien HAI meninggal dunia-90.000 pasien setiap tahunnya di Amerika Serikat, dan 19.000 kasus dari MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus)-bakteri Staphylococcus aureus yang resistan terhadap obat meticilin dalam spektrum luas. MRSA umum ditemukan pada 25-30 persen di kulit semua orang. Di sejumlah negara Eropa, rata-rata 20.000 orang meninggal dunia tiap tahunnya dan sekitar 10 persen di antaranya dari MRSA.
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik disebabkan penggunaan yang tidak sesuai dan pengobatan sendiri, ketidakpatuhan pasien seperti penghentian pengobatan, manajemen higienitas yang tidak cukup, dan tidak mengikuti praktik yang telah terbukti.
Biaya tambahan perawatan kesehatan tiap pasien bisa lebih besar dari biaya asli perawatannya. Di AS tambahan biaya bisa mencapai 150.000 dollar AS. Beban ekonomi terkait dengan biaya langsung, kehilangan tenaga kerja, dan yang lain mencapai 90 miliar dollar AS per tahun untuk Amerika saja—biaya perawatan kesehatannya 30 miliar dollar AS.
Di Indonesia, jumlah studi mengenai masalah itu masih terbatas. Dari data statistik dunia dan tingginya tingkat infeksi di negara-negara berkembang, HAI juga merupakan masalah di Indonesia, yang mungkin juga telah memengaruhi jutaan pasien. Dengan potensi jutaan jenis infeksi di Indonesia, masalah HAI sesungguhnya lebih serius seperti halnya HIV atau flu burung. Di AS, HAI adalah penyebab kematian terbesar keempat.
Penyebab HAI
Infeksi yang terkait perawatan kesehatan disebabkan beragam bakteri, jamur, dan virus patogen disebut HAI. Infeksi ini didapat dari fasilitas kesehatan yang memengaruhi orang-orang dengan daya tahan tubuh atau imunitas menurun.
New York State Health menyebutkan, infeksi aliran darah adalah manifestasi klinis utama dari HAI, diikuti infeksi saluran kencing dan pneumonia. Infeksi lain yang juga bisa terjadi adalah infeksi saluran pencernaan, infeksi situs pembedahan, serta infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan.
Infeksi ini ada beberapa jenis bakteri penyebabnya. Contoh, infeksi aliran darah terutama disebabkan coagulase-negative staphylococci, selain dari Staph aureus. Enterokokus, jamur, S aureus, Enterobacter, Pseudomonas, dan Acinetobakter baumannii yang meningkat adalah penyebab infeksi aliran darah. Sementara infeksi saluran kencing sering disebabkan gram-negative Enterobacteriacea diikuti jamur dan Enterococci.
Salah satu patogen utama infeksi rumah sakit adalah MRSA. Bahayanya, MRSA mempunyai kemampuan untuk memiliki gen yang resisten atau kebal terhadap antibiotik. MRSA menyebabkan 50 persen dari semua infeksi yang didapat dari rumah sakit di Amerika Serikat. Ada banyak bakteri resisten lain yang ditularkan di rumah sakit.
Ada beberapa rute infeksi dengan mikroorganisme, yaitu kontak langsung, aliran udara, peralatan yang umum, dan vektor, misalnya melalui kontak dengan pasien, pengunjung, atau di area tunggu. Sementara penyebaran secara langsung antara lain kontaminasi melalui tangan dan baju petugas, dan penularan langsung maupun tak langsung terjadi lewat obyek dari cairan tubuh, serta kontak lewat udara melalui bersin atau batuk.
Selain itu juga infeksi melalui vektor seperti tikus, gigitan nyamuk, sistem sirkulasi udara, sarana umum seperti makanan dan obat-obatan, air minum, serta higienitas. Akan tetapi, ada juga yang cara penyebarannya kurang jelas. Stetoskop bisa saja membawa patogen dari pasien sebelumnya, sedangkan formulir laboratorium bisa mengandung bakteri dari sampel yang diambil.
Kain pel juga bisa membawa kuman dari UGD ke dalam ruang bersalin, demikian juga ban kursi roda atau brankar. Bahkan, obat dan peralatan bisa menyebarkan infeksi, misalnya jarum infus yang steril dapat membawa pyrogen. Lemak sapi yang digunakan sebagai pengobatan luka bakar di daerah-daerah pedalaman juga bisa mengandung cacar sapi.
Jaga kebersihan
Manajemen higienitas yang ketat merupakan cara terbaik untuk mengurangi risiko infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Di Amerika Serikat, program Sistem Pengawasan Infeksi Nosokomial Nasional (NNIS) yang telah dikembangkan sejak awal tahun 1970 untuk memerangi infeksi di rumah sakit telah diikuti sekitar 300 rumah sakit menengah dan besar di 42 negara bagian secara sukarela. Kini, sistem itu telah ditetapkan sebagai jaringan pusat pengetahuan dan basis data.
”Yang harus dilawan bukan infeksi, tetapi terjangkitnya infeksi itulah yang harus dihindari. Lingkungan tidak akan pernah bebas dari patogen, tetapi jalur kebersihan dalam pengobatan seperti mencuci tangan harus jadi fokus utama untuk mencegah infeksi,” kata Kepala Subdirektorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik di RS Khusus Ditjen Bina Pelayanan Medik Depkes drg Yosephine Lebang menegaskan.
”Kebersihan tangan juga harus dijaga untuk memutus rantai penularan infeksi karena tangan merupakan media transmisi patogen tersering di rumah sakit. Jadi, staf rumah sakit harus mencuci tangan mereka dengan cermat sebelum dan sesudah kontak fisik dengan pasien. Hai ini dilakukan dengan menggunakan sabun atau larutan aktif antibakteri secara teratur,” ujar Yosephine.
Salah satu cara pencegahan infeksi yang diperoleh di rumah sakit adalah mengisolasi pasien yang terinfeksi dan menjalankan peraturan pengisolasian ketat antara staf dan pengunjung. Hal ini meliputi pemisahan kereta, pakaian petugas, dan pembersihan alat dengan diberi kode warna. Ruangan dibersihkan dengan desinfektan setelah pasien selesai dirawat. Selain itu, pemberian resep antibiotik oleh semua dokter di rumah sakit perlu dibatasi secara ketat.
Menurut pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang kebersihan tangan yang diterbitkan Juli 2006, sebagai standar praktik kebersihan tangan di pelayanan kesehatan adalah dengan produk berbasis alkohol dan cuci tangan diperlukan pada situasi tertentu. Juga petugas harus menjaga kukunya agar pendek-bersih, menghindari pemakaian kuteks dan kuku palsu, serta tidak memakai cincin, gelang, dan arloji.
Masalahnya adalah bagaimana meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar praktik kebersihan tangan. Menurut hasil survei di RSPI Sulianti Saroso, misalnya, meski sarana dan prasarana untuk cuci tangan tersedia, petugas tidak mencuci tangan saat akan melakukan tindakan dan baru cuci tangan setelah tindakan medis.
Penggunaan alat pelindung juga tidak sesuai peraturan, seperti tidak memakai sarung tangan, petugas masih sering tidak menyarungkan kembali jarum suntik, dan tidak mengembalikan ke tempatnya dalam pengelolaan alat tajam. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai sering melebihi waktu yang ditentukan, dalam pengolahan limbah juga masih terjadi pencampuran antara limbah medis dan nonmedis.
Demi meningkatkan standar keamanan pasien, Depkes telah menerbitkan aturan mengenai pedoman manajerial program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPI RS) dan fasilitas pelayanan kesehatan lain melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007. Depkes juga menetapkan lima rumah sakit sebagai pusat pelatihan regional pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu RS Umum Pusat Adam Malik Medan, RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, RSUD Dr Soetomo Surabaya, dan RSUP Sanglah Denpasar.
Bekerja sama dengan pihak swasta, pemerintah juga meluncurkan program No Infection Campaign and Education (NICE). Program ini diracang untuk mengubah perilaku petugas kesehatan di seratus rumah sakit mulai Juni 2008 hingga Oktober 2009. Diharapkan, dari hal sederhana seperti menjaga kebersihan tangan, infeksi di rumah sakit yang bisa menyebabkan kematian pasien bisa dicegah.
kompas.com
Suasana di sebuah rumah sakit di Jakarta saat terjadi lonjakan pasien demam berdarah beberapa saat lalu. Kondisi yang higienis, bahkan di rumah sakit sekalipun, dapat mengakibatkan infeksi, baik bagi penderita, keluarga pasien yang menunggu, maupun petugas kesehatan yang sedang bertugas.
Suasana hiruk-pikuk menyergap saat memasuki bangunan tua Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta, siang itu. Pasien dan keluarganya bercampur baur memadati ruang poliklinik dan tempat pengambilan obat. Sebagian pengunjung terpaksa menunggu di luar karena ruangan terlalu sesak.
Keletihan terpancar di wajah mereka. Sebagian dari mereka duduk lesehan di lorong-lorong, termasuk sejumlah anak balita. Beberapa orang lagi tidur beralaskan tikar di lorong rumah sakit tanpa memedulikan bising di sekitarnya. Sejumlah pengunjung tampak dengan lahap memakan bekal dari rumah untuk mengganjal perut.
Sementara itu, petugas kesehatan hilir-mudik, sebagian tampak mendorong kereta mengangkut pasien melintasi lorong yang dipadati pengunjung. Selama menanti giliran pemeriksaan kesehatan, kereta berisi pasien itu ditempatkan di selasar rumah sakit, bercampur dengan pengunjung lain.
Aroma obat-obatan menyengat saat berada di bangsal-bangsal rawat inap kelas tiga maupun di ruang unit gawat darurat (UGD). Di dalam bangsal, sebagian pasien tampak ditemani keluarganya.
Pada jam-jam tertentu, pasien di bangsal secara bergiliran didatangi petugas kesehatan untuk dipantau kondisinya entah dengan pengukuran tensi darah, pengambilan sampel darah untuk uji laboratorium.
Sumber infeksi
Sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit merupakan ajang pertemuan pasien, keluarga pasien, pembesuk, petugas kesehatan, bahkan pedagang asongan. Akibatnya, kebersihan lingkungan sulit dijaga, sampah bertebaran di berbagai sudut, terutama di rumah sakit pemerintah yang menjadi tumpuan warga miskin.
Kurang higienisnya lingkungan dan fasilitas perawatan kesehatan ini turut memicu munculnya infeksi. Dalam buku panduan DiagNews Edisi Khusus Program NICE disebutkan, infeksi pada umumnya dikategorikan sebagai infeksi yang diperoleh dari komunitas (CAI) atau infeksi yang didapat dari perawatan kesehatan (HAI), disebut juga sebagai infeksi nosokomial.
Istilah infeksi nosokomial mengacu pada infeksi mulai 48 jam atau berikutnya setelah masuk ke fasilitas perawatan kesehatan. Menurut dr Sardikin Giriputro, Direktur Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta, HAI merupakan masalah sulit dalam perawatan. Kriteria terjadinya HAI adalah sewaktu penderita masuk rumah sakit tidak dalam masa inkubasi dan tak ada gejala klinis, bukan dampak dari infeksi sebelumnya, serta gejala klinis timbul lebih dari 48 jam setelah dirawat atau tergantung dari masa inkubasi.
Sejauh ini, infeksi yang terkait perawatan kesehatan merupakan masalah besar di negara-negara seperti Jerman, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. Rata-rata 5-10 persen dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit di negara-negara barat terkena infeksi di dalam fasilitas perawatan kesehatan, yang menghasilkan jutaan kasus infeksi per tahun di tiap negara.
Di negara-negara berkembang, tingkat infeksi mencapai lebih dari 50 persen. Tingkat infeksi bergantung pada tiap fasilitas, bahkan di bangsal atau ruang operasi. Sejumlah studi menunjukkan 17,6 persen yang mendapat infeksi di RS Universitas Maroko—50 persen didapat dari bagian ruang gawat daruratnya. Sebanyak 16,5 persen di RS Universitas Brasil, 48,3 persen di RS militer Arab Saudi, dan 10 persen di RS Universitas India Barat di mana 67 persen pasien terkena HAI di ruang UGD.
”Infeksi di rumah sakit merupakan persoalan serius yang jadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien, tetapi mengakibatkan pasien dirawat lebih lama,” kata Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Farid W Husain. Saat ini, infeksi nosokomial di rumah sakit mencapai 9 persen atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia.
Sekitar satu dari 20 pasien HAI meninggal dunia-90.000 pasien setiap tahunnya di Amerika Serikat, dan 19.000 kasus dari MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus)-bakteri Staphylococcus aureus yang resistan terhadap obat meticilin dalam spektrum luas. MRSA umum ditemukan pada 25-30 persen di kulit semua orang. Di sejumlah negara Eropa, rata-rata 20.000 orang meninggal dunia tiap tahunnya dan sekitar 10 persen di antaranya dari MRSA.
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik disebabkan penggunaan yang tidak sesuai dan pengobatan sendiri, ketidakpatuhan pasien seperti penghentian pengobatan, manajemen higienitas yang tidak cukup, dan tidak mengikuti praktik yang telah terbukti.
Biaya tambahan perawatan kesehatan tiap pasien bisa lebih besar dari biaya asli perawatannya. Di AS tambahan biaya bisa mencapai 150.000 dollar AS. Beban ekonomi terkait dengan biaya langsung, kehilangan tenaga kerja, dan yang lain mencapai 90 miliar dollar AS per tahun untuk Amerika saja—biaya perawatan kesehatannya 30 miliar dollar AS.
Di Indonesia, jumlah studi mengenai masalah itu masih terbatas. Dari data statistik dunia dan tingginya tingkat infeksi di negara-negara berkembang, HAI juga merupakan masalah di Indonesia, yang mungkin juga telah memengaruhi jutaan pasien. Dengan potensi jutaan jenis infeksi di Indonesia, masalah HAI sesungguhnya lebih serius seperti halnya HIV atau flu burung. Di AS, HAI adalah penyebab kematian terbesar keempat.
Penyebab HAI
Infeksi yang terkait perawatan kesehatan disebabkan beragam bakteri, jamur, dan virus patogen disebut HAI. Infeksi ini didapat dari fasilitas kesehatan yang memengaruhi orang-orang dengan daya tahan tubuh atau imunitas menurun.
New York State Health menyebutkan, infeksi aliran darah adalah manifestasi klinis utama dari HAI, diikuti infeksi saluran kencing dan pneumonia. Infeksi lain yang juga bisa terjadi adalah infeksi saluran pencernaan, infeksi situs pembedahan, serta infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan.
Infeksi ini ada beberapa jenis bakteri penyebabnya. Contoh, infeksi aliran darah terutama disebabkan coagulase-negative staphylococci, selain dari Staph aureus. Enterokokus, jamur, S aureus, Enterobacter, Pseudomonas, dan Acinetobakter baumannii yang meningkat adalah penyebab infeksi aliran darah. Sementara infeksi saluran kencing sering disebabkan gram-negative Enterobacteriacea diikuti jamur dan Enterococci.
Salah satu patogen utama infeksi rumah sakit adalah MRSA. Bahayanya, MRSA mempunyai kemampuan untuk memiliki gen yang resisten atau kebal terhadap antibiotik. MRSA menyebabkan 50 persen dari semua infeksi yang didapat dari rumah sakit di Amerika Serikat. Ada banyak bakteri resisten lain yang ditularkan di rumah sakit.
Ada beberapa rute infeksi dengan mikroorganisme, yaitu kontak langsung, aliran udara, peralatan yang umum, dan vektor, misalnya melalui kontak dengan pasien, pengunjung, atau di area tunggu. Sementara penyebaran secara langsung antara lain kontaminasi melalui tangan dan baju petugas, dan penularan langsung maupun tak langsung terjadi lewat obyek dari cairan tubuh, serta kontak lewat udara melalui bersin atau batuk.
Selain itu juga infeksi melalui vektor seperti tikus, gigitan nyamuk, sistem sirkulasi udara, sarana umum seperti makanan dan obat-obatan, air minum, serta higienitas. Akan tetapi, ada juga yang cara penyebarannya kurang jelas. Stetoskop bisa saja membawa patogen dari pasien sebelumnya, sedangkan formulir laboratorium bisa mengandung bakteri dari sampel yang diambil.
Kain pel juga bisa membawa kuman dari UGD ke dalam ruang bersalin, demikian juga ban kursi roda atau brankar. Bahkan, obat dan peralatan bisa menyebarkan infeksi, misalnya jarum infus yang steril dapat membawa pyrogen. Lemak sapi yang digunakan sebagai pengobatan luka bakar di daerah-daerah pedalaman juga bisa mengandung cacar sapi.
Jaga kebersihan
Manajemen higienitas yang ketat merupakan cara terbaik untuk mengurangi risiko infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Di Amerika Serikat, program Sistem Pengawasan Infeksi Nosokomial Nasional (NNIS) yang telah dikembangkan sejak awal tahun 1970 untuk memerangi infeksi di rumah sakit telah diikuti sekitar 300 rumah sakit menengah dan besar di 42 negara bagian secara sukarela. Kini, sistem itu telah ditetapkan sebagai jaringan pusat pengetahuan dan basis data.
”Yang harus dilawan bukan infeksi, tetapi terjangkitnya infeksi itulah yang harus dihindari. Lingkungan tidak akan pernah bebas dari patogen, tetapi jalur kebersihan dalam pengobatan seperti mencuci tangan harus jadi fokus utama untuk mencegah infeksi,” kata Kepala Subdirektorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik di RS Khusus Ditjen Bina Pelayanan Medik Depkes drg Yosephine Lebang menegaskan.
”Kebersihan tangan juga harus dijaga untuk memutus rantai penularan infeksi karena tangan merupakan media transmisi patogen tersering di rumah sakit. Jadi, staf rumah sakit harus mencuci tangan mereka dengan cermat sebelum dan sesudah kontak fisik dengan pasien. Hai ini dilakukan dengan menggunakan sabun atau larutan aktif antibakteri secara teratur,” ujar Yosephine.
Salah satu cara pencegahan infeksi yang diperoleh di rumah sakit adalah mengisolasi pasien yang terinfeksi dan menjalankan peraturan pengisolasian ketat antara staf dan pengunjung. Hal ini meliputi pemisahan kereta, pakaian petugas, dan pembersihan alat dengan diberi kode warna. Ruangan dibersihkan dengan desinfektan setelah pasien selesai dirawat. Selain itu, pemberian resep antibiotik oleh semua dokter di rumah sakit perlu dibatasi secara ketat.
Menurut pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang kebersihan tangan yang diterbitkan Juli 2006, sebagai standar praktik kebersihan tangan di pelayanan kesehatan adalah dengan produk berbasis alkohol dan cuci tangan diperlukan pada situasi tertentu. Juga petugas harus menjaga kukunya agar pendek-bersih, menghindari pemakaian kuteks dan kuku palsu, serta tidak memakai cincin, gelang, dan arloji.
Masalahnya adalah bagaimana meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar praktik kebersihan tangan. Menurut hasil survei di RSPI Sulianti Saroso, misalnya, meski sarana dan prasarana untuk cuci tangan tersedia, petugas tidak mencuci tangan saat akan melakukan tindakan dan baru cuci tangan setelah tindakan medis.
Penggunaan alat pelindung juga tidak sesuai peraturan, seperti tidak memakai sarung tangan, petugas masih sering tidak menyarungkan kembali jarum suntik, dan tidak mengembalikan ke tempatnya dalam pengelolaan alat tajam. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai sering melebihi waktu yang ditentukan, dalam pengolahan limbah juga masih terjadi pencampuran antara limbah medis dan nonmedis.
Demi meningkatkan standar keamanan pasien, Depkes telah menerbitkan aturan mengenai pedoman manajerial program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPI RS) dan fasilitas pelayanan kesehatan lain melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007. Depkes juga menetapkan lima rumah sakit sebagai pusat pelatihan regional pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu RS Umum Pusat Adam Malik Medan, RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, RSUD Dr Soetomo Surabaya, dan RSUP Sanglah Denpasar.
Bekerja sama dengan pihak swasta, pemerintah juga meluncurkan program No Infection Campaign and Education (NICE). Program ini diracang untuk mengubah perilaku petugas kesehatan di seratus rumah sakit mulai Juni 2008 hingga Oktober 2009. Diharapkan, dari hal sederhana seperti menjaga kebersihan tangan, infeksi di rumah sakit yang bisa menyebabkan kematian pasien bisa dicegah.
kompas.com
Wednesday, June 4, 2008
Ngeseks dengan Robot, Mungkinkah?
AMSTERDAM, MINGGU - Para ilmuwan dari berbagai belahan dunia dijadwalkan berkumpul dalam sebuah konferensi dunia yanguntuk pertamakalinya membahas kemungkinan hubungan secara pribadi antara manusia dengan robot. Konferensi yang digelar di Universitas Maastricht, Belanda Selatan, pada 12-13 Juni itu bahkan akan mendiskusikan kemungkinan hubungan seksual antara manusia dengan robot dalam beberapa dekade mendatang.
Para ahli dari Austria, Kanada, Belanda, Irlandia, Singapura, AS dan Inggris dijadwalkan hadir untuk menyampaikan sekitar 20 makalah dengan sejumlah topik menarik seperti aspek etis interaksi personal robot dan manusia yang disampaikan oleh Prof.dr. Ronald Arkin dari Georgia Institute of Technology, Atlanta, Amerika Serikat. Selain itu akan disampaikan pula pandangan mengenai berbagai aspek seperti emosi, kepribadian, pendekatan gender, psikologis, sosiologis, dan pendekatan filosofis.
Konferensi tersebut digagas menyusul disertasi doktor bertajuk "Intimate Relationships with Artificial Partners" karya David Levy yang dirampungkan di universitas yang sama pada Oktober 2007 lalu. Edisi komersial disertasi ini, yang berjudul ‘Love and Sex with Robots’ telah terbit tak lama setelah ia memperoleh gelar doktor tersebut . Dalam disertasinya, pecatur berusia 63 tahun itu menyatakan umat manusia akan semakin mengembangkan hubungan personal dengan robot.
Pada hari kedua konferensi bertajuk 1st International Conference On Human-Robot Personal Relatioship tersebut, Levy juga dijadwalkan menyampaikan makalah berjudul The Ethical Treatment of Artificially Conscious Robots.
kompas.com
AMSTERDAM, MINGGU - Para ilmuwan dari berbagai belahan dunia dijadwalkan berkumpul dalam sebuah konferensi dunia yanguntuk pertamakalinya membahas kemungkinan hubungan secara pribadi antara manusia dengan robot. Konferensi yang digelar di Universitas Maastricht, Belanda Selatan, pada 12-13 Juni itu bahkan akan mendiskusikan kemungkinan hubungan seksual antara manusia dengan robot dalam beberapa dekade mendatang.
Para ahli dari Austria, Kanada, Belanda, Irlandia, Singapura, AS dan Inggris dijadwalkan hadir untuk menyampaikan sekitar 20 makalah dengan sejumlah topik menarik seperti aspek etis interaksi personal robot dan manusia yang disampaikan oleh Prof.dr. Ronald Arkin dari Georgia Institute of Technology, Atlanta, Amerika Serikat. Selain itu akan disampaikan pula pandangan mengenai berbagai aspek seperti emosi, kepribadian, pendekatan gender, psikologis, sosiologis, dan pendekatan filosofis.
Konferensi tersebut digagas menyusul disertasi doktor bertajuk "Intimate Relationships with Artificial Partners" karya David Levy yang dirampungkan di universitas yang sama pada Oktober 2007 lalu. Edisi komersial disertasi ini, yang berjudul ‘Love and Sex with Robots’ telah terbit tak lama setelah ia memperoleh gelar doktor tersebut . Dalam disertasinya, pecatur berusia 63 tahun itu menyatakan umat manusia akan semakin mengembangkan hubungan personal dengan robot.
Pada hari kedua konferensi bertajuk 1st International Conference On Human-Robot Personal Relatioship tersebut, Levy juga dijadwalkan menyampaikan makalah berjudul The Ethical Treatment of Artificially Conscious Robots.
kompas.com
Lemah, Komunikasi Dokter-Pasien di Indonesia
Fenomena banyaknya pasien Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri dalam pandangan Menko Kesra Aburizal Bakrie bukan hanya persoalan kemajuan peralatan medis serta teknologi semata. Namun menurutnya, hal yang ikut berpengaruh besar adalah minimnya perhatian dan waktu yang disediakan dokter untuk berkomunikasi dengan pasien.
"Saya kira salah satu masalahnya adalah lemahnya komunikasi. Banyak dokter di Indonesia yang tak bisa meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan pasiennya, sehingga pasien merasa kurang nyaman," ungkap Menko Kesra dalam sambutannya saat meresmikan beroperasinya Rumah Sakit Puri Indah di Jakarta Barat hari ini.
Menko menilai bahwa jam kerja para dokter di Indonesia memang sangat padat. Hal ini pun tidak terlepas dari masih sangat minimnya tenaga ahli medis profesional di Tanah Air .
"Para dokter memang sangat kurang waktunya untuk memberi perhatian lebih kepada pasien. Minimnya jumlah dokter juga menjadi penyebabnya sehingga yang harus diupayakan adalah bagaimana kita mencetak sebanyak-banyaknya dokter-dokter yang dapat berkomunikasi, memberi waktu dan perhatian bagi pasien," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Pondok Indah Health Group, Dr. Hermansyah Kartowisastro mengakui bahwa untuk mengubah citra rumah sakit di Indonesia menjadi lebih baik sekaligus membuat para pasien tidak lagi berobat ke luar negeri adalah tantangan besar.
"Untuk itu, kami telah mulai berupaya melakukan berbagai terobosan di antarannya dengan memanfaatkan teknologi informasi guna meningkatkan kenyamanan, keselamatan dan keamanan pasien," ujarnya.
Dalam penerapannya di lapangan, RS Puri indah sendiri telah menggunakan sistem database komuputer seperti masalah peresepan yang merupakan wujud dari konsep paperless hospital. Dengan sistem teknologi informasi ini, jelas Hermansyur, rumah sakit menjadi lebih terbuka dan aman. "Semua juga bisa terhubung secara online satu sama lain, dan juga menghubungi rekan baik di dalam dan luar negeri," teranga.
Salah satu contoh sederhana misalnya masalah alergi pada pasien yang sudah tercatat sejak masuk RS. "Ketika dokter atau bagian lain membuka file di komputer, akan ada alert mengenai bagian apa dari pasien yang mengalami alergi. Ini juga sangat bermanfaat untuk membuat resep obat. Jadi ini akan memudahkan dokter dan membuat pasien aman," ujarnya.
bagaimana dengan perawat ??????????
kompas.com
Fenomena banyaknya pasien Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri dalam pandangan Menko Kesra Aburizal Bakrie bukan hanya persoalan kemajuan peralatan medis serta teknologi semata. Namun menurutnya, hal yang ikut berpengaruh besar adalah minimnya perhatian dan waktu yang disediakan dokter untuk berkomunikasi dengan pasien.
"Saya kira salah satu masalahnya adalah lemahnya komunikasi. Banyak dokter di Indonesia yang tak bisa meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan pasiennya, sehingga pasien merasa kurang nyaman," ungkap Menko Kesra dalam sambutannya saat meresmikan beroperasinya Rumah Sakit Puri Indah di Jakarta Barat hari ini.
Menko menilai bahwa jam kerja para dokter di Indonesia memang sangat padat. Hal ini pun tidak terlepas dari masih sangat minimnya tenaga ahli medis profesional di Tanah Air .
"Para dokter memang sangat kurang waktunya untuk memberi perhatian lebih kepada pasien. Minimnya jumlah dokter juga menjadi penyebabnya sehingga yang harus diupayakan adalah bagaimana kita mencetak sebanyak-banyaknya dokter-dokter yang dapat berkomunikasi, memberi waktu dan perhatian bagi pasien," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Pondok Indah Health Group, Dr. Hermansyah Kartowisastro mengakui bahwa untuk mengubah citra rumah sakit di Indonesia menjadi lebih baik sekaligus membuat para pasien tidak lagi berobat ke luar negeri adalah tantangan besar.
"Untuk itu, kami telah mulai berupaya melakukan berbagai terobosan di antarannya dengan memanfaatkan teknologi informasi guna meningkatkan kenyamanan, keselamatan dan keamanan pasien," ujarnya.
Dalam penerapannya di lapangan, RS Puri indah sendiri telah menggunakan sistem database komuputer seperti masalah peresepan yang merupakan wujud dari konsep paperless hospital. Dengan sistem teknologi informasi ini, jelas Hermansyur, rumah sakit menjadi lebih terbuka dan aman. "Semua juga bisa terhubung secara online satu sama lain, dan juga menghubungi rekan baik di dalam dan luar negeri," teranga.
Salah satu contoh sederhana misalnya masalah alergi pada pasien yang sudah tercatat sejak masuk RS. "Ketika dokter atau bagian lain membuka file di komputer, akan ada alert mengenai bagian apa dari pasien yang mengalami alergi. Ini juga sangat bermanfaat untuk membuat resep obat. Jadi ini akan memudahkan dokter dan membuat pasien aman," ujarnya.
bagaimana dengan perawat ??????????
kompas.com
Infeksi di Rumah Sakit Mengancam Pasien
RUMAH sakit sebagai tempat perawatan dan penyembuhan pasien ternyata rentan bagi terjadinya infeksi penyakit. Infeksi di rumah sakit (Health-care Associated Infections/HAIs) merupakan persoalan serius karena dapat menimbulkan kematian pasien.
Menurut keterangan Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Farid W Husain saat peluncuran kampanye pengendalian infeksi nosokomial di Jakarta, Rabu (5/6), kasus infeksi di rumah sakit (nosokomial) pada pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia saat ini diperkirakan mencapai sembilan persen.
"Artinya kasus infeksi semacam ini dialami oleh lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia," ungkapnya
Di Indonesia, menurut Farid, sejauh ini belum ada data akurat tentang angka infeksi nosokomial nasional meski sudah sejak lama mengetahui dan melakukan upaya untuk mencegah dan mengendalikan masalah kesehatan tersebut.
"Di sini juga ada. Hanya belum ada yang mengeluarkan datanya. Karena itu, selama kampanye diharapkan data-data sekalian bisa dikumpulkan," katanya.
Masalah infeksi di rumah sakit, lanjut Farid, adalah persoalan serius karena bisa menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tak berakibat kematian, infeksi yang bisa terjadi melalui penularan antar pasien, dari pasien ke pengunjung atau petugas dan dari petugas ke pasien itu bisa mengakibatkan pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit lebih banyak.
Oleh karena itu, katanya, kejadian infeksi nosokomial harus ditekan hingga seminimal mungkin dengan menerapkan strategi pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat.
"Supaya tidak ada lagi infeksi, semua yang ada di rumah sakit harus tahu cara mencegah dan mengendalikannya, baik itu perawat, dokter, petugas laboratorium, penjaga, pasien, maupun pengunjungnya," kata Farid.
Ia menambahkan, untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran petugas kesehatan akan ancaman infeksi nosokomial mulai tahun ini Departemen Kesehatan melakukan kampanye dengan memberikan pendidikan dan pelatihan pengendalian infeksi di rumah sakit bagi tenaga kesehatan di rumah sakit.
Pada tahap awal, kampanye yang akan dilakukan bekerja sama dengan MRK Diagnostics dan The Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) itu dirancang untuk mengubah perilaku petugas kesehatan di 100 rumah sakit selama Juni 2008-Oktober 2009.
"Target awalnya 100 rumah sakit, dan selanjutnya ini akan dilakukan terus menerus di seluruh rumah sakit," katanya.
Ia menambahkan, Departemen Kesehatan dalam hal ini telah menetapkan Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Adam Malik Medan, RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung, RSUP dr Sardjito Yogyakarta, RSUP dr.Sutomo Surabaya dan RSUP Sanglah Denpasar sebagai pusat pelatihan regional pencegahan dan pengendalian infeksi.
kompas.com
RUMAH sakit sebagai tempat perawatan dan penyembuhan pasien ternyata rentan bagi terjadinya infeksi penyakit. Infeksi di rumah sakit (Health-care Associated Infections/HAIs) merupakan persoalan serius karena dapat menimbulkan kematian pasien.
Menurut keterangan Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Farid W Husain saat peluncuran kampanye pengendalian infeksi nosokomial di Jakarta, Rabu (5/6), kasus infeksi di rumah sakit (nosokomial) pada pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia saat ini diperkirakan mencapai sembilan persen.
"Artinya kasus infeksi semacam ini dialami oleh lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia," ungkapnya
Di Indonesia, menurut Farid, sejauh ini belum ada data akurat tentang angka infeksi nosokomial nasional meski sudah sejak lama mengetahui dan melakukan upaya untuk mencegah dan mengendalikan masalah kesehatan tersebut.
"Di sini juga ada. Hanya belum ada yang mengeluarkan datanya. Karena itu, selama kampanye diharapkan data-data sekalian bisa dikumpulkan," katanya.
Masalah infeksi di rumah sakit, lanjut Farid, adalah persoalan serius karena bisa menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tak berakibat kematian, infeksi yang bisa terjadi melalui penularan antar pasien, dari pasien ke pengunjung atau petugas dan dari petugas ke pasien itu bisa mengakibatkan pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit lebih banyak.
Oleh karena itu, katanya, kejadian infeksi nosokomial harus ditekan hingga seminimal mungkin dengan menerapkan strategi pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat.
"Supaya tidak ada lagi infeksi, semua yang ada di rumah sakit harus tahu cara mencegah dan mengendalikannya, baik itu perawat, dokter, petugas laboratorium, penjaga, pasien, maupun pengunjungnya," kata Farid.
Ia menambahkan, untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran petugas kesehatan akan ancaman infeksi nosokomial mulai tahun ini Departemen Kesehatan melakukan kampanye dengan memberikan pendidikan dan pelatihan pengendalian infeksi di rumah sakit bagi tenaga kesehatan di rumah sakit.
Pada tahap awal, kampanye yang akan dilakukan bekerja sama dengan MRK Diagnostics dan The Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) itu dirancang untuk mengubah perilaku petugas kesehatan di 100 rumah sakit selama Juni 2008-Oktober 2009.
"Target awalnya 100 rumah sakit, dan selanjutnya ini akan dilakukan terus menerus di seluruh rumah sakit," katanya.
Ia menambahkan, Departemen Kesehatan dalam hal ini telah menetapkan Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Adam Malik Medan, RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung, RSUP dr Sardjito Yogyakarta, RSUP dr.Sutomo Surabaya dan RSUP Sanglah Denpasar sebagai pusat pelatihan regional pencegahan dan pengendalian infeksi.
kompas.com
Friday, May 30, 2008
Musik sebagai obat
Hampir setiap orang menggunakan musik pada saat santai atau mungkin untuk mendapatkan energi. Tapi disiplin terapi musik menggunakan musik lebih jauh, dari memerangi depresi sampai melawan kanker.
Cheryl Dileo, seorang profesor terapi musik dan direktur Arts and Quality Life research Center di Temple University mengatakan bahwa terapi musik adalah praktek berbasis bukti yang dapat mengubah secara fisik, fisiologi, sosial dan daerah kognitif melalui pengalaman musik dan hubungan yang berkembang antara klien dan pemberi terapinya.
Nyalakan radio pada stasiun favorit untuk menghilangkan mood jelek tidak sebaik terapi musik, jelas Dileo. Bantuan diri melalui musik bukanlah terapi musik, walqaupun banyak orang menggunakan musik untuk diri mereka masing-masing, contohnya relakasasi untuk memperbaiki mood mereka atau teman olahraga.
Terapi musik melibatkan proses antar personal melalui seorang ahli terapi terlatih yang menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk memenuhi kebutuhan klien yang diujinya. Walaupun banyak orang mengetahui secara intuisi bagaimana menggunakan musik bagi mereka, ketika digunakan dalam proses terapi musik oleh ahli terapi terlatih, dapat menjadi lebih berdaya dalam mencapai hasil positif dari fisik, fisiologi, kognitif dan sosial.
Menurut Dileo, penggunaan terapi musik sudah bnyak sekali. Terapi musik dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan pada pasien di rumah sakit yang menjalani prosedur medik yang sulit. Juga dapat membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan mood. Terapi musik juga dapat membantu pasien depresi mengekspresikan perasaan mereka. Terapi musik telah digunakan untuk menjaga pasien alzheime tetap kalem dan membantu meningkatkan ingatan mereka di Institute for Music and Neurologic Function di Beth Abraham family of Health Services, New York City. Di Children’s Memorial Hospital Chicago, ahli terapi musik terdaftar Elisabeth Pociask menggunakan terapi musik untuk membantu orangtua baru menenangkan bayi mereka.
Dileo mengatakan bahwa ahli terapi musik harus disertifikasi, yang artinya mereka harus menghadiri program kuliah 4 tahun dan menyelesaikan supervisi internal dan lulus ujian nasional. Namun demikian, program musik non formal dapat membantu. Katherine Puckett, direktur nasional mind-body medicine di Cancer Treatment Centers of America mengetakan bahwa ketika mereka tidak mempunyai ahli terapi musik sebagai staf, pusat ini menggunakan musik hanya untuk membantu pasien-pasien mereka. Menenangkan tubuh dapat membantu menghilangkan nyeri fisik dan orang lebih sedikit memerlukan pengobatan.
Cancer Treatment Centers of America menjaga perpustakaan musik tersedia bagi pasien dan mereka mempunyai kegiata khusus yang membantu pelepasan emosi bagi pasien-pasien. Beberapa orang dapat melepaskan emosi melalui berbicara, tapi beberapa orang perlu pelepasan non verbal. Pucket mengatakan bahwa orang-orang merespon musik. Musik menenangkan, membuat nyaman dan menyejukan.
kalbe.co.id
Hampir setiap orang menggunakan musik pada saat santai atau mungkin untuk mendapatkan energi. Tapi disiplin terapi musik menggunakan musik lebih jauh, dari memerangi depresi sampai melawan kanker.
Cheryl Dileo, seorang profesor terapi musik dan direktur Arts and Quality Life research Center di Temple University mengatakan bahwa terapi musik adalah praktek berbasis bukti yang dapat mengubah secara fisik, fisiologi, sosial dan daerah kognitif melalui pengalaman musik dan hubungan yang berkembang antara klien dan pemberi terapinya.
Nyalakan radio pada stasiun favorit untuk menghilangkan mood jelek tidak sebaik terapi musik, jelas Dileo. Bantuan diri melalui musik bukanlah terapi musik, walqaupun banyak orang menggunakan musik untuk diri mereka masing-masing, contohnya relakasasi untuk memperbaiki mood mereka atau teman olahraga.
Terapi musik melibatkan proses antar personal melalui seorang ahli terapi terlatih yang menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk memenuhi kebutuhan klien yang diujinya. Walaupun banyak orang mengetahui secara intuisi bagaimana menggunakan musik bagi mereka, ketika digunakan dalam proses terapi musik oleh ahli terapi terlatih, dapat menjadi lebih berdaya dalam mencapai hasil positif dari fisik, fisiologi, kognitif dan sosial.
Menurut Dileo, penggunaan terapi musik sudah bnyak sekali. Terapi musik dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan pada pasien di rumah sakit yang menjalani prosedur medik yang sulit. Juga dapat membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan mood. Terapi musik juga dapat membantu pasien depresi mengekspresikan perasaan mereka. Terapi musik telah digunakan untuk menjaga pasien alzheime tetap kalem dan membantu meningkatkan ingatan mereka di Institute for Music and Neurologic Function di Beth Abraham family of Health Services, New York City. Di Children’s Memorial Hospital Chicago, ahli terapi musik terdaftar Elisabeth Pociask menggunakan terapi musik untuk membantu orangtua baru menenangkan bayi mereka.
Dileo mengatakan bahwa ahli terapi musik harus disertifikasi, yang artinya mereka harus menghadiri program kuliah 4 tahun dan menyelesaikan supervisi internal dan lulus ujian nasional. Namun demikian, program musik non formal dapat membantu. Katherine Puckett, direktur nasional mind-body medicine di Cancer Treatment Centers of America mengetakan bahwa ketika mereka tidak mempunyai ahli terapi musik sebagai staf, pusat ini menggunakan musik hanya untuk membantu pasien-pasien mereka. Menenangkan tubuh dapat membantu menghilangkan nyeri fisik dan orang lebih sedikit memerlukan pengobatan.
Cancer Treatment Centers of America menjaga perpustakaan musik tersedia bagi pasien dan mereka mempunyai kegiata khusus yang membantu pelepasan emosi bagi pasien-pasien. Beberapa orang dapat melepaskan emosi melalui berbicara, tapi beberapa orang perlu pelepasan non verbal. Pucket mengatakan bahwa orang-orang merespon musik. Musik menenangkan, membuat nyaman dan menyejukan.
kalbe.co.id
Hubungan antara antikolinergik dan fungsi kognitif
Sebuah hasil penelitian baru-baru ini dipresentasikan dalam sebuah pertemuan American Academy of Neurology ke-60 tahun 2008 di Chicago baru-baru ini, dimana dalam pertemuan tersebut berhasil menjelaskan bahwa ternyata semua obat-obatan yang mempunyai efek antikolinergik berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif pada orang tua.
Temuan ini sekaligus merupakan sebuah anjuran kepada dokter untuk lebih berhati-hati dalam meresepkan obat-obatan yang memungkinkan akan mempunyai efek tersebut, demikian menurut penjelasan Dr. Jack Tsao, seorang profesor di bidang Neurologi yang bertugas di Universitas Uniformed Services di Bethesda, Maryland, Amerika.
Efek antikolinergik yang kuat sering terdapat pada obat-obat antiparkinson dan obat yang dapat dipakai untuk mengatasi “overactive-bladder” atau gangguan berkemih, selain itu juga disebutkan ada beberapa obat yang mempunyai efek antikolinergik diantaranya seperti Warfarin, Furosemide, Hydrochlorothiazide (HCT), serta Ranitidine meski efek antikoklinegik yang lemah.
Ketika kita membaca literatur, kebanyakan pengobatan tidak disebutkan dalam brosurnya mempunyai efek antikolinergik, padahal secara nyata bahwa efek tersebut ada secara in-vitro. Melihat kenyataan tersebut, hal in merupakan sebuah problem yang potensial pada populasi yang besar, dengan mengacu dari sebuah data sebuah penelitian “Rush Religious Orders Study”, yang melakukan penelitian jangka panjang bermetode kohort yang merekrut semuanya adalah orang tua dan demensia, sebanyak 870 dan kurang dari 1 tahun dilakukan follow-up evaluasi.
Saat baseline dan evaluasi secara klinik, pengobatan dan penggunaan suplemen dilakukan pengamatan secara seksama dari setiap obat-obatan di dalam botol dan fungsi kognitif secara klinik diukur dalam 21 item pengukuran dengan alat khusus yang dinamakan “neuropsychological battery”.
Pasien dibagi ke dalam kelompoknya dan kemudian di daftar, pasien yang mendapatkan obat yang ada efek antikolinergik sebanyak 679 dan sama sekali tidak menggunakan obat yang memberikan efek antikolinergik sebanyak 191 pasien. Setiap peserta yang ikut dilakukan observasi selama 7,8 tahun, dan kemudian dicatat, dan diamati model dari regresinya, yang dicocokkan dengan jenis kelamin, usia serta nilai rata-rata dari penurunan fungsi kognitifnya setiap individu sebelum dan sesudah diterapi dengan obat antikolinergik. Dr. Tsao melaporkan angka kejadian yang ada tidak bermakna baik pada kelompok yang sedang mendapatkan obat atau kelompok referensi yang menggunakan obat antikolinergik. Bagaimanapun kelompok yang menjadi referensi, pengalami penurunan fungsi kognitif setelah menggunakan obat tersebut rata-rata adalah 0,045 unit/pertahun akan mengalami lebih cepat penurunan fungsi kognitif(P= 0,0044). Perlu disampaikan bahwa semua peserta yang masuk dalam penelitian ini awalnya mempunyai fungsi kognitif yang normal, dan ditanyakan tidak ada satupun dari mereka yang menggunakan obat antikolinergik, peneliti menyimpulkan bahwa terapi antikolinergik pada awal berhubungan dengan cepatnya peserta dalam mengalami penurunan fungsi kognitif. Ke depan perlu ada langkah-langkah serta upaya dalam menilai potensi obat ini dalam menurunkan performa dari fungsi memori.
kalbe.co.id
Sebuah hasil penelitian baru-baru ini dipresentasikan dalam sebuah pertemuan American Academy of Neurology ke-60 tahun 2008 di Chicago baru-baru ini, dimana dalam pertemuan tersebut berhasil menjelaskan bahwa ternyata semua obat-obatan yang mempunyai efek antikolinergik berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif pada orang tua.
Temuan ini sekaligus merupakan sebuah anjuran kepada dokter untuk lebih berhati-hati dalam meresepkan obat-obatan yang memungkinkan akan mempunyai efek tersebut, demikian menurut penjelasan Dr. Jack Tsao, seorang profesor di bidang Neurologi yang bertugas di Universitas Uniformed Services di Bethesda, Maryland, Amerika.
Efek antikolinergik yang kuat sering terdapat pada obat-obat antiparkinson dan obat yang dapat dipakai untuk mengatasi “overactive-bladder” atau gangguan berkemih, selain itu juga disebutkan ada beberapa obat yang mempunyai efek antikolinergik diantaranya seperti Warfarin, Furosemide, Hydrochlorothiazide (HCT), serta Ranitidine meski efek antikoklinegik yang lemah.
Ketika kita membaca literatur, kebanyakan pengobatan tidak disebutkan dalam brosurnya mempunyai efek antikolinergik, padahal secara nyata bahwa efek tersebut ada secara in-vitro. Melihat kenyataan tersebut, hal in merupakan sebuah problem yang potensial pada populasi yang besar, dengan mengacu dari sebuah data sebuah penelitian “Rush Religious Orders Study”, yang melakukan penelitian jangka panjang bermetode kohort yang merekrut semuanya adalah orang tua dan demensia, sebanyak 870 dan kurang dari 1 tahun dilakukan follow-up evaluasi.
Saat baseline dan evaluasi secara klinik, pengobatan dan penggunaan suplemen dilakukan pengamatan secara seksama dari setiap obat-obatan di dalam botol dan fungsi kognitif secara klinik diukur dalam 21 item pengukuran dengan alat khusus yang dinamakan “neuropsychological battery”.
Pasien dibagi ke dalam kelompoknya dan kemudian di daftar, pasien yang mendapatkan obat yang ada efek antikolinergik sebanyak 679 dan sama sekali tidak menggunakan obat yang memberikan efek antikolinergik sebanyak 191 pasien. Setiap peserta yang ikut dilakukan observasi selama 7,8 tahun, dan kemudian dicatat, dan diamati model dari regresinya, yang dicocokkan dengan jenis kelamin, usia serta nilai rata-rata dari penurunan fungsi kognitifnya setiap individu sebelum dan sesudah diterapi dengan obat antikolinergik. Dr. Tsao melaporkan angka kejadian yang ada tidak bermakna baik pada kelompok yang sedang mendapatkan obat atau kelompok referensi yang menggunakan obat antikolinergik. Bagaimanapun kelompok yang menjadi referensi, pengalami penurunan fungsi kognitif setelah menggunakan obat tersebut rata-rata adalah 0,045 unit/pertahun akan mengalami lebih cepat penurunan fungsi kognitif(P= 0,0044). Perlu disampaikan bahwa semua peserta yang masuk dalam penelitian ini awalnya mempunyai fungsi kognitif yang normal, dan ditanyakan tidak ada satupun dari mereka yang menggunakan obat antikolinergik, peneliti menyimpulkan bahwa terapi antikolinergik pada awal berhubungan dengan cepatnya peserta dalam mengalami penurunan fungsi kognitif. Ke depan perlu ada langkah-langkah serta upaya dalam menilai potensi obat ini dalam menurunkan performa dari fungsi memori.
kalbe.co.id
Teh Hijau melindungi otak dari efek Sleep Apnea
Menurut sebuah studi baru pada hewan, bahan yang ditemukan dalam teh hijau dapat membantu mengurangi kerusakan neurologik yang berasal dari gangguan pernapasan yang dinamakan sleep apnea. Para peneliti menemukan bahwa ketika mereka menambahkan antioksidan teh hijau ke dalam air minum tikus, tampaknya melindungi otak hewan selama terjadinya kekurangan oksigen yang didisain menyerupai efek obstuctive sleep apnea (OSA). Temuan ini menyarankan bahwa bahan teh hijau harus depalajari lebih lanjut sebagai potensi terapi OSA, para peneliti melaporkannya dalam American Journal of respiratory and Critical Care Medicine, 15 Mei 2008.
OSA adalah gangguan umum dimana jaringan lunak di dalam kerongkongan berhenti sesaat dan menutupi aliran udara saat tidur, yang menyebabkan napas berhenti dan mulai secara berulang sepanjang malam.
Gejala langsungnya termasuk bunyi mengorok keras dan juga mengantuk di siang hari. Bila dibiarkan, OSA dapat berkembang efeknya di dalam tubuh. OSA berkaitan dengan tekanan darah tinggi dan peneltian menunjukkan bahwa kekurangan oksigen di otak dapat mengarah pada kesulitan belajar dan memori.
Dalam studi baru ini, Dr. David Gozal dan koleganya dari University of Louisville School of Medicine di Kentucky mengamati apakah senyawa dalam teh hijau yaitu polifenol katekin dapat melindungi otak dari kekurangan oksigen. Polifenol katekin bertindak sebagai antioksidan, yang berarti dapat membantu menetralkan partikel-partikel perusak sel yang disebut radikal bebas. Radikal bebas merupakan produk normal metabolisme, tapi kelebihan radikal bebas dikenal sebagai stres oksidatif.
Diperkirakan kekurangan oksigen pada OSA mengarah pada stres oksidatif dan hal ini, paling tidak sebagian, menjelaskan masalah kognitif terlihat pada sebagian orang dengan gangguan tidur. Gozal dan koleganya menemukan bahwa ketika tikus dipaparkan secara periodik dengan kondisi kekurangan oksigen selama 14 hari, hal ini meningkatkan tanda stres oksidatif dalam otak. Namun demikian, hal ini tidak terjadi jika tikus telah diberikan air yang mengandung polifenol teh hijau.
Dibandingkan tikus yang diberi air saja, hewan-hewan ini bertindak lebih baik pada uji standar mengenai belajar dan memori. Teka-teki air didisain untuk mendorong hewan mengingat lokasi untuk kabur. Secara teoritis, secangkir teh hijau dapat bermanfaat, digunakan bersamaan dengan penanganan standar OSA. namun demikian, bukti definitif bahwa teh hijau dapat membantu harus menunggu uji pada manusia.
kalbe.co.id
Menurut sebuah studi baru pada hewan, bahan yang ditemukan dalam teh hijau dapat membantu mengurangi kerusakan neurologik yang berasal dari gangguan pernapasan yang dinamakan sleep apnea. Para peneliti menemukan bahwa ketika mereka menambahkan antioksidan teh hijau ke dalam air minum tikus, tampaknya melindungi otak hewan selama terjadinya kekurangan oksigen yang didisain menyerupai efek obstuctive sleep apnea (OSA). Temuan ini menyarankan bahwa bahan teh hijau harus depalajari lebih lanjut sebagai potensi terapi OSA, para peneliti melaporkannya dalam American Journal of respiratory and Critical Care Medicine, 15 Mei 2008.
OSA adalah gangguan umum dimana jaringan lunak di dalam kerongkongan berhenti sesaat dan menutupi aliran udara saat tidur, yang menyebabkan napas berhenti dan mulai secara berulang sepanjang malam.
Gejala langsungnya termasuk bunyi mengorok keras dan juga mengantuk di siang hari. Bila dibiarkan, OSA dapat berkembang efeknya di dalam tubuh. OSA berkaitan dengan tekanan darah tinggi dan peneltian menunjukkan bahwa kekurangan oksigen di otak dapat mengarah pada kesulitan belajar dan memori.
Dalam studi baru ini, Dr. David Gozal dan koleganya dari University of Louisville School of Medicine di Kentucky mengamati apakah senyawa dalam teh hijau yaitu polifenol katekin dapat melindungi otak dari kekurangan oksigen. Polifenol katekin bertindak sebagai antioksidan, yang berarti dapat membantu menetralkan partikel-partikel perusak sel yang disebut radikal bebas. Radikal bebas merupakan produk normal metabolisme, tapi kelebihan radikal bebas dikenal sebagai stres oksidatif.
Diperkirakan kekurangan oksigen pada OSA mengarah pada stres oksidatif dan hal ini, paling tidak sebagian, menjelaskan masalah kognitif terlihat pada sebagian orang dengan gangguan tidur. Gozal dan koleganya menemukan bahwa ketika tikus dipaparkan secara periodik dengan kondisi kekurangan oksigen selama 14 hari, hal ini meningkatkan tanda stres oksidatif dalam otak. Namun demikian, hal ini tidak terjadi jika tikus telah diberikan air yang mengandung polifenol teh hijau.
Dibandingkan tikus yang diberi air saja, hewan-hewan ini bertindak lebih baik pada uji standar mengenai belajar dan memori. Teka-teki air didisain untuk mendorong hewan mengingat lokasi untuk kabur. Secara teoritis, secangkir teh hijau dapat bermanfaat, digunakan bersamaan dengan penanganan standar OSA. namun demikian, bukti definitif bahwa teh hijau dapat membantu harus menunggu uji pada manusia.
kalbe.co.id
Tuesday, May 13, 2008
KEPEDULIAN TERHADAP PERAWAT
Oleh : Riza.
Nurse day yang jatuh pada tanggal 12 Mei 2008 telah berlalu yang tersisa hanya harapan yang tak kunjung datang tentang pengesahan RUU praktik keperawatan. Kita selalu menunggu momentum seperti menunggu datangnya hari tersebut baru bergerak, apakah hari tersebut selalu hadir ditiap jam atau bulan? Tentu tidak. Jadi jangan tunggu hari untuk bergerak. Yang diperlukan adalah lobi – lobi yang cantik yang dilakukan oleh orang – orang yang cerdik sehingga harapan tersebut menjadi kenyataan.
Banyak perawat yang berusaha agar di akui eksistensinya tapi lupa bahwa untuk mencapai hal tersebut tidak mudah. Ada perawat yang ingin dapat memerintah tenaga medis layaknya film emergency room buatannya holywood atau sebenarnya memang keadan tersebut memang ada. Dengan tidak mengecilkan profesi perawat, banyak perawat masih berpendidikan D3, secara logika apakah mungkin bisa menyuruh seseorang yang mengambil pendidikan hampir 4 tahun di pendidikan ditambah 2 tahun di lapangan dilanjutkan dengan pendidikan spesialis yang memakan waktu 4 – 5 tahun sehingga total pendidikan yang di ikuti menjadi 10 - 11 tahun .
Yang diperlukan oleh perawat adalah terus menimba ilmu baik yang bersifat formal maupun informal, yang bersifat formal agar diakui secara sah oleh hukum sedangkan yang bersifat informal, agar ilmu perawat tersebut terus ter up – date.
Ini my history boleh di percaya boleh tidak, saya bekerja di unit khusus dan pimpinan unit tersebut adalah seorang konsultan yang katanya salah satu murid terpandai dikelasnya. Konsultan ini selalu menganggap remeh masukan dari saya, terkadang ketika masukkan tersebut diberitahukan seolah – olah dia mendengar seperti ogah – ogahan, terkadang ia suka menyindir pekerjaan perawat. Lambat laun masukan saya mulai di dengar dan membuat saya bisa berdiskusi tentang pasien dengan konsultan tersebut, ketika saya mendapat promosi jabatan dan harus meninggalkan ruang tersebut, konsultan tersebut berujar pada acara perpisahan saya, beliau mengatakan : “ saya suka marah denganmu, suka cuekin kamu ketika sedang berbicara, sebenarnya saya sedang menguji sampai dimana kemampuan kamu, dan saya sebenarnya keberatan kamu pindah karena sulit mencari perawat yang berkwalitas........”.
Dari sekelumit kata – kata diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa medis membutuhkan perawat yang setara ilmunya dengan mereka, tanpa itu jangan pernah bermimpi untuk menjadi mitra dengan mereka.
Saran saya untuk perawat, tunjukkan kemampuan kita bahwa memang kita pantas di hargai karena kita berhadapan dengan orang – orang yang kaya akan ilmu pengetahuan.
Semoga perawat indonesia menjadi perawat yang diakui eksistensinya diseluruh dunia. Semoga saya bukan jadi perawat pemimpi.
Oleh : Riza.
Nurse day yang jatuh pada tanggal 12 Mei 2008 telah berlalu yang tersisa hanya harapan yang tak kunjung datang tentang pengesahan RUU praktik keperawatan. Kita selalu menunggu momentum seperti menunggu datangnya hari tersebut baru bergerak, apakah hari tersebut selalu hadir ditiap jam atau bulan? Tentu tidak. Jadi jangan tunggu hari untuk bergerak. Yang diperlukan adalah lobi – lobi yang cantik yang dilakukan oleh orang – orang yang cerdik sehingga harapan tersebut menjadi kenyataan.
Banyak perawat yang berusaha agar di akui eksistensinya tapi lupa bahwa untuk mencapai hal tersebut tidak mudah. Ada perawat yang ingin dapat memerintah tenaga medis layaknya film emergency room buatannya holywood atau sebenarnya memang keadan tersebut memang ada. Dengan tidak mengecilkan profesi perawat, banyak perawat masih berpendidikan D3, secara logika apakah mungkin bisa menyuruh seseorang yang mengambil pendidikan hampir 4 tahun di pendidikan ditambah 2 tahun di lapangan dilanjutkan dengan pendidikan spesialis yang memakan waktu 4 – 5 tahun sehingga total pendidikan yang di ikuti menjadi 10 - 11 tahun .
Yang diperlukan oleh perawat adalah terus menimba ilmu baik yang bersifat formal maupun informal, yang bersifat formal agar diakui secara sah oleh hukum sedangkan yang bersifat informal, agar ilmu perawat tersebut terus ter up – date.
Ini my history boleh di percaya boleh tidak, saya bekerja di unit khusus dan pimpinan unit tersebut adalah seorang konsultan yang katanya salah satu murid terpandai dikelasnya. Konsultan ini selalu menganggap remeh masukan dari saya, terkadang ketika masukkan tersebut diberitahukan seolah – olah dia mendengar seperti ogah – ogahan, terkadang ia suka menyindir pekerjaan perawat. Lambat laun masukan saya mulai di dengar dan membuat saya bisa berdiskusi tentang pasien dengan konsultan tersebut, ketika saya mendapat promosi jabatan dan harus meninggalkan ruang tersebut, konsultan tersebut berujar pada acara perpisahan saya, beliau mengatakan : “ saya suka marah denganmu, suka cuekin kamu ketika sedang berbicara, sebenarnya saya sedang menguji sampai dimana kemampuan kamu, dan saya sebenarnya keberatan kamu pindah karena sulit mencari perawat yang berkwalitas........”.
Dari sekelumit kata – kata diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa medis membutuhkan perawat yang setara ilmunya dengan mereka, tanpa itu jangan pernah bermimpi untuk menjadi mitra dengan mereka.
Saran saya untuk perawat, tunjukkan kemampuan kita bahwa memang kita pantas di hargai karena kita berhadapan dengan orang – orang yang kaya akan ilmu pengetahuan.
Semoga perawat indonesia menjadi perawat yang diakui eksistensinya diseluruh dunia. Semoga saya bukan jadi perawat pemimpi.
Friday, May 9, 2008
Air kelapa sebagai air mineral alami
Oleh: dr. Nawanto A Prastowo, SpKO
Air adalah salah satu unsur alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Air dibutuhkan untuk menjamin berfungsinya organ-organ secara normal di dalam tubuh. Air penting bagi tubuh manusia karena berfungsi sebagai media bagi proses metabolisme sel, transportasi zat-zat makanan, oksigen dan sisa-sisa metabolisme, mencegah peningkatan suhu tubuh, mempertahankan fungsi sendi, dan mempertahankan bentuk dan fungsi sel. Kekurangan air dapat mengganggu metabolisme sel sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi organ serta kematian.
Volume air dalam tubuh orang dewasa mencapai 70% dari total berat badan. Sebagai contoh, seseorang dengan berat badan 60 kg memiliki volume total air kurang lebih 42 liter. Volume air dalam tubuh dipengaruhi oleh usia, massa otot, dan jenis kelamin. Orang tua, wanita, dan massa otot sedikit akan memiliki volume air lebih sedikit. Sebanyak 2/3 dari volume total air dalam tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel-CIS) dan 1/3 berada di luar sel (cairan ekstrasel-CES). Cairan ekstrasel terdiri dari plasma yang berada di pembuluh darah, dan cairan di dalam jaringan (interstitial). Air dapat berpindah dari intrasel ke ekstrasel dan sebaliknya oleh sebab itu perubahan volume CES dapat mempengaruhi volume cairan intrasel.
Di dalam cairan intrasel maupun ekstrasel terdapat elektrolit, unsur penting bagi tubuh selain air. Komposisi elektrolit pada kedua kompartemen cairan tersebut berbeda. Kalium dan fosfat adalah elektrolit utama pada CIS, sedangkan natrium dan klorida adalah elektrolit utama CES. Natrium dan kalium berperan dalam keseimbangan asam-basa, keseimbangan cairan, dan fungsi sel saraf. Fosfat adalah unsur pembentuk molekul berenergi (adenosine triphosphate-ATP), dan berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Klorida berperan dalam keseimbangan asam-basa dan cairan. Selain itu masih terdapat elektrolit lain yang memiliki fungsi penting, misalnya kalsium dan magnesium. Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, proses pembekuan darah, kontraksi otot, dan fungsi sel saraf. Magnesium berperan dalam aktivitas enzim, pembentukan tulang, dan aktivitas otot dan sel saraf. Kekurangan elektrolit akan menimbulkan berbagai gangguan fungsi organ, oleh sebab itu kebutuhan elektrolit harus selalu tercukupi.
Volume cairan dan konsentrasi elektrolit selalu dipertahankan dalam keadaan yang seimbang. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan mengatur masukan dan keluaran air dan elektrolit. Masukan air dan elektrolit (water and electrolite gain) diperoleh terutama melalui makan dan minum. Keluaran air dan elektrolit (water and electrolite loss) secara eksresi melalui buang air kecil dan buang air besar, dan secara evaporasi melalui pernafasan dan kulit dalam bentuk keringat. Masukan dan keluaran air dikendalikan oleh otak yaitu di hipotalamus. Perubahan volume CES maupun konsentrasi elektrolit merangsang hipotalamus untuk mengurangi atau meningkatkan keluaran dan masukan air dengan cara mengatur rasa haus dan eksresi air melalui ginjal.
Dehidrasi adalah suatu keadaan kehilangan cairan sehingga mengganggu fungsi normal organ-organ tubuh. Tubuh kita dapat mengalami dehidrasi disebabkan oleh masukan air kurang atau keluaran air berlebihan. Dehidrasi karena keluaran air berlebihan disebabkan oleh diare atau peningkatan aktivitas fisik. Pada aktivitas fisik biasa, tubuh kehilangan air sebanyak 2,5 liter per hari, sebagian besar (60%) dikeluarkan melalui air seni. Pada peningkatan aktivitas fisik, misalnya berolahraga, kehilangan air mencapai 1-2 liter per jam, sebagian besar (95%) dikeluarkan melalui keringat. Banyaknya air yang hilang tergantung pada intensitas aktivitas fisik, dan suhu dan kelembaban. Makin besar intensitas latihan, suhu dan kelembaban, akan semakin besar kehilangan air. Rasa haus merupakan gejala awal terjadinya dehidrasi. Kehilangan air sebanyak 2% dari berat badan dapat menyebabkan peningkatan laju jatung dan suhu tubuh. Kematian dapat terjadi bila kehilangan air mencapai 9-12% berat badan. Pada dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Disamping air, dehidrasi menyebabkan kehilangan elektrolit. Kehilangan natrium dan klorida dapat mencapai 40-60 mEq/liter, sedangkan kalium dan magnesium 1,5-6 mEq/liter. Kehilangan elektrolit akan mempercepat timbulnya gejala dan gangguan fungsi organ-organ.
Rehidrasi dengan memberikan air minum biasa justru akan sangat berbahaya pada kehilangan elektrolit. Air minum biasa menyebabkan CES menjadi hipoosmolar sehingga air masuk ke CIS. Minum air biasa terus menerus semakin meningkatkan hipo-osmolaritas CES dan menambah volume air yang masuk ke CIS sehingga mengakibatkan pembengkakan sel yang dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu komposisi cairan rehidrasi harus mengandung elektrolit dan glukosa dalam jumlah yang cukup untuk mengganti yang hilang.
Alam ternyata telah menyediakan sumber air yang memenuhi syarat sebagai cairan rehidrasi yang terdapat dalam air kelapa muda. Mitos air kelapa muda menyebabkan pegal-pegal bila diminum setelah berolahraga belum terbukti secara ilmiah. Bahkan terbukti kandungan elektrolit dan glukosa dalam air kelapa muda bersifat isotonik sehingga sangat baik diminum sebagai cairan rehidrasi pengganti cairan yang hilang karena berbagai penyebab. Komposisi air kelapa muda adalah gula sebanyak 4,4%, natrium 42 mg%, kalium 290 mg%, kalsium 44 mg%, magnesium 10 mg%, besi 106 mg%, dan tembaga 26 mg%.
Selain glukosa dan elektrolit, air kelapa muda juga mengandung vitamin dan protein yang sangat diperlukan oleh tubuh. Protein merupakan komponen penyusun membran sel dan organel, berfungsi dalam pembentukan jaringan, enzim dan hormon, dan cadangan energi. Terdapat 12 jenis protein penting yang terdapat di dalam air kelapa muda antara lain alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat, histidin, fenilalanin, tirosin, dan lain-lain. Jenis vitamin yang terdapat dalam air kelapa muda adalah golongan vitamin B, yang merupakan koenzim dalam metabolisme sumber energi baik karbohidrat, lemak, maupun protein, dan pembentukan sel. Terdapat 7 jenis vitamin B yang terdapat dalam air kelapa muda yaitu asam nikotinik, asam pantotenat, biotin, riboflavin (B2), asam folat, tiamin (B1), dan piridoksin (B6). Kandungan glukosa, elektrolit, vitamin, dan protein menyebabkan air kelapa bukan saja berfungsi sebagai pengganti air tetapi juga sebagai sumber energi dan untuk mempercepat fase pemulihan.
Dibandingkan dengan sport drink, air kelapa muda memiliki beberapa kelebihan. Hasil penelitian membuktikan air kelapa muda memiliki Indeks Rehidrasi (indikator banyaknya cairan rehidrasi yang diberikan yang dipergunakan tubuh) lebih baik dibandingkan dengan air biasa dan minuman elektrolit buatan. Indeks Rehidrasi lebih tinggi berarti air kelapa muda lebih efektif dan lebih cepat memperbaiki dehidrasi. Kelebihan lain adalah memiliki rasa lebih lezat dan mudah ditoleransi lambung sehingga air kelapa muda dapat diminum dalam jumlah cukup banyak. Food and Agriculture Organization (FAO), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pangan merekomendasikan air kelapa muda sebagai cairan rehidrasi alami dan minuman berenergi cocok bagi siapa saja terutama atlet dan mereka yang memiliki aktivitas cukup tinggi. FAO menganjurkan agar air kelapa muda dipatenkan dan dipasarkan dalam kemasan tanpa mengurangi rasanya yang lezat, kandungan elektrolit, glukosa, protein dan vitamin.
sumber.kalbe.co.id
Oleh: dr. Nawanto A Prastowo, SpKO
Air adalah salah satu unsur alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Air dibutuhkan untuk menjamin berfungsinya organ-organ secara normal di dalam tubuh. Air penting bagi tubuh manusia karena berfungsi sebagai media bagi proses metabolisme sel, transportasi zat-zat makanan, oksigen dan sisa-sisa metabolisme, mencegah peningkatan suhu tubuh, mempertahankan fungsi sendi, dan mempertahankan bentuk dan fungsi sel. Kekurangan air dapat mengganggu metabolisme sel sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi organ serta kematian.
Volume air dalam tubuh orang dewasa mencapai 70% dari total berat badan. Sebagai contoh, seseorang dengan berat badan 60 kg memiliki volume total air kurang lebih 42 liter. Volume air dalam tubuh dipengaruhi oleh usia, massa otot, dan jenis kelamin. Orang tua, wanita, dan massa otot sedikit akan memiliki volume air lebih sedikit. Sebanyak 2/3 dari volume total air dalam tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel-CIS) dan 1/3 berada di luar sel (cairan ekstrasel-CES). Cairan ekstrasel terdiri dari plasma yang berada di pembuluh darah, dan cairan di dalam jaringan (interstitial). Air dapat berpindah dari intrasel ke ekstrasel dan sebaliknya oleh sebab itu perubahan volume CES dapat mempengaruhi volume cairan intrasel.
Di dalam cairan intrasel maupun ekstrasel terdapat elektrolit, unsur penting bagi tubuh selain air. Komposisi elektrolit pada kedua kompartemen cairan tersebut berbeda. Kalium dan fosfat adalah elektrolit utama pada CIS, sedangkan natrium dan klorida adalah elektrolit utama CES. Natrium dan kalium berperan dalam keseimbangan asam-basa, keseimbangan cairan, dan fungsi sel saraf. Fosfat adalah unsur pembentuk molekul berenergi (adenosine triphosphate-ATP), dan berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Klorida berperan dalam keseimbangan asam-basa dan cairan. Selain itu masih terdapat elektrolit lain yang memiliki fungsi penting, misalnya kalsium dan magnesium. Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, proses pembekuan darah, kontraksi otot, dan fungsi sel saraf. Magnesium berperan dalam aktivitas enzim, pembentukan tulang, dan aktivitas otot dan sel saraf. Kekurangan elektrolit akan menimbulkan berbagai gangguan fungsi organ, oleh sebab itu kebutuhan elektrolit harus selalu tercukupi.
Volume cairan dan konsentrasi elektrolit selalu dipertahankan dalam keadaan yang seimbang. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan mengatur masukan dan keluaran air dan elektrolit. Masukan air dan elektrolit (water and electrolite gain) diperoleh terutama melalui makan dan minum. Keluaran air dan elektrolit (water and electrolite loss) secara eksresi melalui buang air kecil dan buang air besar, dan secara evaporasi melalui pernafasan dan kulit dalam bentuk keringat. Masukan dan keluaran air dikendalikan oleh otak yaitu di hipotalamus. Perubahan volume CES maupun konsentrasi elektrolit merangsang hipotalamus untuk mengurangi atau meningkatkan keluaran dan masukan air dengan cara mengatur rasa haus dan eksresi air melalui ginjal.
Dehidrasi adalah suatu keadaan kehilangan cairan sehingga mengganggu fungsi normal organ-organ tubuh. Tubuh kita dapat mengalami dehidrasi disebabkan oleh masukan air kurang atau keluaran air berlebihan. Dehidrasi karena keluaran air berlebihan disebabkan oleh diare atau peningkatan aktivitas fisik. Pada aktivitas fisik biasa, tubuh kehilangan air sebanyak 2,5 liter per hari, sebagian besar (60%) dikeluarkan melalui air seni. Pada peningkatan aktivitas fisik, misalnya berolahraga, kehilangan air mencapai 1-2 liter per jam, sebagian besar (95%) dikeluarkan melalui keringat. Banyaknya air yang hilang tergantung pada intensitas aktivitas fisik, dan suhu dan kelembaban. Makin besar intensitas latihan, suhu dan kelembaban, akan semakin besar kehilangan air. Rasa haus merupakan gejala awal terjadinya dehidrasi. Kehilangan air sebanyak 2% dari berat badan dapat menyebabkan peningkatan laju jatung dan suhu tubuh. Kematian dapat terjadi bila kehilangan air mencapai 9-12% berat badan. Pada dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Disamping air, dehidrasi menyebabkan kehilangan elektrolit. Kehilangan natrium dan klorida dapat mencapai 40-60 mEq/liter, sedangkan kalium dan magnesium 1,5-6 mEq/liter. Kehilangan elektrolit akan mempercepat timbulnya gejala dan gangguan fungsi organ-organ.
Rehidrasi dengan memberikan air minum biasa justru akan sangat berbahaya pada kehilangan elektrolit. Air minum biasa menyebabkan CES menjadi hipoosmolar sehingga air masuk ke CIS. Minum air biasa terus menerus semakin meningkatkan hipo-osmolaritas CES dan menambah volume air yang masuk ke CIS sehingga mengakibatkan pembengkakan sel yang dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu komposisi cairan rehidrasi harus mengandung elektrolit dan glukosa dalam jumlah yang cukup untuk mengganti yang hilang.
Alam ternyata telah menyediakan sumber air yang memenuhi syarat sebagai cairan rehidrasi yang terdapat dalam air kelapa muda. Mitos air kelapa muda menyebabkan pegal-pegal bila diminum setelah berolahraga belum terbukti secara ilmiah. Bahkan terbukti kandungan elektrolit dan glukosa dalam air kelapa muda bersifat isotonik sehingga sangat baik diminum sebagai cairan rehidrasi pengganti cairan yang hilang karena berbagai penyebab. Komposisi air kelapa muda adalah gula sebanyak 4,4%, natrium 42 mg%, kalium 290 mg%, kalsium 44 mg%, magnesium 10 mg%, besi 106 mg%, dan tembaga 26 mg%.
Selain glukosa dan elektrolit, air kelapa muda juga mengandung vitamin dan protein yang sangat diperlukan oleh tubuh. Protein merupakan komponen penyusun membran sel dan organel, berfungsi dalam pembentukan jaringan, enzim dan hormon, dan cadangan energi. Terdapat 12 jenis protein penting yang terdapat di dalam air kelapa muda antara lain alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat, histidin, fenilalanin, tirosin, dan lain-lain. Jenis vitamin yang terdapat dalam air kelapa muda adalah golongan vitamin B, yang merupakan koenzim dalam metabolisme sumber energi baik karbohidrat, lemak, maupun protein, dan pembentukan sel. Terdapat 7 jenis vitamin B yang terdapat dalam air kelapa muda yaitu asam nikotinik, asam pantotenat, biotin, riboflavin (B2), asam folat, tiamin (B1), dan piridoksin (B6). Kandungan glukosa, elektrolit, vitamin, dan protein menyebabkan air kelapa bukan saja berfungsi sebagai pengganti air tetapi juga sebagai sumber energi dan untuk mempercepat fase pemulihan.
Dibandingkan dengan sport drink, air kelapa muda memiliki beberapa kelebihan. Hasil penelitian membuktikan air kelapa muda memiliki Indeks Rehidrasi (indikator banyaknya cairan rehidrasi yang diberikan yang dipergunakan tubuh) lebih baik dibandingkan dengan air biasa dan minuman elektrolit buatan. Indeks Rehidrasi lebih tinggi berarti air kelapa muda lebih efektif dan lebih cepat memperbaiki dehidrasi. Kelebihan lain adalah memiliki rasa lebih lezat dan mudah ditoleransi lambung sehingga air kelapa muda dapat diminum dalam jumlah cukup banyak. Food and Agriculture Organization (FAO), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pangan merekomendasikan air kelapa muda sebagai cairan rehidrasi alami dan minuman berenergi cocok bagi siapa saja terutama atlet dan mereka yang memiliki aktivitas cukup tinggi. FAO menganjurkan agar air kelapa muda dipatenkan dan dipasarkan dalam kemasan tanpa mengurangi rasanya yang lezat, kandungan elektrolit, glukosa, protein dan vitamin.
sumber.kalbe.co.id
Subscribe to:
Posts (Atom)