Stroke Mengancam Usia Produktif
Masih ingat dengan Meutia Kasim? Meutia Kasim adalah selebritis yang pernah menjadi juri di ajang Indonesian Idol 1 dan 2. Namun, Meutia tidak bisa menuntaskan perannya sebagai juri di Indonesian Idol 2 karena sakit. Meutia terkena serangan stroke perdarahan (hemorrhagic stroke subarachnoid) pada usianya yang ke-36 tahun 2005 lalu. Memang saat itu, Meuthia sangat sibuk dengan pekerjaannya sampai kurang memperhatikan kesehatan.
Dulu penyakit stroke hanya menyerang kaum lanjut usia (lansia). Seiring dengan berjalannya waktu, kini ada kecenderungan bahwa stroke mengancam usia produktif bahkan di bawah usia 45 tahun. Penyakit stroke pun ternyata bisa menyerang siapa saja tanpa memandang jabatan ataupun tingkatan sosial ekonomi.
Berikut ini beberapa fakta dan ulasan yang perlu Anda ketahui agar meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman stroke pada usia produktif:
1. Stroke, Pembunuh No.3 di Indonesia
2. Mengenali Jenis - Jenis Stroke
3. Ketahui Faktor Risiko Stroke
4. Membaca Gejala Stroke
5. Mendiagnosis Stroke
6. Penanganan Stroke
7. Masih Ada Harapan Sembuh
8. Lifestyle, si pencetus stroke
9. Expert Review tentang stroke
Stroke, Pembunuh No.3 di Indonesia
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke.
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
Mengenali Jenis-jenis Stroke
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik maupun stroke hemorragik. Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
Ketahui Faktor Risiko Stroke
Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah stroke disebut dengan Faktor Risiko Stroke. Penyakit tersebut di atas antara lain Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes Mellitus, Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah). Keadaan yang dapat menyebabkan stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa (negro/spanyol), jenis kelamin (pria), kurang olah raga.
Membaca Gejala Stroke
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.
Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke berikut:
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
Penglihatan ganda.
Pusing.
Bicara tidak jelas (rero).
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Ketidakseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi.
Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.
Mendiagnosis Stroke
Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif murah untuk kasus stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus stroke hiperakut.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke, apakah perdarahan atau tumor otak. Kadang dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah/getah bening melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.
Penanganan Stroke
Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan.
Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena penekanan).
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
Masih Ada Harapan Untuk Sembuh
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.
Life style, Pencetus Stroke Usia Produktif
Usia merupakan faktor risiko stroke, semakin tua usia maka risiko terkena strokenya pun semakin tinggi. Namun, sekarang kaum usia produktif perlu waspada terhadap ancaman stroke. Pada usia produktif, stroke dapat menyerang terutama pada mereka yang gemar mengkonsumsi makanan berlemak dan narkoba (walau belum memiliki angka yang pasti).
Life style alias gaya hidup selalu menjadi kambing hitam berbagai penyakit yang menyerang usia produktif. Generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat dengan lemak dan kolesterol tapi rendah serat.
Generasi muda yang perjalanan hidupnya masih panjang untuk mampu berkiprah dan bersaing dengan sumber daya manusia lain dari luar negeri. Kecacatan yang mereka sandang akibat serangan stroke, bukan hanya menjadi beban keluarga, tapi juga beban masyarakat secara umum.
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Selagi stroke masih bisa dicegah, kenapa tidak mencoba?
Pertama, dengan menjalankan perilaku hidup sehat sejak dini. Kedua, pengendalian faktor-faktor risiko secara optimal harus dijalankan. Ketiga, melakukan medical check up secara rutin dan berkala dan si pasien harus mengenali tanda-tanda dini stroke.
Untuk mencegah "the silent killer" ini maka seseorang dianjurkan untuk mengurangi rokok, melakukan olah raga teratur, membatasi minuman beralkohol, dan menghindari stres berlebihan.
Expert Review
Prof. Dr. H. Jusuf Misbach, SpS (K), FAAN yang kini menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) menjelaskan bahwa serangan stroke timbulnya mendadak tanpa peringatan. Namun, sebenarnya ada yang bisa dijadikan tanda yaitu penyakit-penyakit dan kondisi tertentu yang termasuk ke dalam faktor risiko stroke.
Penyakit-penyakit yang termasuk ke dalam risiko stroke adalah hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah). Usia lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa termasuk dalam kondisi tertentu yang merupakan risiko stroke.
"Kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterol) memang merupakan faktor risiko stroke karena memperburuk proses arteriosklerotik, yaitu mempertebal dan merusak dinding pembuluh darah secara berangsur-angsur," ungkap Prof. Jusuf Misbach. Jadi, makanan-makanan yang kaya kolesterol seperti junk food dapat membahayakan dan mempercepat kemungkinan timbulnya stroke.
Usia merupakan faktor risiko stroke karena proses penuaan terjadi pada semua organ tubuh termasuk pembuluh darah otak yang menjadi rapuh. Di Indonesia ternyata stroke timbul banyak pada usia di bawah 45 tahun, dimana karir sedang menanjak.
Demikian pula pada usia 45-60 tahun dimana seseorang sedang berada pada puncak karirnya. "Jika terkena stroke, penyakit dengan angka presentasi kecacatan terbesar, maka habislah karirnya," tambah Prof Jusuf Misbach.
Masyarakat tidak menyadari bahwa angka kematian stroke di Indonesia sangat tinggi, dimana sekitar seperempatnya meninggal dunia. Untuk mencegah kecacatan atau kelumpuhan pada serangan stroke, disuntikan recombinant tissue plasminogen activator kurang dari 3 jam.
Prof. Jusuf Misbach mengatakan bahwa menurut data dari seluruh dunia termasuk Indonesia, perawatan di Unit Stroke dapat menurunkan angka kematian, memperpendek masa perawatan di Rumah Sakit, dan memperbaiki kualitas hidup. Unit Stroke terdiri dari berbagai dokter ahli (multidisipliner) seperti spesialis saraf, spesialis penyakit dalam (diabetes mellitus, jantung), spesialis bedah, dan psikiater.
Penderita stroke akan menjalani tahap neuro restorasi setelah fase akut dan sub akut stroke terlewati. Dalam tahap ini penderita harus minum obat untuk mengendalikan faktor risiko dan menjalani fisioterapi untuk mengembalikan kemampuan tubuh seperti semula.
Bahaya yang menghantui penderita stroke adalah serangan stroke berulang yang dapat fatal atau kwalitas hidup yang lebih buruk dari serangan pertama. Bahkan ada pasien Prof Jusuf Misbach yang mengalami serangan stroke sebanyak 6-7 kali. Hal ini disebabkan pasien tersebut tidak mengendalikan faktor risiko stroke.
Disamping itu beban pengobatan dan rawat jalan sangat memberatkan ekonomi keluarga karena kepala keluarga tak mampu bekerja lagi. Apalagi pengobatan faktor risiko harus diteruskan seumur hidup.
Jangan tunggu sampai terjadi serangan stroke, lebih baik melakukan deteksi dini akan faktor risiko stroke untuk menghindari stroke. Memeriksakan diri ke dokter untuk mendeteksi adanya faktor-faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan misalnya hipertensi, diabetes, merokok, penyakit jantung, kolesterol dan trigliserida yang tinggi, kegemukan. Semua faktor risiko dapat dikendalikan kecuali usia, suku bangsa dan gender.
Prof. Jusuf Misbach juga menyebutkan bahwa olahraga dan kehidupan beragama yang sungguh-sungguh juga tak kalah pentingnya, karena selain menghilangkan stres juga menyehatkan lahir-batin.
Ahli jantung dari RS Jantung Nasional Harapan Kita, Prof. Dr. Harmani Kalim, MPH, SpJP (K), FIHA, FASCC, menjelaskan bahwa penyakit jantung erat kaitannya dengan stroke karena memiliki penyebab yang sama yaitu hiperkolesterol. Pada penderita jantung, risiko stroke akan meningkat. Demikian sebaliknya, penderita stroke memiliki risiko penyakit jantung yang meningkat pula.
Kendalikan faktor risiko penyakit seperti kadar kolesterol, kadar gula, kadar lemak agar tidak berkembang menjadi stroke. Biasanya diberikan obat pengencer darah yaitu asetosal, obat penurun kadar kolesterol dari golongan statin seperti simvastatin, atorvastatin, lovastatin, dll.
Hiperkolesterol menyebabkan terjadinya gangguan pembuluh darah yang paling umum yaitu aterosklerosis. Gejala aterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis dengan timbunan zat lemak di dalam dan di bawah lapisan intima dinding pembuluh arteri besar dan sedang, yaitu pembuluh serebral, vetebral, koroner, renal, aorta dan pembuluh di tungkai.
Prof. Harmani Kalim memberitahukan bahwa ada upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit jantung koroner dan stroke. Upaya pencegahan dibagi menjadi primer dan sekunder. Pencegahan primer dapat dilakukan pada orang yang belum pernah mengalami aterosklerosis. Caranya dengan cara ubah gaya hidup, olahraga, kurangi stres, tambah serta kurangi kolesterol dan berhenti merokok.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan bila sudah terjadi gejala klinik aterosklerosis disebut dengan singkatan ABCDEFG yaitu:
A Asetosal, ace-inhibitor, antikoagulan: minum obat-obatan untuk kendalikan penyakit faktor risiko.
B Beta blocker, body weight reduction: minum obat dan menurunkan berat badan.
C Cholesterol control & cigarette smoking cessation: kendalikan kolesterol & berhenti merokok.
D Diabetes control & diet: kendalikan diabetes dan makanan.
E Exercise & education: olahraga dan menambah pengetahuan.
F Family support: dukungan keluarga.
G Glucose oxidation preservation: memelihara oksidasi glukosa tubuh.
Sesibuk apa pun kita pada usia produktif, tetap harus menjaga kesehatan. Jika hanya berjuang mengejar karir tanpa memperhatikan kesehatan, maka usaha tersebut akan sia-sia bila kemudian di puncak karir terkena serangan stroke.
Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Jadi, jangan tidak peduli akan ancaman stroke, melainkan hadapi dengan mulai menjalankan gaya hidup yang sehat.
sumber.http://www.medicastore.com
Saturday, June 30, 2007
Pergelangan Kaki Yang Terkilir
DEFINISI
Pergelangan kaki yang terkilir merupakan suatu cedera pada ligamen di pergelangan kaki.
Ligamen adalah jaringan elastik yang kuat, yang menghubungkan tulang yang satu dengan tulang lainnya.
PENYEBAB
Setiap ligamen di pergelangan kaki bisa mengalami cedera.
Terkilir terjadi karena pergelangan kaki terputar sehingga telapak kaki menghadap ke kaki yang lain.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terkilirnya pergelangan kaki adalah:
- longgarnya ligamen di pergelangan kaki
- kelemahan atau kerusakan pada saraf dari otot-otot tungkai
- jenis sepatu tertentu (misalnya sepatu tumit tinggi)
- pola berjalan tertentu yang cenderung memungkinkan kaki terputar.
GEJALA
Beratnya terkilir tergantung kepada beratnya peregangan atau robeknya ligamen:
Derajat 1 : Terkilir ringan.
Ligamen teregang tetapi tidak mengalami robekan.
Pergelangan kaki biasanya tidak terlalu membengkak, tetapi terkilir yang sifatnya ringan bisa meningkatkan resiko terjadinya cedera ulang.
Derajat 2 : Terkilir sedang.
Sebagian ligamen mengalami robekan.
Pembengkakkan dan memar tampak dengan jelas, dan penderita mengalami kesulitan dalam berjalan dan biasanya berjalan menimbulkan rasa nyeri.
Derajat 3 : Terkilir berat.
Ligamen mengalami robekan total, sehingga terjadi pembengkakan dan kadang perdarahan dibawah kulit. Akibatnya pergelangan kaki menjadi tidak stabil dan tidak mampu menahan beban.
KOMPLIKASI
Kadang pada terkilir sedang atau terkilir berat bisa timbul masalah meskipun ligamennya telah membaik.
Suatu nodul (benjolan) kecil bisa timbul di salah satu ligamen pergelangan kaki dan menyebabkan gesekan yang menetap di dalam sendi, sehingga terjadi peradangan menahun dan pada akhirnya bisa menyebabkan kerusakan menetap.
Penyuntikkan suatu campuran kortikosteroid ke dalam pergelangan kaki bisa mengurangi peradangan dan pemberikan obat bius lokal untuk mematikan rasa seringkali mendatangkan perbaikan.
Jarang diperlukan tindakan pembedahan.
Sebuah saraf yang berjalan diatas salah satu ligamen pergelangan kaki juga bisa mengalami kerusakan.
Akibatnya terjadi nyeri dan kesemutan (neuralgia).
Untuk mengatasinya bisa diberikan suntikan obat bius lokal.
Penderita seringkali berjalan dengan menggunakan tendon (jaringan kuat dan lentur yang menghubungkan otot dengan tulang atau otot dengan otot) di pergelangan kaki bagian luar secara berlebihan sehingga terjadi peradangan.
Keadaan ini disebut tenosinovitis peronealis, yang bisa menyebabkan pembengkakan dan nyeri tekan di pergelangan kaki bagian luar.
Digunakan bantalan pergelangan kaki untuk membatasi pergerakan dari sendi pergelangan kaki.
Suntikan kortison ke dalam pembungkus tendon juga bisa dilakukan, tetapi tidak boleh berlebihan.
Kadang goncangan dari terkilir yang berat menyebabkan terjadinya kejang pada pembuluh darah di pergelangan kaki sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.
Akibatnya tulang dan jaringan lainnya bisa mengalami kerusakan karena kekurangan darah.
Keadaan ini disebut distrofi refleks simpatis atau atrofi Suddeck, yang bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan kaki.
Nyeri seringkali sangat hebat dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya di pergelangan kaki dan kaki.
Penderita menjalani terapi fisik dan mendapatkan obat pereda nyeri.
Untuk mengatasi nyeri menahun yang hebat, dilakukan hal-hal berikut:
- penyuntikan obat bius lokal ke dalam atau ke sekitar saraf yang menuju ke pergelangan kaki
- pemberian kortikosteroid
- bimbingan psikis.
Sindroma sinus tarsi merupakan nyeri menetap di daerah antara tulang tumit (kalkaneus) dan tulang pergelangan kaki (talus), yang terjadi setelah pergelangan kaki terkilir.
Hal ini mungkin berhubungan dengan robeknya sebagian ligamen di kaki sebelah dalam.
Diberikan suntikan kortikosteroid dan obat bius lokal.
DIAGNOSA
Pemeriksaan fisik pada pergelangan kaki menunjukkan adanya kerusakan ligamen yang luas.
Rontgen dilakukan untuk menentukan apakah telah terjadi patah tulang, bukan untuk menentukan apakah pergelangan kaki telah terkilir.
Pemeriksaan lainnya jarang diperlukan.
PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada beratnya penyakit.
Pada terkilir yang ringan dilakukan hal-hal berikut:
- pergelangan kaki dan kaki dibungkus dengan perban elastik
- kompres dengan es batu
- mengangkat pergelangan kaki
- secara bertahap kembali melakukan kegiatan berjalan dan olah raga.
Pada terkilir sedang, biasanya kaki digips selama 3 minggu.
Pemasangan gips ini menyebabkan tungkai bawah tidak dapat digerakkan, tetapi penderita masih dapat berjalan.
Pada terkilir yang berat mungkin diperlukan tindakan pembedahan.
Sebelum kembali melakukan kegiatan yang berat, sebaiknya penderita menjalani terapi fisik untuk mengembalikan pergerakan, kekuatan otot dan memperbaiki keseimbangan.
PENCEGAHAN
Pada orang yang mudah terkilir, cedera berikutnya dapat dicegah dengan memakai ankle brace dan memasang suatu alat di sepatu untuk menstabilkan kaki dan pergelangan kaki.
sumber.http://www.medicastore.com
DEFINISI
Pergelangan kaki yang terkilir merupakan suatu cedera pada ligamen di pergelangan kaki.
Ligamen adalah jaringan elastik yang kuat, yang menghubungkan tulang yang satu dengan tulang lainnya.
PENYEBAB
Setiap ligamen di pergelangan kaki bisa mengalami cedera.
Terkilir terjadi karena pergelangan kaki terputar sehingga telapak kaki menghadap ke kaki yang lain.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terkilirnya pergelangan kaki adalah:
- longgarnya ligamen di pergelangan kaki
- kelemahan atau kerusakan pada saraf dari otot-otot tungkai
- jenis sepatu tertentu (misalnya sepatu tumit tinggi)
- pola berjalan tertentu yang cenderung memungkinkan kaki terputar.
GEJALA
Beratnya terkilir tergantung kepada beratnya peregangan atau robeknya ligamen:
Derajat 1 : Terkilir ringan.
Ligamen teregang tetapi tidak mengalami robekan.
Pergelangan kaki biasanya tidak terlalu membengkak, tetapi terkilir yang sifatnya ringan bisa meningkatkan resiko terjadinya cedera ulang.
Derajat 2 : Terkilir sedang.
Sebagian ligamen mengalami robekan.
Pembengkakkan dan memar tampak dengan jelas, dan penderita mengalami kesulitan dalam berjalan dan biasanya berjalan menimbulkan rasa nyeri.
Derajat 3 : Terkilir berat.
Ligamen mengalami robekan total, sehingga terjadi pembengkakan dan kadang perdarahan dibawah kulit. Akibatnya pergelangan kaki menjadi tidak stabil dan tidak mampu menahan beban.
KOMPLIKASI
Kadang pada terkilir sedang atau terkilir berat bisa timbul masalah meskipun ligamennya telah membaik.
Suatu nodul (benjolan) kecil bisa timbul di salah satu ligamen pergelangan kaki dan menyebabkan gesekan yang menetap di dalam sendi, sehingga terjadi peradangan menahun dan pada akhirnya bisa menyebabkan kerusakan menetap.
Penyuntikkan suatu campuran kortikosteroid ke dalam pergelangan kaki bisa mengurangi peradangan dan pemberikan obat bius lokal untuk mematikan rasa seringkali mendatangkan perbaikan.
Jarang diperlukan tindakan pembedahan.
Sebuah saraf yang berjalan diatas salah satu ligamen pergelangan kaki juga bisa mengalami kerusakan.
Akibatnya terjadi nyeri dan kesemutan (neuralgia).
Untuk mengatasinya bisa diberikan suntikan obat bius lokal.
Penderita seringkali berjalan dengan menggunakan tendon (jaringan kuat dan lentur yang menghubungkan otot dengan tulang atau otot dengan otot) di pergelangan kaki bagian luar secara berlebihan sehingga terjadi peradangan.
Keadaan ini disebut tenosinovitis peronealis, yang bisa menyebabkan pembengkakan dan nyeri tekan di pergelangan kaki bagian luar.
Digunakan bantalan pergelangan kaki untuk membatasi pergerakan dari sendi pergelangan kaki.
Suntikan kortison ke dalam pembungkus tendon juga bisa dilakukan, tetapi tidak boleh berlebihan.
Kadang goncangan dari terkilir yang berat menyebabkan terjadinya kejang pada pembuluh darah di pergelangan kaki sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.
Akibatnya tulang dan jaringan lainnya bisa mengalami kerusakan karena kekurangan darah.
Keadaan ini disebut distrofi refleks simpatis atau atrofi Suddeck, yang bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan kaki.
Nyeri seringkali sangat hebat dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya di pergelangan kaki dan kaki.
Penderita menjalani terapi fisik dan mendapatkan obat pereda nyeri.
Untuk mengatasi nyeri menahun yang hebat, dilakukan hal-hal berikut:
- penyuntikan obat bius lokal ke dalam atau ke sekitar saraf yang menuju ke pergelangan kaki
- pemberian kortikosteroid
- bimbingan psikis.
Sindroma sinus tarsi merupakan nyeri menetap di daerah antara tulang tumit (kalkaneus) dan tulang pergelangan kaki (talus), yang terjadi setelah pergelangan kaki terkilir.
Hal ini mungkin berhubungan dengan robeknya sebagian ligamen di kaki sebelah dalam.
Diberikan suntikan kortikosteroid dan obat bius lokal.
DIAGNOSA
Pemeriksaan fisik pada pergelangan kaki menunjukkan adanya kerusakan ligamen yang luas.
Rontgen dilakukan untuk menentukan apakah telah terjadi patah tulang, bukan untuk menentukan apakah pergelangan kaki telah terkilir.
Pemeriksaan lainnya jarang diperlukan.
PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada beratnya penyakit.
Pada terkilir yang ringan dilakukan hal-hal berikut:
- pergelangan kaki dan kaki dibungkus dengan perban elastik
- kompres dengan es batu
- mengangkat pergelangan kaki
- secara bertahap kembali melakukan kegiatan berjalan dan olah raga.
Pada terkilir sedang, biasanya kaki digips selama 3 minggu.
Pemasangan gips ini menyebabkan tungkai bawah tidak dapat digerakkan, tetapi penderita masih dapat berjalan.
Pada terkilir yang berat mungkin diperlukan tindakan pembedahan.
Sebelum kembali melakukan kegiatan yang berat, sebaiknya penderita menjalani terapi fisik untuk mengembalikan pergerakan, kekuatan otot dan memperbaiki keseimbangan.
PENCEGAHAN
Pada orang yang mudah terkilir, cedera berikutnya dapat dicegah dengan memakai ankle brace dan memasang suatu alat di sepatu untuk menstabilkan kaki dan pergelangan kaki.
sumber.http://www.medicastore.com
Punggung Atlet Angkat Besi
DEFINISI
Punggung Atlet Angkat Besi adalah suatu cedera pada tendon dan otot punggung sebelah bawah, yang menyebabkan kejang otot dan sakit.
PENYEBAB
Setiap tenaga yang kuat bisa merobek otot dan tendon pada punggung bawah (daerah lumbar).
Cedera ini sering terjadi pada olah raga yang membutuhkan dorongan atau tarikan untuk melawan tahanan yang kuat, seperti pada atlet angkat besi atau pemain sepak bola.
Cedera ini juga terjadi pada cabang oleh raga yang membutuhkan pemutaran punggung yang mendadak, misalnya pada permainan bola basket dan golf.
Faktor resiko untuk terjadinya cedera punggung adalah:
- Lengkung tulang punggung bagian bawah yang terlalu berlebihan
- Tulang pinggul yang miring ke depan
- Otot punggung yang lemah atau kaku
- Otot perut dan otot paha yang lemah
- Urat lutut yang kaku.
Punggung juga rentan terhadap cedera jika tulang belakang menjadi rapuh akibat artritis, gangguan penyusunan tulang belakang atau tumor tulang belakang.
GEJALA
Cedera tulang punggung biasanya menyebabkan nyeri tiba-tiba pada punggung bawah selama mengayun, mendorong atau menarik.
Pada awalnya nyeri tidak terlalu berat sehingga penderita masih bisa melanjutkan latihannya.
Otot dan tendon yang robek selanjutnya akan mengalami perdarahan dan membengkak, dan 2-3 jam kemudian terjadi kejang yang menyebabkan nyeri hebat.
Setiap pergerakan punggung akan memperburuk rasa nyeri, sehingga penderita seringkali memilih posisi seperti bayi dalam rahim.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika punggung bawah disentuh akan terasa sakit dan semakin memburuk jika penderita membungkuk ke depan.
PENGOBATAN
Penderita harus berisitirahat dan daerah punggung yang sakit dikompres dengan es batu.
Setelah keadaaan membaik, bisa dilakukan latihan otot perut (yang membantu menstabilkan punggung) dan latihan untuk meregangkan dan memperkuat otot punggung.
PENCEGAHAN
Menggunakan sabuk-angkat besi bisa membantu mencegah terjadinya cedera punggung.
DEFINISI
Punggung Atlet Angkat Besi adalah suatu cedera pada tendon dan otot punggung sebelah bawah, yang menyebabkan kejang otot dan sakit.
PENYEBAB
Setiap tenaga yang kuat bisa merobek otot dan tendon pada punggung bawah (daerah lumbar).
Cedera ini sering terjadi pada olah raga yang membutuhkan dorongan atau tarikan untuk melawan tahanan yang kuat, seperti pada atlet angkat besi atau pemain sepak bola.
Cedera ini juga terjadi pada cabang oleh raga yang membutuhkan pemutaran punggung yang mendadak, misalnya pada permainan bola basket dan golf.
Faktor resiko untuk terjadinya cedera punggung adalah:
- Lengkung tulang punggung bagian bawah yang terlalu berlebihan
- Tulang pinggul yang miring ke depan
- Otot punggung yang lemah atau kaku
- Otot perut dan otot paha yang lemah
- Urat lutut yang kaku.
Punggung juga rentan terhadap cedera jika tulang belakang menjadi rapuh akibat artritis, gangguan penyusunan tulang belakang atau tumor tulang belakang.
GEJALA
Cedera tulang punggung biasanya menyebabkan nyeri tiba-tiba pada punggung bawah selama mengayun, mendorong atau menarik.
Pada awalnya nyeri tidak terlalu berat sehingga penderita masih bisa melanjutkan latihannya.
Otot dan tendon yang robek selanjutnya akan mengalami perdarahan dan membengkak, dan 2-3 jam kemudian terjadi kejang yang menyebabkan nyeri hebat.
Setiap pergerakan punggung akan memperburuk rasa nyeri, sehingga penderita seringkali memilih posisi seperti bayi dalam rahim.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika punggung bawah disentuh akan terasa sakit dan semakin memburuk jika penderita membungkuk ke depan.
PENGOBATAN
Penderita harus berisitirahat dan daerah punggung yang sakit dikompres dengan es batu.
Setelah keadaaan membaik, bisa dilakukan latihan otot perut (yang membantu menstabilkan punggung) dan latihan untuk meregangkan dan memperkuat otot punggung.
PENCEGAHAN
Menggunakan sabuk-angkat besi bisa membantu mencegah terjadinya cedera punggung.
Shin Splints
DEFINISI
Bidai Tulang Kering (Shin splints) adalah nyeri karena kerusakan otot di sepanjang tulang kering.
2 kelompok otot di tulang kering sangat peka terhadap shin splints. Lokasi nyeri tergantung kepada kelompok otot yang terkena.
Shin splints anterolateral terjadi pada otot-otot di bagian depan ( anterior) dan di bagian luar (lateral) tulang kering.
Penyebabnya adalah ketidakseimbangan alami dalam ukuran otot-otot yang berlawanan.
Otot tulang kering menarik kaki ke atas dan otot betis yang lebih besar dan lebih kuat menarik kaki ke bawah setiapkali tumit menyentuh tanah selama berjalan atau berlari. Otot betis bisa memberikan dorongan yang sangat kuat sehingga dapat melukai otot tulang kering.
Gejala utama adalah nyeri di sepanjang tulang kering bagian depan dan luar.
Pada awalnya nyeri hanya dirasakan segera setelah tumit menyentuh kaki selama berlari. Jika terus berlari, nyeri tejradi pada setiap langkah, dan akhirnya menetap.
Pada pemeriksaan fisik, bila disentuh maka tulang kering akan terasa nyeri.
Penderita sebaiknya berhenti berlari untuk sementara waktu dan melakukan olah raga yang lain.
Latihan peregangan otot betis akan banyak membantu.
Setelah otot tulang kering mulai membaik, bisa mulai dilakukan latihan untuk memperkuat otot tulang kering.
Shin splints posteromedial terjadi pada otot-otot di bagian belakang (posterior) dan di bagian dalam (medial) dari tulang kering, yang bertugas mengangkat tumit sesaat sebelum jari-jari kaki ditarik.
Penyebabnya adalah karena berlari diatas jalan yang berbatu-batu.
Keadaan ini akan memburuk jika kaki terlalu diputar ke dalam atau menggunakan sepatu lari yang tidak dapat mencegah terjadinya pemutaran kaki yang berlebihan.
Nyeri biasanya dirasakan di sepanjang bagian dalam tungkai bawah, sekitar 2,5-10 cm diatas pergelangan kaki dan akan memburuk jika penderita berdiri diatas jari-jari kakinya atau memutar pergelangan kakinya ke dalam.
Jika penderita terus berlari, nyeri akan berpindah ke depan dan menyerang pergelangan kaki bagian dalam dan bisa menjalar ke tulang kering atas sampai 5-10 cm di bawah lutut.
Pada awalnya hanya tendon otot yang mengalami peradangan dan nyeri, tetapi jika penderita terus berlari, ototnya sendiri juga akan terkena.
Pada akhirnya tekanan pada tendon yang meradang bisa benar-benar menariknya dari tempat perlekatannya di tulang, sehingga terjadi perdarahan dan peradangan lebih lanjut. Kadang bagian tulang kering yang melekat pada tendon mengalami robekan.
Pengobatan utama adalah berhenti berlari dan melakukan olah raga lain.
Untuk menjaga memutarnya kaki bisa digunakan sepatu dengan sudut tumit yang kaku dan penyangga lengkung kaki khusus.
Untuk menghindari kekambuhan, sebaiknya tidak berlari diatas jalan yang berbatu-batu.
Pada kasus yang berat, dimana bagian tulang kering ada yang robek, pembedahan dilakukan untuk memperbaikinya.
Pengobatan eksperimental yang berupa suntikan kalsitonin (hormon pembentuk tulang) atau tablet alendronat (obat untuk memperlambat kerapuhan tulang), diberikan kepada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan lainnya.
Kadang tidak ada pengobatan yang efektif dan penderita harus benar-benar menghentikan olah raga lari.
PENYEBAB
Penyebab yang umum adalah berdiri terlalu lama, yang memberikan tekanan yang berulang pada tungkai bawah.
DEFINISI
Bidai Tulang Kering (Shin splints) adalah nyeri karena kerusakan otot di sepanjang tulang kering.
2 kelompok otot di tulang kering sangat peka terhadap shin splints. Lokasi nyeri tergantung kepada kelompok otot yang terkena.
Shin splints anterolateral terjadi pada otot-otot di bagian depan ( anterior) dan di bagian luar (lateral) tulang kering.
Penyebabnya adalah ketidakseimbangan alami dalam ukuran otot-otot yang berlawanan.
Otot tulang kering menarik kaki ke atas dan otot betis yang lebih besar dan lebih kuat menarik kaki ke bawah setiapkali tumit menyentuh tanah selama berjalan atau berlari. Otot betis bisa memberikan dorongan yang sangat kuat sehingga dapat melukai otot tulang kering.
Gejala utama adalah nyeri di sepanjang tulang kering bagian depan dan luar.
Pada awalnya nyeri hanya dirasakan segera setelah tumit menyentuh kaki selama berlari. Jika terus berlari, nyeri tejradi pada setiap langkah, dan akhirnya menetap.
Pada pemeriksaan fisik, bila disentuh maka tulang kering akan terasa nyeri.
Penderita sebaiknya berhenti berlari untuk sementara waktu dan melakukan olah raga yang lain.
Latihan peregangan otot betis akan banyak membantu.
Setelah otot tulang kering mulai membaik, bisa mulai dilakukan latihan untuk memperkuat otot tulang kering.
Shin splints posteromedial terjadi pada otot-otot di bagian belakang (posterior) dan di bagian dalam (medial) dari tulang kering, yang bertugas mengangkat tumit sesaat sebelum jari-jari kaki ditarik.
Penyebabnya adalah karena berlari diatas jalan yang berbatu-batu.
Keadaan ini akan memburuk jika kaki terlalu diputar ke dalam atau menggunakan sepatu lari yang tidak dapat mencegah terjadinya pemutaran kaki yang berlebihan.
Nyeri biasanya dirasakan di sepanjang bagian dalam tungkai bawah, sekitar 2,5-10 cm diatas pergelangan kaki dan akan memburuk jika penderita berdiri diatas jari-jari kakinya atau memutar pergelangan kakinya ke dalam.
Jika penderita terus berlari, nyeri akan berpindah ke depan dan menyerang pergelangan kaki bagian dalam dan bisa menjalar ke tulang kering atas sampai 5-10 cm di bawah lutut.
Pada awalnya hanya tendon otot yang mengalami peradangan dan nyeri, tetapi jika penderita terus berlari, ototnya sendiri juga akan terkena.
Pada akhirnya tekanan pada tendon yang meradang bisa benar-benar menariknya dari tempat perlekatannya di tulang, sehingga terjadi perdarahan dan peradangan lebih lanjut. Kadang bagian tulang kering yang melekat pada tendon mengalami robekan.
Pengobatan utama adalah berhenti berlari dan melakukan olah raga lain.
Untuk menjaga memutarnya kaki bisa digunakan sepatu dengan sudut tumit yang kaku dan penyangga lengkung kaki khusus.
Untuk menghindari kekambuhan, sebaiknya tidak berlari diatas jalan yang berbatu-batu.
Pada kasus yang berat, dimana bagian tulang kering ada yang robek, pembedahan dilakukan untuk memperbaikinya.
Pengobatan eksperimental yang berupa suntikan kalsitonin (hormon pembentuk tulang) atau tablet alendronat (obat untuk memperlambat kerapuhan tulang), diberikan kepada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan lainnya.
Kadang tidak ada pengobatan yang efektif dan penderita harus benar-benar menghentikan olah raga lari.
PENYEBAB
Penyebab yang umum adalah berdiri terlalu lama, yang memberikan tekanan yang berulang pada tungkai bawah.
Tendinitis Achilles
DEFINISI
Tendinitis Achilles adalah suatu peradangan pada tendon Achilles, yaitu urat daging yang membentang dari otot betis ke tumit.
Otot betis dan tendon Achilles berfungsi menurunkan kaki bagian depan setelah tumit menyentuh tanah dan mengangkat tumit ketika jari-jari kaki ditekan sebelum melangkah dengan kaki yang lainnya.
PENYEBAB
Tendinitis achilles terjadi jika tekanan pada tendon lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tendon tersebut.
Berlari menuruni bukit memberikan tekanan lebih pada tendon achilles karena kaki bagian depan harus melangkah lebih jauh sebelum menyentuh tanah.
Berlari menaiki bukit juga memberikan tekanan berlebih pada tendon achilles karena otot betis harus mengerahkan tenaga lebih besar untuk mengangkat tumit ketika jari-jari kaki didorong.
Berbagai faktor biomekanik yang cenderung menyebabkan cedera pada tendon Achilles:
- Pronasi (berputar ke dalam) kaki yang berlebihan
- Kebiasaan berpijak terlalu jauh dari tumit
- Urat lutut dan otot betis yang kaku
- Lengkung kaki yang tinggi
- Tendon Achilles yang kaku
- Kelainan bentuk tumit.
GEJALA
Gejala utamanya adalah nyeri, yang biasanya sangat hebat jika penderita bangun dari duduk atau berbaring atau ketika penderita mulai berlari.
Nyeri seringkali mereda jika penderita terus berjalan atau lari, walalupun terasa nyeri dan kaku.
Tendon Achilles terbungkus dalam suatu selubung pelindung; diantara tendon dan selubungnya terdapat lapisan lemak yang tipis, yang memungkinkan tendon bergerak dengan bebas.
Jika tendon mengalami cedera, akan terbentuk jaringan parut diantara tendon dan selubungnya, sehingga setiap kali bergerak, tendon akan menarik selubung pembungkusnya. Itulah sebabnya mengapa pergerakan menyebabkan rasa nyeri.
Terus berjalan atau berlari akan mengurangi nyeri karena menyebabkan meningkatnya suhu dari selubung, sehingga menjadi lebih lentur dan tendon dapat bergerak lebih bebas.
Menekan tendon biasanya juga akan menyebabkan nyeri.
Jika penderita tidak menghiraukan nyeri yang terjadi dan terus berlari, maka jaringan parut yang kaku akan menggantikan tendon yang elastik dan tendon akan selalu terluka selama penderita melakukan latihan, tanpa disertai kemungkinan untuk sembuh.
DIAGNOSA
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri tumpul di sepanjang tendon yang terkena dan jika diberikan tahanan terhadap otot yang menempel pada tendon tersebut, maka akan timbul nyeri.
PENGOBATAN
Berhenti berlari dan menggantinya dengan bersepeda selama nyeri menetap, merupakan bagian penting dari pengobatan.
Tindakan lainnya tergantung kepada penyebab atau keadaan penderita.
Menggunakan sepatu dengan bagian telapak yang lentur dan pemasangan lapisan sepatu bisa mengurangi ketegangan tendon dan menstabilkan tumit.
Latihan untuk meregangkan otot lutut bisa dimulai segera setelah nyeri hilang.
Demikian pula halnya dengan latihan untuk memperkuat tendon Achilles.
Penderita sebaiknya tidak berlari menaiki bukut atau menuruni bukit dengan kecepatan tinggi sampai tendonnya telah sembuh sempurna, yang biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberapa tahun.
sumber.http://www.medicastore.com/
DEFINISI
Tendinitis Achilles adalah suatu peradangan pada tendon Achilles, yaitu urat daging yang membentang dari otot betis ke tumit.
Otot betis dan tendon Achilles berfungsi menurunkan kaki bagian depan setelah tumit menyentuh tanah dan mengangkat tumit ketika jari-jari kaki ditekan sebelum melangkah dengan kaki yang lainnya.
PENYEBAB
Tendinitis achilles terjadi jika tekanan pada tendon lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tendon tersebut.
Berlari menuruni bukit memberikan tekanan lebih pada tendon achilles karena kaki bagian depan harus melangkah lebih jauh sebelum menyentuh tanah.
Berlari menaiki bukit juga memberikan tekanan berlebih pada tendon achilles karena otot betis harus mengerahkan tenaga lebih besar untuk mengangkat tumit ketika jari-jari kaki didorong.
Berbagai faktor biomekanik yang cenderung menyebabkan cedera pada tendon Achilles:
- Pronasi (berputar ke dalam) kaki yang berlebihan
- Kebiasaan berpijak terlalu jauh dari tumit
- Urat lutut dan otot betis yang kaku
- Lengkung kaki yang tinggi
- Tendon Achilles yang kaku
- Kelainan bentuk tumit.
GEJALA
Gejala utamanya adalah nyeri, yang biasanya sangat hebat jika penderita bangun dari duduk atau berbaring atau ketika penderita mulai berlari.
Nyeri seringkali mereda jika penderita terus berjalan atau lari, walalupun terasa nyeri dan kaku.
Tendon Achilles terbungkus dalam suatu selubung pelindung; diantara tendon dan selubungnya terdapat lapisan lemak yang tipis, yang memungkinkan tendon bergerak dengan bebas.
Jika tendon mengalami cedera, akan terbentuk jaringan parut diantara tendon dan selubungnya, sehingga setiap kali bergerak, tendon akan menarik selubung pembungkusnya. Itulah sebabnya mengapa pergerakan menyebabkan rasa nyeri.
Terus berjalan atau berlari akan mengurangi nyeri karena menyebabkan meningkatnya suhu dari selubung, sehingga menjadi lebih lentur dan tendon dapat bergerak lebih bebas.
Menekan tendon biasanya juga akan menyebabkan nyeri.
Jika penderita tidak menghiraukan nyeri yang terjadi dan terus berlari, maka jaringan parut yang kaku akan menggantikan tendon yang elastik dan tendon akan selalu terluka selama penderita melakukan latihan, tanpa disertai kemungkinan untuk sembuh.
DIAGNOSA
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri tumpul di sepanjang tendon yang terkena dan jika diberikan tahanan terhadap otot yang menempel pada tendon tersebut, maka akan timbul nyeri.
PENGOBATAN
Berhenti berlari dan menggantinya dengan bersepeda selama nyeri menetap, merupakan bagian penting dari pengobatan.
Tindakan lainnya tergantung kepada penyebab atau keadaan penderita.
Menggunakan sepatu dengan bagian telapak yang lentur dan pemasangan lapisan sepatu bisa mengurangi ketegangan tendon dan menstabilkan tumit.
Latihan untuk meregangkan otot lutut bisa dimulai segera setelah nyeri hilang.
Demikian pula halnya dengan latihan untuk memperkuat tendon Achilles.
Penderita sebaiknya tidak berlari menaiki bukut atau menuruni bukit dengan kecepatan tinggi sampai tendonnya telah sembuh sempurna, yang biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberapa tahun.
sumber.http://www.medicastore.com/
penyakit infeksi = menular
oleh : dr.lidianti
Posting saya kali ini agak serius karena banyak sekali penyakit menular khususnya di Indonesia ini, penyakit menular umumnya berupa infeksi yang di tularkan dari manusia ke manusia ataupun dari hewan kemanusia.
Karena terlalu banyak, mungkin dapat kita perkecil lagi menjadi penyakit infeksi yang menular, dimana infeksi itu sendiri dapat mengenai seluruh organ tubuh, yang terbanyak dan tersering selama saya praktek adalah mengenai saluran nafas atas atau ISPA (infeksi Saluran nafas Atas) yang sering kita ketahu sebagai flu, batuk dll.
INFEKSI SALURAN NAFAS ATAS
Infeksi saluran nafas itu sendiri juga banyak sekali penyebabnya dan bayak pula nama penyakitnya.. Tapi saya akan membahas lebih banyak pada yang sering kita temukan sehari-hari .
Sebelumnya saya perjelas mengenai infeksi..
Infeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme.
Secara lebih singkatnya yang dinamakan infeksi adalah suatu peradangan atau masuknya kuman yang menyebabkan peradangan karena perlawanan tubuh kita. Jika daya tahan tubuh kita mampu melawan kuman yang masuk maka infeksi akan teratasi (tidak jadi sakit) dan jika daya tahan tubuh kita tidak dapat melawan kuman yang masuk maka terjadilah infeksi.
Kuman yang masuk dapat berupa virus ataupun bakteri dan bisa juga jamur tapi ini jarang. Jika terinfeksi oleh virus umumya lebih sebentar daripada bakteri. Infeksi oleh virus lebih singkat tinggkat keparahanya tergantung daya virulensi atau tingginya daya masuk kuman yang menimbulkan parahnya penyakit.
Infeksi saluran nafas atas dalam bahasa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA (Infeksi Saluran naPas Atas) atau URI dalam bahasa Inggris adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring, atau laring. Pada pembehasan kali ini hanya akan di bahas penyakit infeksi saluran nafas atas yaitu Rhinitis, faringitis dan laringitis.
Dinamakan ISPA karena sesuai dengan lokasinya yai tu mengenai saluran nafas atas, dimana penyakitnya sesuai dengan nama tempat yang di kenainya, yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis. Sedangakan flu batuk berikutnya karena dekatnya daerah atau lokasi yang terkena.
Yang termasuk secara garis besar gejala dari ISPA adalah badan panas & pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan.
Terjadinya ISPA adalah karena masuknya virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan adalah virus. Yang biasanya akan di ikuti dengan bakteri.
Pengobatan yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic (penghilang gejala/pereda gejala), selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat.
RHINITIS
Rhinitis dapat di sebabkan oleh bakteri ataupun virus, tapi lebih banyak rhinitis dikarenakan adanya suatu alergin yang kemudian dapat di ikuti dengan bakteri atau virus
Rhinitis allergy atau pilek alergi adalah gejala alergi yang terjadi pada bagian hidung. Umumnya timbul penyakit ini di musim penghujan karena cuaca dingin.
Diagnosa penyakit ini: hidung pilek/beringus, badan panas atau merasa tidak enak badan disertai pusing kepala. Penyebab pilek alergi / rhinitis allergy ini ada bermacam-macam, antara lain: karena tubuh tidak kuat di udara dingin, debu di lingkungan sekitar (rumah), polusi udara dan serbuk sari bunga.
Yang mudah terkena rhinitis allergy / pilek alergi adalah anak-anak. Ini disebabkan anak-anak masih dalam masa pertumbuhan. Apalagi jika ditinjau kembali anak tersebut memiliki keturunan alergi.
Memang tidak sulit mencegah pilek alergi / rhinitis allergy ini, yaitu dengan menghindari penyebab alerginya(alergen). Misalnya: jika tubuh tidak kuat dengan udara dingin, gunakan jaket atau baju hangat lainnya, tidur yang cukup dengan memakai selimut. Menghindari polusi, debu didalam maupun diluar rumah. Makan dan istirahat yang cukup agar daya tahan tubuh tetap prima meskipun tingkat aktifitas kita tinggi.
Jika sudah mengalami rhinitis allergy atau pilek alergi, janganlah dibiarkan berlarut-larut sehingga semakin parah. Hal ini dapat beresiko munculnya penyakit lanjutan seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), Tonsilitis, Faringitis, Brinchitis bahkan Pnemonia (radang paru-paru).
Untuk mengobati gejala pilek alergi ini, dapat digunakan obat-obatan antihistamin baik yang dengan atau tanpa resep dokter. Efek obat ini adalah sedasi (mengantuk) sehingga sebaiknya beristirahatlah setelah mengkonsumsi obat ini dan dilarang mengemudi kendaraan. Memang saat ini ada juga yang efeknya diperkecil untuk mereka yang mobilitasnya tinggi, sebaiknya mintalah resep dokter agar dosis dan penggunaannya tepat.
FARINGITIS
(dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. nfeksi saluran napas atas akut seperti faringitis dan common cold (influensa) merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering dijumpai.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang lemah. Dan penyebab tersering adalah virus sehingga pengobatan antibiotik tidak diperlukan.
Radang tenggorokan karena kuman dapat menular melalui ludah, sedangkan yang disebabkan virus lewat udara. Jadi, hati-hati dan perhatikan sekitar kita apakah ada yang sedang mengalami radang tenggorokan.Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara yang paling baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari penyebabnya dan meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus daya tahan tubuh, semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi alergi.
Gejala radang tenggorokan seringkali merupakan pratanda penyakit flu atau pilek. Gejala utama faringitis adalah batuk, demam, nyeri saat menelan, dan rasa tidak nyaman di mulut Tapi jugaperlu di waspadai jika sakit di bagian tenggorokan, batuk, susah bernapas, dan kadang disertai demam, pastilah kita menyebutnya radang tenggorokan. Padahal, dengan keluhan tersebut, ada 3 bagian atau organ sekitar tenggorokan yang harus diwaspadai. tenggorokan (faring), adenoid yang berada di belakang hidung, dan , sepasang amandel di kiri dan kanan tenggorokan (tonsil palatina).Ketiga mempunyai gejala yang hampir sama tapi tempat yang dikenai berbeda.
faringitis ada yang akut dan kronis,
Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.
Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.
Faringitis karena bakteri biasanya dengan demam mendadak tinggi, sakit menelan, terdapat detritus pada farings, dan pembesaran kelenjar getah bening sekitarnya
Pemberian obat suportif seperti obat-obat penghilang gejala dan obat batuk sangat membantu penyembuhan. Yang perlu diperhatikan pada faringitis adalah kemungkinan infeksi oleh bakteri sehingga memerlukan antibiotik. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena kuman Tidak ada panduan pasti untuk membedakan infeksi oleh virus atau bakteri. Hanya, ada beberapa petunjuk yang digunakan sebagai pedoman pemberian antibiotik. Kadangkala makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banyak, disertai dengan vitamin bisa menolong.
. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis dengan netrofil yang meningkat. Jika dijumpai keadaan di atas, perlu diberikan antibiotik karena kemungkinan infeksi oleh Streptokokus â hemolitikus sangat besar. Infeksi kuman tersebut dapat menimbulkan kelainan di kemudian hari, yaitu penyakit jantung rematik dan glomerulo-nefritis pasca-streptokokus yang menjadi masalah cukup serius. Untuk memastikan harus dilakukan kultur, tetapi harus pula diingat bahwa rongga mulut merupakan tempat yang banyak bakteri sehingga hasilnya bisa bias. Selain itu, kultur tenggorok memerlukan waktu yang lama dan biaya yang cukup mahal. Untuk itu, pengenalan klinis terhadap kemungkinan infeksi bakteri sangat diperlukan.
Gejala common cold hampir sama dengan radang tenggorok. Pada yang ringan, gejala panas tidak timbul. Gejala yang dapat timbul adalah batuk, pilek, dan hidung tersumbat. Virus merupakan penyebab tersering sehingga penggunaan antibiotik tidak pada tempatnya. Pengobatan bersifat suportif seperti antipiretik dan minum yang banyak. Biasanya berlangsung kurang dari seminggu dan tidak lebih dari dua minggu. Tampak bahwa infeksi sekitar rongga mulut dapat menyebabkan kelainan sistemik berupa demam, nyeri otot, dan rasa tidak nyaman pada pasien.
LARINGITIS
Laringitis adalah peradangan pada laring (pangkal tenggorok).Laring terletak di puncah saluran udara yang menuju ke paru-paru (trakea) dan mengandung pita suara.PENYEBABPenyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya common cold).Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri.Laringitis bisa terjadi akibat:- Penggunaan suara yang berlebihan- Reaksi alergi- Menghirup iritan (misalnya asap rokok).Laringitis juga dapat disebabkan oleh penyakit lain, seperti demam,flu, dan pneumonia. Sementara, penyebab umum laringitis kronik termasuk iritasi yang berkelanjutan, seperti konsumsi alkohol, perokok berat, dan bakteri gastroesophageal reflux. Gejala umum dari laringitis adalah suara serak, iritasi di tenggorokan, demam, batuk, dan tenggorokan terasa buntu. ”Kebanyakan kasus dari virus penyebab laringitis selama musim dingin dan musim penyakit flu
GEJALAGejala biasanya berupa perubahan suara berupa serak sampai hilangnya suara.Tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman.Gejala lainnya yang juga bisa ditemukan:- demam- tidak enak badan- kesulitan menelan- sakit tenggorokan.Pembengkakan laring menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan.Penyakit ini bisa muncul karena penggunaan suara yang berlebihan. Dengan demikian, terjadi inflamasi (radang) dan bengkak di daerah laring (larynx) atau yang biasa dikenal dengan kotak suara. Laring merupakan bingkai tulang rawan, otot, dan membran mucous yang berhubungan dengan trachea. Di samping laring,ada pita suara (dua lipatan membran mucous yang terbungkus otot dan cartilage).
”Secara umum, pita suara akan terbuka dan menutup perlahan-lahan, yang akan memproduksi suara ketika terjadi gerakan dan vibrasi,” kata Staff Physician Departement of Emergency Medicine Charity Hospital Louisiana State University Michael L Peebles MD. Jika terserang laringitis, pita suara akan terjadi inflamasi atau iritasi. Pembengkakan tersebut akan memengaruhi produksi suara yang dihasilkan dari udara yang mengalir melalui laring.
Hasilnya, suara akan terdengar serak.Dalam beberapa kasus laringitis, lama-kelamaan suara akan semakin menghilang. Laringitis dapat berlangsung dalam waktu yang singkat (akut) atau lama (kronik). Laringitis akut biasanya tidak terjadi iritasi dan inflamasi dari virus tersebut. Namun, ketika suara serak terjadi terus-menerus dapat menyebabkan gangguan serius. Selain penggunaan suara yang berlebihan,laringitis disebabkan oleh virus.
Dalam beberapa kasus, laringitis membutuhkan perhatian medis.Terkadang, laringitis berkembang dari infeksi bakteri. Ada juga dari infeksi seperti tuberkulosis, tapi kasus ini jarang terjadi. ”Orang yang menderita laringitis seharusnya memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan adanya tumor yang tentu saja akan berkembang menjadi kanker,” ungkap Michael L Peebles MD. Penyebab umum laringitis akut adalah infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteria bisa juga, tapi jarang terjadi.
.
”Perubahan suara dapat disebabkan oleh cuaca dingin dan infeksi pernapasan yang terkadang umum terjadi. Setiap orang pasti pernah mengalami dalam sepanjang hidupnya, ” kata Director of the U-M Health System’s Vocal Health Center and Associate Professor of Otolaryngology and Music Norman D Hogikyan MD FACS. Hogikyan mencatat bahwa virus laringitis yang terinfeksi dan melewati beberapa jalan, seperti udara dingin dan flu.
Pertama kali,dia menyarankan untuk menghindari laringitis, kemudian melakukan perawatan agar tidak semakin buruk keadaannya. Saran yang lain, yakni tetap menjaga suara ketika sehat. Karena penyebabnya berupa virus, laringitis menjadi penyakit menular. Faktanya, laringitis merupakan infeksi saluran pernapasan yang tertinggi. Hogikyan mengatakan, ”Menghindari virus laringitis sama seperti menghindari flu atau virus. Artinya, rajin mencuci tangan dan menghindari kontak dengan orang terkena flu atau infeksi pernapasan.”
Beberapa penyebab tipe dari laringitis, termasuk acid reflux yang disebabkan oleh inflamasi akibat olah vokal yang berlebihan, infeksi bakteri, infeksi fungal atau yeast, merokok, iritasi kimia, dan penggunaan suara secara berlebihan. Perawatan untuk virus laringitis difokuskan untuk mengurangi luka yang memengaruhi suara.Hogikyan mencatat, ”Kami tidak dapat mengetahui secara otomatis pengaruh dari infeksi virus ini,tapi kami mencoba mengurangi iritasi yang menyebabkan perubahan suara. Pengobatan ini menjadi penting karena dapatmengatasi luka pada suara sebelum menjadi serak,” ujarnya.
Saran yang paling bagus menurut dia adalah mengistirahatkan suara untuk beberapa waktu. Salah satu aspek penting dalam perawatan adalah hidrasi. Minumlah banyak air putih dan minuman nonkafein.”Kondisi basah akan bagus untuk suara,” kata Hogikyan.Penggunaan humidifier juga dapat membantu,tambahnya. Meminum minuman hangat dan berkumur dengan air garam walaupun tidak mempunyai manfaat spesifik kesehatan, tapi dapat membantu terasa lega dan nyaman.
”Selain membuat rasa nyaman di tenggorokan, juga dapat mencegah dan menjaga otot di tenggorokan jika menggunakan suara secara berlebihan,” sarannya. Beberapa virus laringitis dapat kembali sembuh tanpa kerusakan yang berlangsung lama, tapi dapat juga menyebabkan masalah kesehatan,seperti pendarahan pita suara atau berkembang menjadi hemorrhagic polyp(luka pada pita suara). Untuk mencegah masalah ini semakin jauh, sebaiknya istirahatkan tenggorokan beberapa minggu ketika menderita laringitis.
Kebanyakan orang mengistirahatkan sampai keadaan mereka pulih kembali. ”Ini penting untuk menjaga kondisi suara setiap saat. Dan, ini merupakan cara yang alami,” tandasnya. Selain merekomendasikan menjaga agar tetap basah dan tidak berteriak. Dia menyarankan penggunaan mikrofon atau pengeras suara ketika berbicara atau tampil di depan dan tidak merokok
T IPS, Menghindari Iritasi di Tenggorokan
GANGGUAN pada tenggorokan memang bukan hanya dibenci kaum vokalis. Semua orang tentu tidak mau kehilangan suara.Bila ini terjadi selain mengganggu komunikasi dengan orang lain, badan pun terasa tidak nyaman karena ada salah satu anggota badan yang sakit.
Bagaimana caranya agar gangguan tersebut tidak menyerang kita? Beberapa tips di bawah ini perlu kita perhatikan:
1. Hindari Merokok Merokok akan membuat tenggorokan kering dan akan memengaruhi pita suara.
2. Minum Banyak Air Cairan akan membantu menipiskan selaput lendir (mucous) di tenggorokan dan mudah untuk dibersihkan.
3. Hindari Alkohol dan Kurangi Kafein Jika sudah terserang laringitis, sebaiknya hindari keduanya.
4. Hindari Membersihkan Tenggorokan. Tindakan ini akan berbahaya karena dapat menyebabkan vibrasi abnormal di pita suara, terjadi peningkatan bengkak.Dengan membersihkan tenggorokan, dapat menyebabkan tenggorokan luka dan teriritas
PENGOBATANPengobatan pada infeksi oleh virus tergantung kepada gejalanya.Penderita sebaiknya mengistirahatkan pita suaranya dengan tidak bicara atau bicara dengan berbisik.Menghirup uap bisa meringankan gejala dan membantu penyembuhan daerah yang meradang.Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik.
sumber.http://dokterlidianti.blogspot.com.
oleh : dr.lidianti
Posting saya kali ini agak serius karena banyak sekali penyakit menular khususnya di Indonesia ini, penyakit menular umumnya berupa infeksi yang di tularkan dari manusia ke manusia ataupun dari hewan kemanusia.
Karena terlalu banyak, mungkin dapat kita perkecil lagi menjadi penyakit infeksi yang menular, dimana infeksi itu sendiri dapat mengenai seluruh organ tubuh, yang terbanyak dan tersering selama saya praktek adalah mengenai saluran nafas atas atau ISPA (infeksi Saluran nafas Atas) yang sering kita ketahu sebagai flu, batuk dll.
INFEKSI SALURAN NAFAS ATAS
Infeksi saluran nafas itu sendiri juga banyak sekali penyebabnya dan bayak pula nama penyakitnya.. Tapi saya akan membahas lebih banyak pada yang sering kita temukan sehari-hari .
Sebelumnya saya perjelas mengenai infeksi..
Infeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme.
Secara lebih singkatnya yang dinamakan infeksi adalah suatu peradangan atau masuknya kuman yang menyebabkan peradangan karena perlawanan tubuh kita. Jika daya tahan tubuh kita mampu melawan kuman yang masuk maka infeksi akan teratasi (tidak jadi sakit) dan jika daya tahan tubuh kita tidak dapat melawan kuman yang masuk maka terjadilah infeksi.
Kuman yang masuk dapat berupa virus ataupun bakteri dan bisa juga jamur tapi ini jarang. Jika terinfeksi oleh virus umumya lebih sebentar daripada bakteri. Infeksi oleh virus lebih singkat tinggkat keparahanya tergantung daya virulensi atau tingginya daya masuk kuman yang menimbulkan parahnya penyakit.
Infeksi saluran nafas atas dalam bahasa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA (Infeksi Saluran naPas Atas) atau URI dalam bahasa Inggris adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring, atau laring. Pada pembehasan kali ini hanya akan di bahas penyakit infeksi saluran nafas atas yaitu Rhinitis, faringitis dan laringitis.
Dinamakan ISPA karena sesuai dengan lokasinya yai tu mengenai saluran nafas atas, dimana penyakitnya sesuai dengan nama tempat yang di kenainya, yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis. Sedangakan flu batuk berikutnya karena dekatnya daerah atau lokasi yang terkena.
Yang termasuk secara garis besar gejala dari ISPA adalah badan panas & pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan.
Terjadinya ISPA adalah karena masuknya virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan adalah virus. Yang biasanya akan di ikuti dengan bakteri.
Pengobatan yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic (penghilang gejala/pereda gejala), selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat.
RHINITIS
Rhinitis dapat di sebabkan oleh bakteri ataupun virus, tapi lebih banyak rhinitis dikarenakan adanya suatu alergin yang kemudian dapat di ikuti dengan bakteri atau virus
Rhinitis allergy atau pilek alergi adalah gejala alergi yang terjadi pada bagian hidung. Umumnya timbul penyakit ini di musim penghujan karena cuaca dingin.
Diagnosa penyakit ini: hidung pilek/beringus, badan panas atau merasa tidak enak badan disertai pusing kepala. Penyebab pilek alergi / rhinitis allergy ini ada bermacam-macam, antara lain: karena tubuh tidak kuat di udara dingin, debu di lingkungan sekitar (rumah), polusi udara dan serbuk sari bunga.
Yang mudah terkena rhinitis allergy / pilek alergi adalah anak-anak. Ini disebabkan anak-anak masih dalam masa pertumbuhan. Apalagi jika ditinjau kembali anak tersebut memiliki keturunan alergi.
Memang tidak sulit mencegah pilek alergi / rhinitis allergy ini, yaitu dengan menghindari penyebab alerginya(alergen). Misalnya: jika tubuh tidak kuat dengan udara dingin, gunakan jaket atau baju hangat lainnya, tidur yang cukup dengan memakai selimut. Menghindari polusi, debu didalam maupun diluar rumah. Makan dan istirahat yang cukup agar daya tahan tubuh tetap prima meskipun tingkat aktifitas kita tinggi.
Jika sudah mengalami rhinitis allergy atau pilek alergi, janganlah dibiarkan berlarut-larut sehingga semakin parah. Hal ini dapat beresiko munculnya penyakit lanjutan seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), Tonsilitis, Faringitis, Brinchitis bahkan Pnemonia (radang paru-paru).
Untuk mengobati gejala pilek alergi ini, dapat digunakan obat-obatan antihistamin baik yang dengan atau tanpa resep dokter. Efek obat ini adalah sedasi (mengantuk) sehingga sebaiknya beristirahatlah setelah mengkonsumsi obat ini dan dilarang mengemudi kendaraan. Memang saat ini ada juga yang efeknya diperkecil untuk mereka yang mobilitasnya tinggi, sebaiknya mintalah resep dokter agar dosis dan penggunaannya tepat.
FARINGITIS
(dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. nfeksi saluran napas atas akut seperti faringitis dan common cold (influensa) merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering dijumpai.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang lemah. Dan penyebab tersering adalah virus sehingga pengobatan antibiotik tidak diperlukan.
Radang tenggorokan karena kuman dapat menular melalui ludah, sedangkan yang disebabkan virus lewat udara. Jadi, hati-hati dan perhatikan sekitar kita apakah ada yang sedang mengalami radang tenggorokan.Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara yang paling baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari penyebabnya dan meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus daya tahan tubuh, semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi alergi.
Gejala radang tenggorokan seringkali merupakan pratanda penyakit flu atau pilek. Gejala utama faringitis adalah batuk, demam, nyeri saat menelan, dan rasa tidak nyaman di mulut Tapi jugaperlu di waspadai jika sakit di bagian tenggorokan, batuk, susah bernapas, dan kadang disertai demam, pastilah kita menyebutnya radang tenggorokan. Padahal, dengan keluhan tersebut, ada 3 bagian atau organ sekitar tenggorokan yang harus diwaspadai. tenggorokan (faring), adenoid yang berada di belakang hidung, dan , sepasang amandel di kiri dan kanan tenggorokan (tonsil palatina).Ketiga mempunyai gejala yang hampir sama tapi tempat yang dikenai berbeda.
faringitis ada yang akut dan kronis,
Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.
Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.
Faringitis karena bakteri biasanya dengan demam mendadak tinggi, sakit menelan, terdapat detritus pada farings, dan pembesaran kelenjar getah bening sekitarnya
Pemberian obat suportif seperti obat-obat penghilang gejala dan obat batuk sangat membantu penyembuhan. Yang perlu diperhatikan pada faringitis adalah kemungkinan infeksi oleh bakteri sehingga memerlukan antibiotik. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena kuman Tidak ada panduan pasti untuk membedakan infeksi oleh virus atau bakteri. Hanya, ada beberapa petunjuk yang digunakan sebagai pedoman pemberian antibiotik. Kadangkala makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banyak, disertai dengan vitamin bisa menolong.
. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis dengan netrofil yang meningkat. Jika dijumpai keadaan di atas, perlu diberikan antibiotik karena kemungkinan infeksi oleh Streptokokus â hemolitikus sangat besar. Infeksi kuman tersebut dapat menimbulkan kelainan di kemudian hari, yaitu penyakit jantung rematik dan glomerulo-nefritis pasca-streptokokus yang menjadi masalah cukup serius. Untuk memastikan harus dilakukan kultur, tetapi harus pula diingat bahwa rongga mulut merupakan tempat yang banyak bakteri sehingga hasilnya bisa bias. Selain itu, kultur tenggorok memerlukan waktu yang lama dan biaya yang cukup mahal. Untuk itu, pengenalan klinis terhadap kemungkinan infeksi bakteri sangat diperlukan.
Gejala common cold hampir sama dengan radang tenggorok. Pada yang ringan, gejala panas tidak timbul. Gejala yang dapat timbul adalah batuk, pilek, dan hidung tersumbat. Virus merupakan penyebab tersering sehingga penggunaan antibiotik tidak pada tempatnya. Pengobatan bersifat suportif seperti antipiretik dan minum yang banyak. Biasanya berlangsung kurang dari seminggu dan tidak lebih dari dua minggu. Tampak bahwa infeksi sekitar rongga mulut dapat menyebabkan kelainan sistemik berupa demam, nyeri otot, dan rasa tidak nyaman pada pasien.
LARINGITIS
Laringitis adalah peradangan pada laring (pangkal tenggorok).Laring terletak di puncah saluran udara yang menuju ke paru-paru (trakea) dan mengandung pita suara.PENYEBABPenyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya common cold).Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri.Laringitis bisa terjadi akibat:- Penggunaan suara yang berlebihan- Reaksi alergi- Menghirup iritan (misalnya asap rokok).Laringitis juga dapat disebabkan oleh penyakit lain, seperti demam,flu, dan pneumonia. Sementara, penyebab umum laringitis kronik termasuk iritasi yang berkelanjutan, seperti konsumsi alkohol, perokok berat, dan bakteri gastroesophageal reflux. Gejala umum dari laringitis adalah suara serak, iritasi di tenggorokan, demam, batuk, dan tenggorokan terasa buntu. ”Kebanyakan kasus dari virus penyebab laringitis selama musim dingin dan musim penyakit flu
GEJALAGejala biasanya berupa perubahan suara berupa serak sampai hilangnya suara.Tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman.Gejala lainnya yang juga bisa ditemukan:- demam- tidak enak badan- kesulitan menelan- sakit tenggorokan.Pembengkakan laring menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan.Penyakit ini bisa muncul karena penggunaan suara yang berlebihan. Dengan demikian, terjadi inflamasi (radang) dan bengkak di daerah laring (larynx) atau yang biasa dikenal dengan kotak suara. Laring merupakan bingkai tulang rawan, otot, dan membran mucous yang berhubungan dengan trachea. Di samping laring,ada pita suara (dua lipatan membran mucous yang terbungkus otot dan cartilage).
”Secara umum, pita suara akan terbuka dan menutup perlahan-lahan, yang akan memproduksi suara ketika terjadi gerakan dan vibrasi,” kata Staff Physician Departement of Emergency Medicine Charity Hospital Louisiana State University Michael L Peebles MD. Jika terserang laringitis, pita suara akan terjadi inflamasi atau iritasi. Pembengkakan tersebut akan memengaruhi produksi suara yang dihasilkan dari udara yang mengalir melalui laring.
Hasilnya, suara akan terdengar serak.Dalam beberapa kasus laringitis, lama-kelamaan suara akan semakin menghilang. Laringitis dapat berlangsung dalam waktu yang singkat (akut) atau lama (kronik). Laringitis akut biasanya tidak terjadi iritasi dan inflamasi dari virus tersebut. Namun, ketika suara serak terjadi terus-menerus dapat menyebabkan gangguan serius. Selain penggunaan suara yang berlebihan,laringitis disebabkan oleh virus.
Dalam beberapa kasus, laringitis membutuhkan perhatian medis.Terkadang, laringitis berkembang dari infeksi bakteri. Ada juga dari infeksi seperti tuberkulosis, tapi kasus ini jarang terjadi. ”Orang yang menderita laringitis seharusnya memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan adanya tumor yang tentu saja akan berkembang menjadi kanker,” ungkap Michael L Peebles MD. Penyebab umum laringitis akut adalah infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteria bisa juga, tapi jarang terjadi.
.
”Perubahan suara dapat disebabkan oleh cuaca dingin dan infeksi pernapasan yang terkadang umum terjadi. Setiap orang pasti pernah mengalami dalam sepanjang hidupnya, ” kata Director of the U-M Health System’s Vocal Health Center and Associate Professor of Otolaryngology and Music Norman D Hogikyan MD FACS. Hogikyan mencatat bahwa virus laringitis yang terinfeksi dan melewati beberapa jalan, seperti udara dingin dan flu.
Pertama kali,dia menyarankan untuk menghindari laringitis, kemudian melakukan perawatan agar tidak semakin buruk keadaannya. Saran yang lain, yakni tetap menjaga suara ketika sehat. Karena penyebabnya berupa virus, laringitis menjadi penyakit menular. Faktanya, laringitis merupakan infeksi saluran pernapasan yang tertinggi. Hogikyan mengatakan, ”Menghindari virus laringitis sama seperti menghindari flu atau virus. Artinya, rajin mencuci tangan dan menghindari kontak dengan orang terkena flu atau infeksi pernapasan.”
Beberapa penyebab tipe dari laringitis, termasuk acid reflux yang disebabkan oleh inflamasi akibat olah vokal yang berlebihan, infeksi bakteri, infeksi fungal atau yeast, merokok, iritasi kimia, dan penggunaan suara secara berlebihan. Perawatan untuk virus laringitis difokuskan untuk mengurangi luka yang memengaruhi suara.Hogikyan mencatat, ”Kami tidak dapat mengetahui secara otomatis pengaruh dari infeksi virus ini,tapi kami mencoba mengurangi iritasi yang menyebabkan perubahan suara. Pengobatan ini menjadi penting karena dapatmengatasi luka pada suara sebelum menjadi serak,” ujarnya.
Saran yang paling bagus menurut dia adalah mengistirahatkan suara untuk beberapa waktu. Salah satu aspek penting dalam perawatan adalah hidrasi. Minumlah banyak air putih dan minuman nonkafein.”Kondisi basah akan bagus untuk suara,” kata Hogikyan.Penggunaan humidifier juga dapat membantu,tambahnya. Meminum minuman hangat dan berkumur dengan air garam walaupun tidak mempunyai manfaat spesifik kesehatan, tapi dapat membantu terasa lega dan nyaman.
”Selain membuat rasa nyaman di tenggorokan, juga dapat mencegah dan menjaga otot di tenggorokan jika menggunakan suara secara berlebihan,” sarannya. Beberapa virus laringitis dapat kembali sembuh tanpa kerusakan yang berlangsung lama, tapi dapat juga menyebabkan masalah kesehatan,seperti pendarahan pita suara atau berkembang menjadi hemorrhagic polyp(luka pada pita suara). Untuk mencegah masalah ini semakin jauh, sebaiknya istirahatkan tenggorokan beberapa minggu ketika menderita laringitis.
Kebanyakan orang mengistirahatkan sampai keadaan mereka pulih kembali. ”Ini penting untuk menjaga kondisi suara setiap saat. Dan, ini merupakan cara yang alami,” tandasnya. Selain merekomendasikan menjaga agar tetap basah dan tidak berteriak. Dia menyarankan penggunaan mikrofon atau pengeras suara ketika berbicara atau tampil di depan dan tidak merokok
T IPS, Menghindari Iritasi di Tenggorokan
GANGGUAN pada tenggorokan memang bukan hanya dibenci kaum vokalis. Semua orang tentu tidak mau kehilangan suara.Bila ini terjadi selain mengganggu komunikasi dengan orang lain, badan pun terasa tidak nyaman karena ada salah satu anggota badan yang sakit.
Bagaimana caranya agar gangguan tersebut tidak menyerang kita? Beberapa tips di bawah ini perlu kita perhatikan:
1. Hindari Merokok Merokok akan membuat tenggorokan kering dan akan memengaruhi pita suara.
2. Minum Banyak Air Cairan akan membantu menipiskan selaput lendir (mucous) di tenggorokan dan mudah untuk dibersihkan.
3. Hindari Alkohol dan Kurangi Kafein Jika sudah terserang laringitis, sebaiknya hindari keduanya.
4. Hindari Membersihkan Tenggorokan. Tindakan ini akan berbahaya karena dapat menyebabkan vibrasi abnormal di pita suara, terjadi peningkatan bengkak.Dengan membersihkan tenggorokan, dapat menyebabkan tenggorokan luka dan teriritas
PENGOBATANPengobatan pada infeksi oleh virus tergantung kepada gejalanya.Penderita sebaiknya mengistirahatkan pita suaranya dengan tidak bicara atau bicara dengan berbisik.Menghirup uap bisa meringankan gejala dan membantu penyembuhan daerah yang meradang.Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik.
sumber.http://dokterlidianti.blogspot.com.
OLEH:KARTIKA WAHYUNINGTY
PHARYNGITIS
DEFINISI
Faringitis adalah infeksi pada tenggorokan yang disebabkan karena inflamasi.Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai dinding faring.Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi ini di bawah judul yang relatif sederhan yaitu "faringitis akut.Disini termasuk faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibatpenyakit infeksi akut seperti eksantema atau influensa, dan dari penyeban yang tidak biasa,seperti manifestasi herpes dan sariawan
PENYEBAB PHARYNGITIS
Penyebab faringitis dapat bervariasi dari organisme yang menghasilkan eksudat saja atau pada perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi.Kebanyakan kasus disebakan oleh virus.Termasuk virus penyebab fluinfluenza virus,adenovirus,mononucleosis,HIV,dan macam lainnya.Kuman Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes adalah salah satu penyebab terbanyak.
Penyebab lainnya di antaranya adalah:
1.Adanya polusi udara
2.Alergi musiman
3.Merokok
Perubahan cuaca dan alergi musiman adalah penyebab yang paling sering terjadi.Terutamanya banyak terjadi pada anak-anak.Dan infeksi ini disebarkan melalui orang ke orang (person to person contact).Penting untuk berhati-hati terhadap kemungkinan penyebab virus pada faringitis akutyang berhubungan dengan adenopati tidak adanya pembentukan membran faringitis folikularis.Pembentukan vesikel pada membran mukosa, seperti herpes, dugaan kuat penyebabnya adalah virus.
PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi melalui dorplet.Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisal bereaksi,terjadi pembendungan radangdengan infiltrasi leukosit polimorfonukloear.Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tetapi menjadi menebal atau berbentuk mukus, dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
MANIFESTASI KLINIS (GEJALA)
Pada gejala awal penderita mengeluh rasa kering dan gatal pada tenggorokan.Suhu tubuh naik, lesu, nyeri sendi, odinofagia, anoreksia, dan otalgia. Malaise dan sakit kepala adalah keluhan biasa. Eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit untuk dikeluarkan, dengan suara parau, usaha mengeluarkan dahak dari kerongkongan dan batuk. Keparauan terjadi jika proses peradangan mengenai laring. Dinding faring kemerahan dan menjadi kering,gambaran seperti kaca dan dilapaisi oleh sekresi mukus. Jaringan limfoid biasanya tampak merah dan bengkak.
DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama terdapatnya gejala dan tanda seperti yang baru dijelaskan. Biakan tenggorokan membantu dalam menentukan organisme.Jika faringitis yang penyebabnya adalah bakteri maka pemberian antibiotik dapat membantu dalam mengurangi komplikasi penyakit ini.
PENGOBATAN
Penggunakan antimikroba telah merubah pengobatan rutin faringitis bakteri akut dalam bertahun-tahun terakhir. Sebagai akibatnya,perjalanan penyakit menjadi lebih pendek dan insidens komplikasi menurun. Penggunaan irigasi hangat pada tenggorokan, perawatan penunjang yaitu pemberian cairan yang adekuat, diet ringan, dan aspirin jika diperlukan masih penting dalam mempercepat penyembuhan,walaupun kenyataanya perbikan terjadi setelah pemberian antibiotik. Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari,antipiretik,dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan. Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisin.
Bila penyebabnya di duga infeksi virus,pasien cukup diberikan analgetika dan tablet isap saja.Jika ada infeksi jamur dapat diberikan solutio Nystatin 100000 unit 2 kali sehari.Bila pengobatan kurang adekuat dan daya tahan tubuh penderita sedang menurun maka faringitis akut ini dapat berulang dan berakhir menjadi faringitis kronis,
REFERENSI
National Guideline Clearinghouse. University of Michigan Helth System. Acute Pharyngitis.
www.guideline.gov
http:/www.baptistoneword.org/healthinfo/respire%20Folder/pharyn.html
Tex book Kapita selekta edisi 2
MedlinePlus Medical Encyclopedia
(www.nlm.nih.gov)
www.pulmonologychannel.com
PHARYNGITIS
DEFINISI
Faringitis adalah infeksi pada tenggorokan yang disebabkan karena inflamasi.Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai dinding faring.Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi ini di bawah judul yang relatif sederhan yaitu "faringitis akut.Disini termasuk faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibatpenyakit infeksi akut seperti eksantema atau influensa, dan dari penyeban yang tidak biasa,seperti manifestasi herpes dan sariawan
PENYEBAB PHARYNGITIS
Penyebab faringitis dapat bervariasi dari organisme yang menghasilkan eksudat saja atau pada perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi.Kebanyakan kasus disebakan oleh virus.Termasuk virus penyebab fluinfluenza virus,adenovirus,mononucleosis,HIV,dan macam lainnya.Kuman Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes adalah salah satu penyebab terbanyak.
Penyebab lainnya di antaranya adalah:
1.Adanya polusi udara
2.Alergi musiman
3.Merokok
Perubahan cuaca dan alergi musiman adalah penyebab yang paling sering terjadi.Terutamanya banyak terjadi pada anak-anak.Dan infeksi ini disebarkan melalui orang ke orang (person to person contact).Penting untuk berhati-hati terhadap kemungkinan penyebab virus pada faringitis akutyang berhubungan dengan adenopati tidak adanya pembentukan membran faringitis folikularis.Pembentukan vesikel pada membran mukosa, seperti herpes, dugaan kuat penyebabnya adalah virus.
PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi melalui dorplet.Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisal bereaksi,terjadi pembendungan radangdengan infiltrasi leukosit polimorfonukloear.Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tetapi menjadi menebal atau berbentuk mukus, dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
MANIFESTASI KLINIS (GEJALA)
Pada gejala awal penderita mengeluh rasa kering dan gatal pada tenggorokan.Suhu tubuh naik, lesu, nyeri sendi, odinofagia, anoreksia, dan otalgia. Malaise dan sakit kepala adalah keluhan biasa. Eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit untuk dikeluarkan, dengan suara parau, usaha mengeluarkan dahak dari kerongkongan dan batuk. Keparauan terjadi jika proses peradangan mengenai laring. Dinding faring kemerahan dan menjadi kering,gambaran seperti kaca dan dilapaisi oleh sekresi mukus. Jaringan limfoid biasanya tampak merah dan bengkak.
DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama terdapatnya gejala dan tanda seperti yang baru dijelaskan. Biakan tenggorokan membantu dalam menentukan organisme.Jika faringitis yang penyebabnya adalah bakteri maka pemberian antibiotik dapat membantu dalam mengurangi komplikasi penyakit ini.
PENGOBATAN
Penggunakan antimikroba telah merubah pengobatan rutin faringitis bakteri akut dalam bertahun-tahun terakhir. Sebagai akibatnya,perjalanan penyakit menjadi lebih pendek dan insidens komplikasi menurun. Penggunaan irigasi hangat pada tenggorokan, perawatan penunjang yaitu pemberian cairan yang adekuat, diet ringan, dan aspirin jika diperlukan masih penting dalam mempercepat penyembuhan,walaupun kenyataanya perbikan terjadi setelah pemberian antibiotik. Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari,antipiretik,dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan. Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisin.
Bila penyebabnya di duga infeksi virus,pasien cukup diberikan analgetika dan tablet isap saja.Jika ada infeksi jamur dapat diberikan solutio Nystatin 100000 unit 2 kali sehari.Bila pengobatan kurang adekuat dan daya tahan tubuh penderita sedang menurun maka faringitis akut ini dapat berulang dan berakhir menjadi faringitis kronis,
REFERENSI
National Guideline Clearinghouse. University of Michigan Helth System. Acute Pharyngitis.
www.guideline.gov
http:/www.baptistoneword.org/healthinfo/respire%20Folder/pharyn.html
Tex book Kapita selekta edisi 2
MedlinePlus Medical Encyclopedia
(www.nlm.nih.gov)
www.pulmonologychannel.com
Saturday, June 23, 2007
Epidemiologi Abortus yang Tidak Aman
NASRIN KODIM
--------------------------------------------------------------------------------
Pendahuluan
Sejak lama diketahui bahwa abortus spontan hanyalah sebagian kecil dari seluruh kejadian abortus. Bagian terbesar adalah abortus provokatus yang dilakukan dengan sengaja akibat kehamilan yang tidak diingini. Dari hasil World Fertility Survey tahun 1987, diketahui bahwa di seluruh dunia ada sekitar 300 juta pasangan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Mereka adalah kelompok yang sangat berisiko untuk mengalami kehamilan yang tidak diingini. Keadaan seperti ini paling mencolok ditemukan di negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika latin, yang tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan jasa aborsinya sangat rendah. Program keluarga berencana di Afrika, Asia, dan Amerika latin secara berturut-turut hanya mampu mencakup 23%, 43%, dan 57% dari para pasangan yang tidak menginginkan anak tersebut (WHO).
Selain itu, kehamilan yang tidak diingini dalam jumlah yang besar juga terjadi pada kelompok remaja. Para remaja yang dihadapkan pada realitas pergaulan bebas masyarakat moderen itu, tidak dibekali sedikitpun dengan pengetahuan tentang Fisiologi reproduksi dan perilaku seksual yang benar. Berdasarkan data WHO diketahui bahwa di seluruh dunia, setiap tahunnya diperkirakan ada sekitar 15 juta remaja yang mengalami kehamilan. Sekitar 60% di antaranya tidak ingin melanjutkan kehamilan tersebut dan berupaya mengakhirinya.
Frekuensi kehamilan yang tidak diingini yang tinggi itu dipastikan akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan abortus. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40--60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi. Setiap tahun, sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30--50% di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekitar 90% dari kematian tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang jumlah dan penyebaan fasilitas pelayanan kesehatan profesionalnya masih relatif kecil dan tidak merata (Ericca, 1997).
Sementara, sikap terhadap abortus bervariasi dari negara yang satu ke negara yang lain. Hal ini diekspresikan dalam bentuk peraturan dan undang-undang negara yang membatasi tindakan aborsi. Pada 1986, Tietze dan Henshaw mungelompokkan status hukum abortus di seluruh dunia berdasarkan proporsi penduduknya, dalam 4 kelompok besar. Yaitu, sekitar 13% melegalkan abortus tanpa sarat, 24% melarang abortus kecuali hanya untuk keselamatan si ibu, 39% memberikan izin berdasarkan permintaan, dan 24% legal berdasarkan pertimbangan sosial yang luas. Variasi ini berhubungan sangat erat dengan jasa pelaksanaan abortus yang tidak aman.
Semakin ketat larangan abortus, semakin besar risiko pertolongan aborsi yang tidak aman, sebagai akibat langka dan mahalnya fasilitas pelayanan abortus. Sebaliknya, di negara-negara yang membebaskan abortus, risiko tersebut relatif lebih kecil. Meskipun demikian, akan selalu ada para ibu yang mencari jasa pelayanan aborsi yang tidak aman. Sebagai contoh, di Tunisia, aborsi dapat dilakukan secara legal. Akan tetapi, dikatakan bahwa sekitar 1/3 aborsi dilakukan secara tidak aman. Bahkan, di Zambia, negara yang sangat memberikan kelonggaran untuk pelayanan aborsi, sebagian besar obortus dilakukan secara tidak aman.
Dari uraian tersebut di atas, terbukti bahwa tingginya frekuensi kehamilan yang tidak diingini di negara-negara berkembang, akan meningkatkan kebutuhan jasa palayanan abortus. Sementara, larangan terhadap abortus akan membuat fasilitas pelayanan aborsi profesional yang berkualitas menjadi langka dan mahal. Akibatnya, pilihan akan jatuh pada jasa pelayanan abortus yang tidak aman yang diberikan oleh tenaga yang tidak terampil dan tidak terlatih. Para ibu yang kebingungan itu akan nekad memilih pelayan aborsi yang tidak aman dan mengancam keselamatan ketimbang membesarkan janin yang mereka kandung. Mereka tidak menghiraukan risiko komplikasi, cacad, dan kematian yang mungkin ditimbulkan oleh pilihan yang keliru itu. Pelayanan abortus yang mereka pilih itu akan mengantarkan mereka pada risiko kematian 100 sampai 500 kali lebih besar. Di negara berkembang, masalah ini sangat penting karena menyangkut keselamatan dan kelangsungan hidup para ibu usia produktif yang menjadi pengayom utama keluarga.
Pengertian
Secara umum, abortus didefinisikan sebagai upaya terminasi kehamilan yang dilakukan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan. Selanjutnya, menurut WHO, aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) adalah aborsi yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berisiko tinggi, bahkan fatal, dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau tidak terampil serta komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian wanita usia reproduksi. Dengan demikian, ada tiga kriteria aborsi yang tidak aman, yaitu metode berisiko tinggi, dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian ibu (WHO, 1995).
Metode aborsi risiko tinggi yang dimaksud antara lain meliputi penggunaan obat atau jamu, pemijitan, memasukkan alat atau benda asing ke dalam rongga vagina. Peralatan yang digunakan biasanya terkontaminasi oleh mikroorganisme dan bahan-bahan kausatif atau iritatif sehingga meskipun pasien dapat diselamatkan dari kematian, dia masih tetap terancam untuk mengalami cacad menetap atau gangguan organ yang serius. Sementara, bahan-bahan tradisional yang sering digunakan antara lain plastik, batang kayu, akar pohon, atau tangkai daun yang mempunyai getah iritatif (Erica, 1994).
Yang dimaksud dengan individu yang tidak terlatih atuu tidak terampil adalah individu, baik tenaga medis ataupun bukan, yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sangat minimal sehingga tidak dapat memperkirakan risiko yang mungkin ditimbulkan oleh tindakan yang dilakukannya.
Abortus yang tidak aman bukan semata-mata masalah medis, etika ataupun hukum, tetapi merupakan masalah kemanusiaan yang menyangkut wanita dan pria sebagai pasangan suami istri dan sebagai anggota masyarakat serta kelangsungan hidup janin yang dihasilkan dari hubungan suami istri.
Masalah
Penilaian besarnya masalah abortus di berbagai negara menghadapi banyak kesulitan sebagai akibat status abortus yang ilegal sehingga kasus-kasus yang terjadi jarang dilaporkan. Namun, tanpa gambaran yang jelas dan lengkap pun, abortus tetap terdeteksi sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius. Setiap tahun, ada sekitar 40 sampai 60 juta wanita yang berupaya mengakhiri kehamilan yang tidak mereka ingini. Di seluruh dunia, setiap tahun terjadi sekitar 40--70 kasus abortus per 1000 wanita usia reproduksi (WHO, 1995). Diperkirakan bahwa sekitar 20% dari seluruh kehamilan akan berakhir dengan aborsi. Kelompok wanita yang memilih jasa pelayanan aborsi yang tidak aman akan menghadapi risiko kematian 100 sampai 500 kali lebih tinggi daripada wanita yang mendapat pelayanan jasa aborsi aman yang diberikan oleh tenaga profesional yang terlatih.
Di India, abortus telah diizinkan secara luas sejak 1980, tetapi pada 1980 dilaporkan hanya 388.000 dari 4--6 juta tindakan abortus yang dilakukan di fasilitas pelayanan pemerintah (Erica 1994). Di Tunisia yang melegalkan tindakan abortus, sekitar 33% kejadian aborsi masih tergolong sebagai aborsi yang tidak aman. Di Zambia yang mengizinkan pelaksanaan abortus dengan mempertimbangkan alasan sosial yang luas, sebagaian besar wanitanya melakukan tindakan abortus yang tidak memenuhi persyaratan profesional. Di sini, kelonggaran yang diberikan terhadap abortus tidak diikuti dengan kemudahan sistem administrasi penyelenggaraannya. Misalnya, setiap abortus yang akan dilakukan harus mendapat persetujuan tiga orang dokter, yang salah satunya adalah dokter spesialis.
Di Amerika Latin, komplikasi abortus yang dilaklikan secara ilegal merupakan penyebab utama kematian pada wanita yang berusia 15--39 tahun. Berdasarkan laporan dari berbagai negara berkembang, diketahui bahwa abortus yang tidak aman merupakan penyebab utama kematian ibu. Survei yang dilakukan di Adis Ababa pada 1981--1983 menemukan 54% kematian ibu yang langsung disebabkan oleh kamplikasi abortus provokatus yang tidak aman.
Kecenderungan Regional
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di 19 negara Amerika Latin, setiap tahun dilakukan sekitar 34 juta abortus atau sebesar 45 per 100 wanita usia produktif. Di Chili, sekitar 10--30% tempat tidur di bangsal kebidanan dan kandungan diisi oleh wanita yang mengalami komplikasi aborsi (Erica, 1994).
Dari Zimbabwe, Afrika, dilaporkan bahwa sekitar 28% seluruh kematian ibu berhubungan dengan abortus. Sementara, di Tanzania dan Adis Adaba masing-masing sebesar 21% dan 54%. Hal ini diperkirakan merupakan bagian kecil dari kejadian yang sebenarnya, sebagai akibat ketidakterjangkauan pelayanan kedokteren moderen yang ditandai oleh kesenjangan informasi. Di Mesir yang mayoritas berpenduduk muslim, penduduk yang berpeluang untuk melakukan abortus sangat kecil. Ditemukan bahwa sekitar 50% tempat tidur di bagian kebidanan diisi oleh kasus-kasus komplikasi abortus.
Sedangkan di Irak dikatakan bahwa perawatan kasus aborsi dan komplikasinya melebihi perawatan persalinan. Di daerah pedesaan Libanon, pada 1961 diketahui bahwa 0,2% kehamilan diakhiri dengan abortus, sementara diperkotaan 8--14%.
Meskipun status abortus di negara-negara Asia umumnya ilegal, insiden abortus umumnya dianggap tinggi. Di Korea, pada 1978 insidens abortus ditemukan sebesar 235 per 1000 wanita yang berkeluarga yang berusia 15--44 tahun. Di Thailand yang mengizinkan abortus secara terbatas, didapatkan angka 37 per 1000 wanita usia reproduktif dan ratio 245 per 1000 kelahiran hidup. Di Singapura, pada 1981 dilaporkan insiden abortus 28,4 per 1000 wanita usia reproduktif dan rasio 371 per 1000 kelahiran hidup. Di India yang melegalkan aborsi tapi dengan fasilitas pelayanan yang tidak merata, ditemukan angka 55 per 1000 wanita usia 15--44 tahun.
Karakteristik Wanita yang Mencari Pelayanan Aborsi
Ada berbagai alasan dan kondisi individual yang memungkinkan wanita melakukan aborsi. Di berbagai daerah, pola itu bergeser secara konstan mengikuti perubahan sosial, peraturan perundang-undangan, dan moral yang berlaku. Meskipun demikian, beberapa karakteristik umum dapat diindentifikasi.
Status sosial ekonomi
Pertolongan abortus yang tidak aman lebih banyak dialami oleh kelompok masyarakat yang miskin, karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka untuk membiayai jasa pertolongan profesional. Sebaliknya, kelompok masyarakat yang kaya yang dikatakan relatif lebih banyak yang melakukan aborsi, mempunyai risiko lebih kecil untuk mendapat pertolongan aborsi yang tidak aman.
Pendidikan
Aborsi lebih sering dilakukan oleh para wanita yang berpendidikan rendah daripada yang berpendidikan tinggi.
Tinggal di daerah perkotaan
Pengguguran kandungan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan jika dibandingkan dengan daerah pedesaan. Di Malaysia dan Mesir, rasio abortus di perkotaan dan di pedesaan berkisar antara 3--4 kali. Akan tetapi, karena fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas lebih banyak berada di daerah perkotaan, maka angka kematian akibat abortus relatif lebih jarang karena komplikasi abortus dapat ditangani dengan baik. Sebaliknya, di daerah pedesaan, kasus abortus dan fasilitas pelayanannya relatif lebih rendah.
Status perkawinan
Umumnya yang melakukan aborsi adalah para wanita yang belum menikah. Survei yang dilakukan di sembilan negara Amerika Latin menemukan 18% komplikasi abortus terjadi pada kelompok yang belum menikah. Di Korea dan Thailand, insiden aborsi di kalangan yang tidak menikah sangat tinggi, umumnya terjadi di kalangan mahasiswa dan wanita pekerja. Di Subsahara Afrika, abortus lebih sering dilakukan di kalangan wanita yang tidak menikah. Sebaliknya, di India abortus umumnya dilakukan oleh para wanita yang telah menikah. Masalah yang sangat memprihatinkan bahwa hampir di semua negara, program keluarga berencana hanya diperuntukkan bagi wanita yang telah menikah.
Umur
Penelitian yang dilakukan di Asuncion, Bogota, Lima Panama, dan Boenos Aires, Amerika Latin, memperlihatkan bahwa angka aborsi di kalangan remaja relatif paling rendah. Akan tetapi, memperlihatkan kecenderungan yang meningkat pesat dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Angka tertinggi justru ditemukan di kalangan wanita berusia lebih dari 35 tahun.
Paritas
Dari survei yang dilakukan di India, diketahui bahwa 20% wanita yang melakukan aborsi mempunyai satu atau dua anak, sekitar 32% mempunyai 3--4 anak, dan 41% telah mempunyai lebih dari lima anak. Di Cina justru aborsi digunakan untuk mengendalikan tingkat kesuburan.
Metode Aborsi yang Tidak Aman
Metode aborsi yang tidak aman yang umumnya digunakan di berbagai negara bervariasi, dari metode teknik medis lanjut yang digunakan oleh dokter sampai teknik tradisional berbahaya yang digunakan oleh dukun, teman, atau tetangga yang menolong atau oleh wanita hamil itu sendiri.
Mertode yang paling sering digunakan oleh dokter dan perawat adalah mengeluarkan isi kandungan dengan menggunakan alat, terutama dengan dilatasi dan kuretase. Saat ini, metode kuretase bedah secara sangat progresif diganti oleh metode kuretase penghisapan, yang salah satunya adalah induksi haid. Cara lain adalah histerotomi, yaitu pengeluaran isi rahim dengan pembedahan besar yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Di negara maju, cara ini telah ditinggalkam. Di India, cara ini masih dilakukan, yang biasanya diikuti dengan sterilisasi pembedahan.
Prosedur lain yang digunakan secara legal di rumah sakit selama trimester kedua kehamilan adalah perangsangan kontraksi rahim dengan memasukkan larutan garam atau prostaglandin. Prosedur ini memakan waktu 36--72 jam. Prosedur ini tidak selalu efektif.
Untuk para pelaku abortus yang tidak profesional, upaya yang dilakukan antara lain adalah memasukkan cairan ke dalam uterus. Cairan yang digunakan bervariasi, mulai dari air sabun sampai disinfektan rumah tangga yang dimasukkan melalui semprotan ataupun alat suntik. Di beberapa negara juga menggunakan pasta yang bersifat abortif yang mengandung zat iritatif.
Sediaan jamu dan obat-obatan per oral juga sering digunakan. Berbagai jamu dan obat yang diduga bersifat abortif dapat ditemukan di pasaran bebas di negara-negara berkembang. Di Bangladesh, obat-obat tersebut kemungkinan mengandung kina, permanganat, ergot, dan air raksa. Di Malaysia, ditemukan pil timah oksida dan minyak zaitun (Erica, 1994).
Metode lain yang relatif lebih berbahaya adalah memasukkan alat atau benda asing ke dalam rongga rahim. Di India digunakan pucuk wortel yang telah dikeringkan; di Philipin alat tesebut adalah pisang atau daun tumbuh-tumbuhan lokal kalachulchi. Di
Ghana, digunakan ranting pohon comelina yang jika dimasukkan ke dalam rahim akan menyerap air dan mengembang membuka leher rahim serta menyebabkan abortus. Jenis lain adalah tanaman Jatropha yang mengandung bahan kimia korosif yang dapat menyebabkan abortus.
Di Amerika latin, upaya abortus dilakukan dengan memasukkan ujung kateter yang lentur ke dalam rongga rahim. Ujung yang lain diikatkan di pangkal paha. Wanita tersebut kemudian disuruh berjalan sehingga ujung kateter yang berada di dalam rongga rahim bergoyang-goyang menggangu isi rahim dan merangsang abortus. Ada pula yang menggnakan cairan kina yang toksik pada bayi dan si ibu. Ada juga para wanita yang melakukan sendiri dengan memasukkan plastik berongga ke dalam rongga rahim, kemudian memasukkan alat atau kawat melalui plastik tersebut untuk mengorek rongga rahim.
Komplikasi Utama
Komplikasi dini dan yang paling sering adalah sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, yang sebagian atau seluruh produk pembuahan masih tersisa di dalam rahim. Sepsis merupakan salah satu komplikasi aborsi yang paling fatal. Infeksi yang paling serius yang jarang ditemukan adalah infeksi bakteri anaerub yang menyebabkan gasgangrin dan tetanus. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak bersih.
Penyebab kematian kedua yang paling penting adalah perdarahan. Perdarahan dapat disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cedera organ panggul atau usus. Kematian biasanya disebabkan oleh tidak tersedianya darah atau fasilitas transfusi rumah sakit.
Komplikasi abortus lain yang secara potensial fatal adalah bendungan sistem pembuluh darah oleh bekuan darah, gelembung udara, atau cairan. Yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan bekuan darah berat yang disebabkan oleh infeksi berat serta keracunan obat-obat abortif yang menyebabkan gagal ginjal.
Komplikasi lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemandulan sebagai akibat infeksi yang berakibat dengan penutupan tuba falopii. Dikatakan bahwa kerusakan tuba merupakan penyebab utama kemandulan di negara berkembang. Penyebab lain dari penyumbatan tuba adalah peradangan panggul yang berhubungan dengan penyakit hubungan seksual (WHO, 1995).
Faktor Risiko Kematian Aborsi
Faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko kematian akibat aborsi antara lain adalah: metoda yang digunakan, kompetensi petugas pemberi pertolongan, usia kehamilan pada saat aborsi dilakukan, umur ibu, keadaan umum ibu, dan keberadaan pelayanan medis yang bermutu.
Metode yang digunakan
Metode dan tindakan aborsi yang digunakan merupakan faktor risiko kematian yang sangat penting bagi kasus-kasus aborsi. Komplikasi serius berupa perdarahan dan sepsis dengan risiko kematian paling tinggi terjadi pada kasus aborsi yang ditangani secara tidak profesional. Meskipun angka pasti dari kasus seperti itu sulit ditemukan, tapi kontribusinya terhadap kematian ibu diakui tinggi.
Kompetensi petugas pemberi pertolongan
Kompetensi petugas berhubungan erat dengan metode yang digunakan. Pelayanan abortus nonprofesional di samping menggunakan metode yang tidak lazim, petugas pemberi pelayanannya pun tidak mempunyai kompetensi dalam menagani berbagai komplikasi yang terjadi. Mereka tidak mengenal tanda-tanda kegawatan yang memerlukan pertolongan segera.
Usia kehamilan pada saat aborsi dilakukan
Stadium kehamilan ketika abortus dilakukan merupakan faktor risiko yang penting. Di Chili, 47% ibu-ibu yang melakukan aborsi pada usia kehamilan 3--5 bulan berakhir dengan perawatan di rumah sakit. Sementara, yang dilakukan pada usia kehamilan satu bulan hanya 18% yang memerlukan perawatan. Di Amerika Serikat, diketahui bahwa risiko kematian upaya pengguguran pada usia kehamilan sampai 8 minggu, 20 kali lebih rendah dari risiko kematian persalinan normal. Pada aborsi yang ditolong oleh tenaga profesional pun, risiko kematiannya akan meningkat sesuai dengan peningkatan usia kehamilan.
Umur ibu
Umur ibu merupakan salah satu faktor risiko kematian akibat abortus. Semakin muda usia ibu pada waktu melakukan tindakan, semakin besar risiko kematian yang dihadapi. Angka kematian akibat tindakan aborsi yang tinggi di Amerika Latin ditemukan pada kelompok remaja, sedangkan pada kelompok mahasiswa dan pekerja relatif lebih rendah (Erica, 1994).
Keadaan umum ibu
Keadaan umum ibu waktu melakukan abortus merupakan faktor risiko kematian yang penting. Tingginya angka kematian akibat aborsi di negara-negara berkembang antara lain merupakan kontribusi dari keadaan gizi yang buruk serta anemia (Kodim, 1998).
Keberadaan pelayanan medis yang bermutu
Ketersediaan fasiliatas pelayanan yang berkualitas merupakan faktor penting dalam mencegah kematian akibat aborsi. Berbagai komplikasi aborsi yang terjadi dapat diatasi dengan baik oleh fasilitas pelayanan aborsi. Itulah sebabnya, di daerah perkotaan yang jumlah kasus abortusnya tinggi, mempunyai angka kematian yang relatif rendah. Sebaliknya, di daerah pedesaan dengan angka aborsi yang rendah mempunyai angka kematian yang relatif tinggi (Affandi, 1997; Kodim 1998).
sumber.http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012001/top-1.htm
NASRIN KODIM
--------------------------------------------------------------------------------
Pendahuluan
Sejak lama diketahui bahwa abortus spontan hanyalah sebagian kecil dari seluruh kejadian abortus. Bagian terbesar adalah abortus provokatus yang dilakukan dengan sengaja akibat kehamilan yang tidak diingini. Dari hasil World Fertility Survey tahun 1987, diketahui bahwa di seluruh dunia ada sekitar 300 juta pasangan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Mereka adalah kelompok yang sangat berisiko untuk mengalami kehamilan yang tidak diingini. Keadaan seperti ini paling mencolok ditemukan di negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika latin, yang tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan jasa aborsinya sangat rendah. Program keluarga berencana di Afrika, Asia, dan Amerika latin secara berturut-turut hanya mampu mencakup 23%, 43%, dan 57% dari para pasangan yang tidak menginginkan anak tersebut (WHO).
Selain itu, kehamilan yang tidak diingini dalam jumlah yang besar juga terjadi pada kelompok remaja. Para remaja yang dihadapkan pada realitas pergaulan bebas masyarakat moderen itu, tidak dibekali sedikitpun dengan pengetahuan tentang Fisiologi reproduksi dan perilaku seksual yang benar. Berdasarkan data WHO diketahui bahwa di seluruh dunia, setiap tahunnya diperkirakan ada sekitar 15 juta remaja yang mengalami kehamilan. Sekitar 60% di antaranya tidak ingin melanjutkan kehamilan tersebut dan berupaya mengakhirinya.
Frekuensi kehamilan yang tidak diingini yang tinggi itu dipastikan akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan abortus. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40--60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi. Setiap tahun, sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30--50% di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekitar 90% dari kematian tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang jumlah dan penyebaan fasilitas pelayanan kesehatan profesionalnya masih relatif kecil dan tidak merata (Ericca, 1997).
Sementara, sikap terhadap abortus bervariasi dari negara yang satu ke negara yang lain. Hal ini diekspresikan dalam bentuk peraturan dan undang-undang negara yang membatasi tindakan aborsi. Pada 1986, Tietze dan Henshaw mungelompokkan status hukum abortus di seluruh dunia berdasarkan proporsi penduduknya, dalam 4 kelompok besar. Yaitu, sekitar 13% melegalkan abortus tanpa sarat, 24% melarang abortus kecuali hanya untuk keselamatan si ibu, 39% memberikan izin berdasarkan permintaan, dan 24% legal berdasarkan pertimbangan sosial yang luas. Variasi ini berhubungan sangat erat dengan jasa pelaksanaan abortus yang tidak aman.
Semakin ketat larangan abortus, semakin besar risiko pertolongan aborsi yang tidak aman, sebagai akibat langka dan mahalnya fasilitas pelayanan abortus. Sebaliknya, di negara-negara yang membebaskan abortus, risiko tersebut relatif lebih kecil. Meskipun demikian, akan selalu ada para ibu yang mencari jasa pelayanan aborsi yang tidak aman. Sebagai contoh, di Tunisia, aborsi dapat dilakukan secara legal. Akan tetapi, dikatakan bahwa sekitar 1/3 aborsi dilakukan secara tidak aman. Bahkan, di Zambia, negara yang sangat memberikan kelonggaran untuk pelayanan aborsi, sebagian besar obortus dilakukan secara tidak aman.
Dari uraian tersebut di atas, terbukti bahwa tingginya frekuensi kehamilan yang tidak diingini di negara-negara berkembang, akan meningkatkan kebutuhan jasa palayanan abortus. Sementara, larangan terhadap abortus akan membuat fasilitas pelayanan aborsi profesional yang berkualitas menjadi langka dan mahal. Akibatnya, pilihan akan jatuh pada jasa pelayanan abortus yang tidak aman yang diberikan oleh tenaga yang tidak terampil dan tidak terlatih. Para ibu yang kebingungan itu akan nekad memilih pelayan aborsi yang tidak aman dan mengancam keselamatan ketimbang membesarkan janin yang mereka kandung. Mereka tidak menghiraukan risiko komplikasi, cacad, dan kematian yang mungkin ditimbulkan oleh pilihan yang keliru itu. Pelayanan abortus yang mereka pilih itu akan mengantarkan mereka pada risiko kematian 100 sampai 500 kali lebih besar. Di negara berkembang, masalah ini sangat penting karena menyangkut keselamatan dan kelangsungan hidup para ibu usia produktif yang menjadi pengayom utama keluarga.
Pengertian
Secara umum, abortus didefinisikan sebagai upaya terminasi kehamilan yang dilakukan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan. Selanjutnya, menurut WHO, aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) adalah aborsi yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berisiko tinggi, bahkan fatal, dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau tidak terampil serta komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian wanita usia reproduksi. Dengan demikian, ada tiga kriteria aborsi yang tidak aman, yaitu metode berisiko tinggi, dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian ibu (WHO, 1995).
Metode aborsi risiko tinggi yang dimaksud antara lain meliputi penggunaan obat atau jamu, pemijitan, memasukkan alat atau benda asing ke dalam rongga vagina. Peralatan yang digunakan biasanya terkontaminasi oleh mikroorganisme dan bahan-bahan kausatif atau iritatif sehingga meskipun pasien dapat diselamatkan dari kematian, dia masih tetap terancam untuk mengalami cacad menetap atau gangguan organ yang serius. Sementara, bahan-bahan tradisional yang sering digunakan antara lain plastik, batang kayu, akar pohon, atau tangkai daun yang mempunyai getah iritatif (Erica, 1994).
Yang dimaksud dengan individu yang tidak terlatih atuu tidak terampil adalah individu, baik tenaga medis ataupun bukan, yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sangat minimal sehingga tidak dapat memperkirakan risiko yang mungkin ditimbulkan oleh tindakan yang dilakukannya.
Abortus yang tidak aman bukan semata-mata masalah medis, etika ataupun hukum, tetapi merupakan masalah kemanusiaan yang menyangkut wanita dan pria sebagai pasangan suami istri dan sebagai anggota masyarakat serta kelangsungan hidup janin yang dihasilkan dari hubungan suami istri.
Masalah
Penilaian besarnya masalah abortus di berbagai negara menghadapi banyak kesulitan sebagai akibat status abortus yang ilegal sehingga kasus-kasus yang terjadi jarang dilaporkan. Namun, tanpa gambaran yang jelas dan lengkap pun, abortus tetap terdeteksi sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius. Setiap tahun, ada sekitar 40 sampai 60 juta wanita yang berupaya mengakhiri kehamilan yang tidak mereka ingini. Di seluruh dunia, setiap tahun terjadi sekitar 40--70 kasus abortus per 1000 wanita usia reproduksi (WHO, 1995). Diperkirakan bahwa sekitar 20% dari seluruh kehamilan akan berakhir dengan aborsi. Kelompok wanita yang memilih jasa pelayanan aborsi yang tidak aman akan menghadapi risiko kematian 100 sampai 500 kali lebih tinggi daripada wanita yang mendapat pelayanan jasa aborsi aman yang diberikan oleh tenaga profesional yang terlatih.
Di India, abortus telah diizinkan secara luas sejak 1980, tetapi pada 1980 dilaporkan hanya 388.000 dari 4--6 juta tindakan abortus yang dilakukan di fasilitas pelayanan pemerintah (Erica 1994). Di Tunisia yang melegalkan tindakan abortus, sekitar 33% kejadian aborsi masih tergolong sebagai aborsi yang tidak aman. Di Zambia yang mengizinkan pelaksanaan abortus dengan mempertimbangkan alasan sosial yang luas, sebagaian besar wanitanya melakukan tindakan abortus yang tidak memenuhi persyaratan profesional. Di sini, kelonggaran yang diberikan terhadap abortus tidak diikuti dengan kemudahan sistem administrasi penyelenggaraannya. Misalnya, setiap abortus yang akan dilakukan harus mendapat persetujuan tiga orang dokter, yang salah satunya adalah dokter spesialis.
Di Amerika Latin, komplikasi abortus yang dilaklikan secara ilegal merupakan penyebab utama kematian pada wanita yang berusia 15--39 tahun. Berdasarkan laporan dari berbagai negara berkembang, diketahui bahwa abortus yang tidak aman merupakan penyebab utama kematian ibu. Survei yang dilakukan di Adis Ababa pada 1981--1983 menemukan 54% kematian ibu yang langsung disebabkan oleh kamplikasi abortus provokatus yang tidak aman.
Kecenderungan Regional
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di 19 negara Amerika Latin, setiap tahun dilakukan sekitar 34 juta abortus atau sebesar 45 per 100 wanita usia produktif. Di Chili, sekitar 10--30% tempat tidur di bangsal kebidanan dan kandungan diisi oleh wanita yang mengalami komplikasi aborsi (Erica, 1994).
Dari Zimbabwe, Afrika, dilaporkan bahwa sekitar 28% seluruh kematian ibu berhubungan dengan abortus. Sementara, di Tanzania dan Adis Adaba masing-masing sebesar 21% dan 54%. Hal ini diperkirakan merupakan bagian kecil dari kejadian yang sebenarnya, sebagai akibat ketidakterjangkauan pelayanan kedokteren moderen yang ditandai oleh kesenjangan informasi. Di Mesir yang mayoritas berpenduduk muslim, penduduk yang berpeluang untuk melakukan abortus sangat kecil. Ditemukan bahwa sekitar 50% tempat tidur di bagian kebidanan diisi oleh kasus-kasus komplikasi abortus.
Sedangkan di Irak dikatakan bahwa perawatan kasus aborsi dan komplikasinya melebihi perawatan persalinan. Di daerah pedesaan Libanon, pada 1961 diketahui bahwa 0,2% kehamilan diakhiri dengan abortus, sementara diperkotaan 8--14%.
Meskipun status abortus di negara-negara Asia umumnya ilegal, insiden abortus umumnya dianggap tinggi. Di Korea, pada 1978 insidens abortus ditemukan sebesar 235 per 1000 wanita yang berkeluarga yang berusia 15--44 tahun. Di Thailand yang mengizinkan abortus secara terbatas, didapatkan angka 37 per 1000 wanita usia reproduktif dan ratio 245 per 1000 kelahiran hidup. Di Singapura, pada 1981 dilaporkan insiden abortus 28,4 per 1000 wanita usia reproduktif dan rasio 371 per 1000 kelahiran hidup. Di India yang melegalkan aborsi tapi dengan fasilitas pelayanan yang tidak merata, ditemukan angka 55 per 1000 wanita usia 15--44 tahun.
Karakteristik Wanita yang Mencari Pelayanan Aborsi
Ada berbagai alasan dan kondisi individual yang memungkinkan wanita melakukan aborsi. Di berbagai daerah, pola itu bergeser secara konstan mengikuti perubahan sosial, peraturan perundang-undangan, dan moral yang berlaku. Meskipun demikian, beberapa karakteristik umum dapat diindentifikasi.
Status sosial ekonomi
Pertolongan abortus yang tidak aman lebih banyak dialami oleh kelompok masyarakat yang miskin, karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka untuk membiayai jasa pertolongan profesional. Sebaliknya, kelompok masyarakat yang kaya yang dikatakan relatif lebih banyak yang melakukan aborsi, mempunyai risiko lebih kecil untuk mendapat pertolongan aborsi yang tidak aman.
Pendidikan
Aborsi lebih sering dilakukan oleh para wanita yang berpendidikan rendah daripada yang berpendidikan tinggi.
Tinggal di daerah perkotaan
Pengguguran kandungan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan jika dibandingkan dengan daerah pedesaan. Di Malaysia dan Mesir, rasio abortus di perkotaan dan di pedesaan berkisar antara 3--4 kali. Akan tetapi, karena fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas lebih banyak berada di daerah perkotaan, maka angka kematian akibat abortus relatif lebih jarang karena komplikasi abortus dapat ditangani dengan baik. Sebaliknya, di daerah pedesaan, kasus abortus dan fasilitas pelayanannya relatif lebih rendah.
Status perkawinan
Umumnya yang melakukan aborsi adalah para wanita yang belum menikah. Survei yang dilakukan di sembilan negara Amerika Latin menemukan 18% komplikasi abortus terjadi pada kelompok yang belum menikah. Di Korea dan Thailand, insiden aborsi di kalangan yang tidak menikah sangat tinggi, umumnya terjadi di kalangan mahasiswa dan wanita pekerja. Di Subsahara Afrika, abortus lebih sering dilakukan di kalangan wanita yang tidak menikah. Sebaliknya, di India abortus umumnya dilakukan oleh para wanita yang telah menikah. Masalah yang sangat memprihatinkan bahwa hampir di semua negara, program keluarga berencana hanya diperuntukkan bagi wanita yang telah menikah.
Umur
Penelitian yang dilakukan di Asuncion, Bogota, Lima Panama, dan Boenos Aires, Amerika Latin, memperlihatkan bahwa angka aborsi di kalangan remaja relatif paling rendah. Akan tetapi, memperlihatkan kecenderungan yang meningkat pesat dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Angka tertinggi justru ditemukan di kalangan wanita berusia lebih dari 35 tahun.
Paritas
Dari survei yang dilakukan di India, diketahui bahwa 20% wanita yang melakukan aborsi mempunyai satu atau dua anak, sekitar 32% mempunyai 3--4 anak, dan 41% telah mempunyai lebih dari lima anak. Di Cina justru aborsi digunakan untuk mengendalikan tingkat kesuburan.
Metode Aborsi yang Tidak Aman
Metode aborsi yang tidak aman yang umumnya digunakan di berbagai negara bervariasi, dari metode teknik medis lanjut yang digunakan oleh dokter sampai teknik tradisional berbahaya yang digunakan oleh dukun, teman, atau tetangga yang menolong atau oleh wanita hamil itu sendiri.
Mertode yang paling sering digunakan oleh dokter dan perawat adalah mengeluarkan isi kandungan dengan menggunakan alat, terutama dengan dilatasi dan kuretase. Saat ini, metode kuretase bedah secara sangat progresif diganti oleh metode kuretase penghisapan, yang salah satunya adalah induksi haid. Cara lain adalah histerotomi, yaitu pengeluaran isi rahim dengan pembedahan besar yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Di negara maju, cara ini telah ditinggalkam. Di India, cara ini masih dilakukan, yang biasanya diikuti dengan sterilisasi pembedahan.
Prosedur lain yang digunakan secara legal di rumah sakit selama trimester kedua kehamilan adalah perangsangan kontraksi rahim dengan memasukkan larutan garam atau prostaglandin. Prosedur ini memakan waktu 36--72 jam. Prosedur ini tidak selalu efektif.
Untuk para pelaku abortus yang tidak profesional, upaya yang dilakukan antara lain adalah memasukkan cairan ke dalam uterus. Cairan yang digunakan bervariasi, mulai dari air sabun sampai disinfektan rumah tangga yang dimasukkan melalui semprotan ataupun alat suntik. Di beberapa negara juga menggunakan pasta yang bersifat abortif yang mengandung zat iritatif.
Sediaan jamu dan obat-obatan per oral juga sering digunakan. Berbagai jamu dan obat yang diduga bersifat abortif dapat ditemukan di pasaran bebas di negara-negara berkembang. Di Bangladesh, obat-obat tersebut kemungkinan mengandung kina, permanganat, ergot, dan air raksa. Di Malaysia, ditemukan pil timah oksida dan minyak zaitun (Erica, 1994).
Metode lain yang relatif lebih berbahaya adalah memasukkan alat atau benda asing ke dalam rongga rahim. Di India digunakan pucuk wortel yang telah dikeringkan; di Philipin alat tesebut adalah pisang atau daun tumbuh-tumbuhan lokal kalachulchi. Di
Ghana, digunakan ranting pohon comelina yang jika dimasukkan ke dalam rahim akan menyerap air dan mengembang membuka leher rahim serta menyebabkan abortus. Jenis lain adalah tanaman Jatropha yang mengandung bahan kimia korosif yang dapat menyebabkan abortus.
Di Amerika latin, upaya abortus dilakukan dengan memasukkan ujung kateter yang lentur ke dalam rongga rahim. Ujung yang lain diikatkan di pangkal paha. Wanita tersebut kemudian disuruh berjalan sehingga ujung kateter yang berada di dalam rongga rahim bergoyang-goyang menggangu isi rahim dan merangsang abortus. Ada pula yang menggnakan cairan kina yang toksik pada bayi dan si ibu. Ada juga para wanita yang melakukan sendiri dengan memasukkan plastik berongga ke dalam rongga rahim, kemudian memasukkan alat atau kawat melalui plastik tersebut untuk mengorek rongga rahim.
Komplikasi Utama
Komplikasi dini dan yang paling sering adalah sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, yang sebagian atau seluruh produk pembuahan masih tersisa di dalam rahim. Sepsis merupakan salah satu komplikasi aborsi yang paling fatal. Infeksi yang paling serius yang jarang ditemukan adalah infeksi bakteri anaerub yang menyebabkan gasgangrin dan tetanus. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak bersih.
Penyebab kematian kedua yang paling penting adalah perdarahan. Perdarahan dapat disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cedera organ panggul atau usus. Kematian biasanya disebabkan oleh tidak tersedianya darah atau fasilitas transfusi rumah sakit.
Komplikasi abortus lain yang secara potensial fatal adalah bendungan sistem pembuluh darah oleh bekuan darah, gelembung udara, atau cairan. Yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan bekuan darah berat yang disebabkan oleh infeksi berat serta keracunan obat-obat abortif yang menyebabkan gagal ginjal.
Komplikasi lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemandulan sebagai akibat infeksi yang berakibat dengan penutupan tuba falopii. Dikatakan bahwa kerusakan tuba merupakan penyebab utama kemandulan di negara berkembang. Penyebab lain dari penyumbatan tuba adalah peradangan panggul yang berhubungan dengan penyakit hubungan seksual (WHO, 1995).
Faktor Risiko Kematian Aborsi
Faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko kematian akibat aborsi antara lain adalah: metoda yang digunakan, kompetensi petugas pemberi pertolongan, usia kehamilan pada saat aborsi dilakukan, umur ibu, keadaan umum ibu, dan keberadaan pelayanan medis yang bermutu.
Metode yang digunakan
Metode dan tindakan aborsi yang digunakan merupakan faktor risiko kematian yang sangat penting bagi kasus-kasus aborsi. Komplikasi serius berupa perdarahan dan sepsis dengan risiko kematian paling tinggi terjadi pada kasus aborsi yang ditangani secara tidak profesional. Meskipun angka pasti dari kasus seperti itu sulit ditemukan, tapi kontribusinya terhadap kematian ibu diakui tinggi.
Kompetensi petugas pemberi pertolongan
Kompetensi petugas berhubungan erat dengan metode yang digunakan. Pelayanan abortus nonprofesional di samping menggunakan metode yang tidak lazim, petugas pemberi pelayanannya pun tidak mempunyai kompetensi dalam menagani berbagai komplikasi yang terjadi. Mereka tidak mengenal tanda-tanda kegawatan yang memerlukan pertolongan segera.
Usia kehamilan pada saat aborsi dilakukan
Stadium kehamilan ketika abortus dilakukan merupakan faktor risiko yang penting. Di Chili, 47% ibu-ibu yang melakukan aborsi pada usia kehamilan 3--5 bulan berakhir dengan perawatan di rumah sakit. Sementara, yang dilakukan pada usia kehamilan satu bulan hanya 18% yang memerlukan perawatan. Di Amerika Serikat, diketahui bahwa risiko kematian upaya pengguguran pada usia kehamilan sampai 8 minggu, 20 kali lebih rendah dari risiko kematian persalinan normal. Pada aborsi yang ditolong oleh tenaga profesional pun, risiko kematiannya akan meningkat sesuai dengan peningkatan usia kehamilan.
Umur ibu
Umur ibu merupakan salah satu faktor risiko kematian akibat abortus. Semakin muda usia ibu pada waktu melakukan tindakan, semakin besar risiko kematian yang dihadapi. Angka kematian akibat tindakan aborsi yang tinggi di Amerika Latin ditemukan pada kelompok remaja, sedangkan pada kelompok mahasiswa dan pekerja relatif lebih rendah (Erica, 1994).
Keadaan umum ibu
Keadaan umum ibu waktu melakukan abortus merupakan faktor risiko kematian yang penting. Tingginya angka kematian akibat aborsi di negara-negara berkembang antara lain merupakan kontribusi dari keadaan gizi yang buruk serta anemia (Kodim, 1998).
Keberadaan pelayanan medis yang bermutu
Ketersediaan fasiliatas pelayanan yang berkualitas merupakan faktor penting dalam mencegah kematian akibat aborsi. Berbagai komplikasi aborsi yang terjadi dapat diatasi dengan baik oleh fasilitas pelayanan aborsi. Itulah sebabnya, di daerah perkotaan yang jumlah kasus abortusnya tinggi, mempunyai angka kematian yang relatif rendah. Sebaliknya, di daerah pedesaan dengan angka aborsi yang rendah mempunyai angka kematian yang relatif tinggi (Affandi, 1997; Kodim 1998).
sumber.http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012001/top-1.htm
Peritonitis, pedih dan sulit diobati
RACIKAN UTAMA - Edisi Maret 2007 (Vol.6 No.8), oleh andra
--------------------------------------------------------------------------------
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik
Apa rasanya saat mendapat bisul di ketiak, bokong, dada, atau di dahi? Nyeri, panas, perih, dan malu bercampur aduk rasanya. Makan tak enak, tidur tak nyaman, aktivitas pun tak pelak terganggu. Bayangkan bisul tersebut muncul secara bergerombol di ‘kulit dalam’ perut, yakni peritoneum. Tidak terlalu terlihat dari luar, tapi sungguh sakitnya luar biasa melebihi sekedar bisul kulit biasa, terus-menerus tergesek, nyeri, pedih, dan serba salah, kepala terasa mau pecah. “Itulah peritonitis, penyebab utama akut abdomen yang memerlukan tindakan bedah akibat proses dari abdomen maupun luar abdomen,” tutur Ari Fahrial Syam dari Subbagian Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta. Proses dari luar abdomen misalnya karena suatu trauma, sedangkan proses dari dalam misalnya karena perforasi apendisitis, yang paling sering.
Peritonitis merupakan peradangan membran serosa rongga abdomen dan organ-organ yang terkandung di dalamnya. Peritonitis bisa terjadi karena proses infeksi atau proses steril dalam abdomen melalui perforasi dinding perut, misalnya pada ruptur apendiks atau divertikulum colon. Penyakit ini bisa juga terjadi karena adanya iritasi bahan kimia, misalnya asam lambung dari perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu dari kantong yang pecah atau hepar yang mengalami laserasi. Pada wanita, peritonitis juga terjadi terutama karena terdapat infeksi tuba falopii atau ruptur kista ovarium.
Sejak zaman dahulu, peritonitis yang tidak diobati dapat menjadi sangat fatal. Tahun 1926 prinsip-prinsip dasar penatalaksanaan operasi peritonitis mulai dikerjakan. Hingga kini tindakan operatif merupakan pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah peritonitis. Selain itu, harus dilakukan pula tata laksana terhadap penyakit yang mendasarinya, pemberian antibiotik, dan terapi suportif untuk mencegah komplikasi sekunder akibat gagal sistem organ.
Pengertian dan pembagian peritonitis
Dalam istilah peritonitis meliputi kumpulan tanda dan gejala, di antaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Peritoneum bereaksi terhadap stimulus patologik dengan respon inflamasi bervariasi, tergantung penyakit yang mendasarinya.
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ viseral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses abdomen (lokal).
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis hepatis yang mengalami asites akan berakhir menjadi SBP. Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat divertikulitis, volvulus, atau kanker, dan strangulasi kolon asendens.
Penyebab peritonitis
Area sumber Penyebab
Esofagus Keganasan
Trauma
Iatrogenik
Sindrom Boerhaave
Lambung Perforasi ulkus peptikum
Keganasan (mis. Adenokarsinoma, limfoma, tumor stroma gastrointestinal)
Trauma
Iatrogenik
Duodenum Perforasi ulkus peptikum
Trauma (tumpul dan penetrasi)
Iatrogenik
Traktus bilier Kolesistitis
Perforasi batu dari kandung empedu
Keganasan
Kista duktus koledokus
Trauma
Iatrogenik
Pankreas Pankreatitis (mis. Alkohol, obat-obatan, batu empedu)
Trauma
Iatrogenik
Kolon asendens Iskemia kolon
Hernia inkarserata
Obstruksi loop
Penyakit Crohn
Keganasan
Divertikulum Meckel
Trauma
Kolon desendens dan apendiks Iskemia kolon
Divertikulitis
Keganasan
Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
Apendisitis
Volvulus kolon
Trauma
Iatrogenik
Salping uterus dan ovarium Pelvic inflammatory disease
Keganasan
Trauma
Ket. Penyebab iatrogenik umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas, termasuk pankreas, saluran empedu, dan kolon. Kadang bisa juga berasal dari trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis.
Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi noninfeksi, insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi) seharusnya kurang dari 2%. Operasi untuk penyakit inflamasi (mis. apendisitis, divetikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi berisiko kurang dari 10% terjadinya peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Risiko ini dapat meningkat hingga lebih dari 50% pada penyakit kolon gangren dan perforasi viseral. Setelah operasi trauma abdomen juga dapat mengakibatkan peritonitis sekunder dan abses. Risiko terjadinya peritonitis sekunder dan abses juga makin tinggi dengan adanya keterlibatan duodenum, pankreas, perforasi kolon, kontaminsai peritoneal, syok perioperatif, dan transfusi yang masif.
Penyebab peritonitis
Sebagaimana disebutkan di atas, bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. Akibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang-kadang terjadi pula penyebaran hematogen jika telah terjadi bakteremia. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Hal tersebut terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antarmolekul komponen asites.
Sembilan puluh persen kasus SBP terjadi akibat infeksi monomikroba. Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif, yakni 40% Eschericia coli, 7% Klebsiella pneumoniae, spesies Pseudomonas, Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar 20%. Sementara bakteri gram positif, yakni Streptococcus pneumoniae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus sebesar 3%. Pada kurang dari 5% kasus juga ditemukan mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 10% mengandung infeksi campur beberapa mikroorganisme.
Sedangkan peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal. Spektrum patogen infeksius tergantung penyebab asalnya. Berbeda dengan SBP, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Pada pasien dengan supresi asam lambung dalam waktu panjang, dapat pula terjadi infeksi gram negatif. Kontaminasi kolon, terutama dari bagian distal, dapat melepaskan ratusan bakteri dan jamur. Umumnya peritonitis akan mengandung polimikroba, mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob yang didominasi organisme gram negatif.
Sebanyak 15% pasien sirosis dengan asites yang sudah mengalami SBP akan mengalami peritonitis sekunder. Tanda dan gejala pasien ini tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. Anamnesis yang lengkap, penilaian cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk pasien seperti ini.
Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis tersier timbul lebih sering ada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yang imunokompromais. Meskipun jarang ditemui bentuk infeksi peritoneal tanpa komplikasi, insiden terjadi peritonitis tersier yang membutuhkan IVU akibat infeksi abdomen berat tergolong tinggi di USA, yakni 50-74%. Lebih dari 95% pasien peritonitis didahului dengan asite, dan lebih dari stengah pasien mengalami gejala klinis yang sangat mirip asites. Kebanyakan pasien memiliki riwayat sirosis, dan biasanya tidak diduga akan mengalami peritonitis tersier. Selain peritonitis tersier, peritonitis TB juga merupakan bentuk yang sering terjadi, sebagai salah satu komplikasi penyakit TB.
Selain tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain, yakni peritonitis steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (mis. Penyakit Crohn) tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga abdomen. Tanda dan gejala klinis serta metode diagnostik dan pendekatan ke pasien peritonitis steril tidak berbeda dengan peritonitis infektif lainnya.
Patofisiologi peritonitis
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen (meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks fibrin.
Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen-kompartemen yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen.
Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan multiple organ failure (MOF).
Tanda dan gejala klinis
Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi, hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut, atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma kranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita dengan paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di perut meskipun tidak terdapat infeksi di perutnya.
Penatalaksanaan komprehensif
Penatalaksanaan peritonitis secara kausal ialah eradikasi kuman yang menyebabkan radang di peritoneum. Secara noninvasif dapat dilakukan drainase abses dan endoskopi perkutan, namun yang lebih umum dilakukan ialah laparotomi eksplorasi rongga peritoneum. Rongga ini merupakan membran serosa yang kompleks dan terbesar di tubuh manusia. Bentuknya menyerupai kantong yang meliputi organ-organ dalam perut sehingga membentuk peritoneum parietal di dinding perut anterior dan lateral, diafragma, serta membentuk peritoneum viseral di organ-organ dalam perut dan pelvis bagian inferior sehingga membentuk rongga potensial di antara dua lapisan tersebut, dikenal sebagai rongga peritoneal.
Rongga inilah yang menjadi translokasi bakteri dan tempat terjadinya peritonitis ataupun abses. Untuk menanganinya, sebenarnya bisa dilakukan terapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik, dan terapi modulasi respon peradangan. Terapi-terapi ini sebenarnya logis dikerjakan, namun perkembangannya tidak terlalu signifikan, apalagi untuk kasus dengan banyak komplikasi, sehingga dibutuhkan terapi lain berupa drainase atau pembedahan.
Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif dibanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu jelas sehingga hasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan memungkinkan lokalisasi peradangan yang jelas, kemudian dilakukan eliminasi kuman dan inokulum peradangan tersebut, hingga rongga perut benar-benar bersih dari kuman.
Komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika pembersihan kuman tidak adekuat. Namun secara medis, penderita yang mengalami pembedahan laparotomi eksplorasi membutuhkan narkose dan perawatan intensif yang lebih lama. Perawatan inilah yang sering menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia akibat pemasangan ventilator, sepsis, hingga kegagalan reanimasi dari status narkose penderita pascaoperasi. Dengan demikian, edukasi untuk menghindari keadaan atau penyakit yang dapat menyebabkan peritonitis mutlak dilakukan, mengingat prosedur diagnostik dan terapinya relatif tidak mudah dikerjakan.
catatan. berhubung tabel penyebab tidak bisa ditampilkan.maka anda di persilahkan untuk mengunjungi situs http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=403.
RACIKAN UTAMA - Edisi Maret 2007 (Vol.6 No.8), oleh andra
--------------------------------------------------------------------------------
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik
Apa rasanya saat mendapat bisul di ketiak, bokong, dada, atau di dahi? Nyeri, panas, perih, dan malu bercampur aduk rasanya. Makan tak enak, tidur tak nyaman, aktivitas pun tak pelak terganggu. Bayangkan bisul tersebut muncul secara bergerombol di ‘kulit dalam’ perut, yakni peritoneum. Tidak terlalu terlihat dari luar, tapi sungguh sakitnya luar biasa melebihi sekedar bisul kulit biasa, terus-menerus tergesek, nyeri, pedih, dan serba salah, kepala terasa mau pecah. “Itulah peritonitis, penyebab utama akut abdomen yang memerlukan tindakan bedah akibat proses dari abdomen maupun luar abdomen,” tutur Ari Fahrial Syam dari Subbagian Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta. Proses dari luar abdomen misalnya karena suatu trauma, sedangkan proses dari dalam misalnya karena perforasi apendisitis, yang paling sering.
Peritonitis merupakan peradangan membran serosa rongga abdomen dan organ-organ yang terkandung di dalamnya. Peritonitis bisa terjadi karena proses infeksi atau proses steril dalam abdomen melalui perforasi dinding perut, misalnya pada ruptur apendiks atau divertikulum colon. Penyakit ini bisa juga terjadi karena adanya iritasi bahan kimia, misalnya asam lambung dari perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu dari kantong yang pecah atau hepar yang mengalami laserasi. Pada wanita, peritonitis juga terjadi terutama karena terdapat infeksi tuba falopii atau ruptur kista ovarium.
Sejak zaman dahulu, peritonitis yang tidak diobati dapat menjadi sangat fatal. Tahun 1926 prinsip-prinsip dasar penatalaksanaan operasi peritonitis mulai dikerjakan. Hingga kini tindakan operatif merupakan pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah peritonitis. Selain itu, harus dilakukan pula tata laksana terhadap penyakit yang mendasarinya, pemberian antibiotik, dan terapi suportif untuk mencegah komplikasi sekunder akibat gagal sistem organ.
Pengertian dan pembagian peritonitis
Dalam istilah peritonitis meliputi kumpulan tanda dan gejala, di antaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Peritoneum bereaksi terhadap stimulus patologik dengan respon inflamasi bervariasi, tergantung penyakit yang mendasarinya.
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ viseral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses abdomen (lokal).
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis hepatis yang mengalami asites akan berakhir menjadi SBP. Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat divertikulitis, volvulus, atau kanker, dan strangulasi kolon asendens.
Penyebab peritonitis
Area sumber Penyebab
Esofagus Keganasan
Trauma
Iatrogenik
Sindrom Boerhaave
Lambung Perforasi ulkus peptikum
Keganasan (mis. Adenokarsinoma, limfoma, tumor stroma gastrointestinal)
Trauma
Iatrogenik
Duodenum Perforasi ulkus peptikum
Trauma (tumpul dan penetrasi)
Iatrogenik
Traktus bilier Kolesistitis
Perforasi batu dari kandung empedu
Keganasan
Kista duktus koledokus
Trauma
Iatrogenik
Pankreas Pankreatitis (mis. Alkohol, obat-obatan, batu empedu)
Trauma
Iatrogenik
Kolon asendens Iskemia kolon
Hernia inkarserata
Obstruksi loop
Penyakit Crohn
Keganasan
Divertikulum Meckel
Trauma
Kolon desendens dan apendiks Iskemia kolon
Divertikulitis
Keganasan
Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
Apendisitis
Volvulus kolon
Trauma
Iatrogenik
Salping uterus dan ovarium Pelvic inflammatory disease
Keganasan
Trauma
Ket. Penyebab iatrogenik umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas, termasuk pankreas, saluran empedu, dan kolon. Kadang bisa juga berasal dari trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis.
Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi noninfeksi, insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi) seharusnya kurang dari 2%. Operasi untuk penyakit inflamasi (mis. apendisitis, divetikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi berisiko kurang dari 10% terjadinya peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Risiko ini dapat meningkat hingga lebih dari 50% pada penyakit kolon gangren dan perforasi viseral. Setelah operasi trauma abdomen juga dapat mengakibatkan peritonitis sekunder dan abses. Risiko terjadinya peritonitis sekunder dan abses juga makin tinggi dengan adanya keterlibatan duodenum, pankreas, perforasi kolon, kontaminsai peritoneal, syok perioperatif, dan transfusi yang masif.
Penyebab peritonitis
Sebagaimana disebutkan di atas, bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. Akibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang-kadang terjadi pula penyebaran hematogen jika telah terjadi bakteremia. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Hal tersebut terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antarmolekul komponen asites.
Sembilan puluh persen kasus SBP terjadi akibat infeksi monomikroba. Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif, yakni 40% Eschericia coli, 7% Klebsiella pneumoniae, spesies Pseudomonas, Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar 20%. Sementara bakteri gram positif, yakni Streptococcus pneumoniae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus sebesar 3%. Pada kurang dari 5% kasus juga ditemukan mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 10% mengandung infeksi campur beberapa mikroorganisme.
Sedangkan peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal. Spektrum patogen infeksius tergantung penyebab asalnya. Berbeda dengan SBP, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Pada pasien dengan supresi asam lambung dalam waktu panjang, dapat pula terjadi infeksi gram negatif. Kontaminasi kolon, terutama dari bagian distal, dapat melepaskan ratusan bakteri dan jamur. Umumnya peritonitis akan mengandung polimikroba, mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob yang didominasi organisme gram negatif.
Sebanyak 15% pasien sirosis dengan asites yang sudah mengalami SBP akan mengalami peritonitis sekunder. Tanda dan gejala pasien ini tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. Anamnesis yang lengkap, penilaian cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk pasien seperti ini.
Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis tersier timbul lebih sering ada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yang imunokompromais. Meskipun jarang ditemui bentuk infeksi peritoneal tanpa komplikasi, insiden terjadi peritonitis tersier yang membutuhkan IVU akibat infeksi abdomen berat tergolong tinggi di USA, yakni 50-74%. Lebih dari 95% pasien peritonitis didahului dengan asite, dan lebih dari stengah pasien mengalami gejala klinis yang sangat mirip asites. Kebanyakan pasien memiliki riwayat sirosis, dan biasanya tidak diduga akan mengalami peritonitis tersier. Selain peritonitis tersier, peritonitis TB juga merupakan bentuk yang sering terjadi, sebagai salah satu komplikasi penyakit TB.
Selain tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain, yakni peritonitis steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (mis. Penyakit Crohn) tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga abdomen. Tanda dan gejala klinis serta metode diagnostik dan pendekatan ke pasien peritonitis steril tidak berbeda dengan peritonitis infektif lainnya.
Patofisiologi peritonitis
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen (meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks fibrin.
Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen-kompartemen yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen.
Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan multiple organ failure (MOF).
Tanda dan gejala klinis
Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi, hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut, atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma kranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita dengan paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di perut meskipun tidak terdapat infeksi di perutnya.
Penatalaksanaan komprehensif
Penatalaksanaan peritonitis secara kausal ialah eradikasi kuman yang menyebabkan radang di peritoneum. Secara noninvasif dapat dilakukan drainase abses dan endoskopi perkutan, namun yang lebih umum dilakukan ialah laparotomi eksplorasi rongga peritoneum. Rongga ini merupakan membran serosa yang kompleks dan terbesar di tubuh manusia. Bentuknya menyerupai kantong yang meliputi organ-organ dalam perut sehingga membentuk peritoneum parietal di dinding perut anterior dan lateral, diafragma, serta membentuk peritoneum viseral di organ-organ dalam perut dan pelvis bagian inferior sehingga membentuk rongga potensial di antara dua lapisan tersebut, dikenal sebagai rongga peritoneal.
Rongga inilah yang menjadi translokasi bakteri dan tempat terjadinya peritonitis ataupun abses. Untuk menanganinya, sebenarnya bisa dilakukan terapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik, dan terapi modulasi respon peradangan. Terapi-terapi ini sebenarnya logis dikerjakan, namun perkembangannya tidak terlalu signifikan, apalagi untuk kasus dengan banyak komplikasi, sehingga dibutuhkan terapi lain berupa drainase atau pembedahan.
Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif dibanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu jelas sehingga hasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan memungkinkan lokalisasi peradangan yang jelas, kemudian dilakukan eliminasi kuman dan inokulum peradangan tersebut, hingga rongga perut benar-benar bersih dari kuman.
Komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika pembersihan kuman tidak adekuat. Namun secara medis, penderita yang mengalami pembedahan laparotomi eksplorasi membutuhkan narkose dan perawatan intensif yang lebih lama. Perawatan inilah yang sering menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia akibat pemasangan ventilator, sepsis, hingga kegagalan reanimasi dari status narkose penderita pascaoperasi. Dengan demikian, edukasi untuk menghindari keadaan atau penyakit yang dapat menyebabkan peritonitis mutlak dilakukan, mengingat prosedur diagnostik dan terapinya relatif tidak mudah dikerjakan.
catatan. berhubung tabel penyebab tidak bisa ditampilkan.maka anda di persilahkan untuk mengunjungi situs http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=403.
Penggunaan omega 3 untuk kelainan hati yang disebabkan pemberian nutrisi parenteral (15-Jun-2007)
Oleh: DHS
Kalbe.co.id - Kelainan hati (PNALD = Parenteral Nutrition-Associated Liver Disease) merupakan komplikasi yang paling dikhawatirkan dari pemberian nutrisi parenteral jangka panjang pada anak-anak. Ada2 hal yang terkait dengan hal ini: yang berhubungan dengan toksisitas langsung dari nutrisi parenteral itu sendiri dan yang berhubungan dengan kelainan saluran cerna. Kombinasi keduanya akan mencetuskan progresifitas dari kelainan hati kolestasis.
Beberapa gejala yang dapat terjadi adalah: menurunnya rangsangan saluran cerna terhadap sekresi empedu dan motilitas kandung kemih, berkurangnya sumber makanan untuk enterosit, kadar glutamin kurang, short bowel syndrome, gangguan metabolisme pembentukan asam empedu, sepsis atau meningkatnya pertumbuhan bakteri karena statis saluran cerna atau prosedur infus vena sentral. Semua hal di atas akan merangsang hati yang akan diikuti pelepasan endotoksin: sel kupffer hati membangkitkan sitokin hepatotoksik (TNF-a, IL-1 dan 6). Usus juga memproduksi jenis sitokin yang sama sebagai respon terhadap pemberian nutrisi parenteral. Endotoksin ini akan menghambat aliran dari empedu, selanjutnya hal ini akan mempengaruhi sel kupffer untuk memproduksi kolagen yang akan mencetuskan terjadinya fibrosis. Diduga bahwa komposisi dari emulsi lemak yang diberikan secara intravena merupakan faktor penting yang berperan untuk kejadian ini. Angka kematian kejadian ini pada anak-anak mencapai 70 % jika dibiarkan secara progresif.
Dikatakan bahwa pemberian omega 6 tidak dapat meminimalkan gejala PNALD pada anak-anak ini. Sedangkan pemberian infus lipid intravena dengan kandungan omega 3 memiliki potensi dalam meminimalkan gejala PNALD ini.
Suatu studi untuk menilai efikasi emulsi lipid omega 3 sebagai terapi PNALD dilakukan antara bulan September 2004 hingga Agustus 2006 terhadap 18 bayi usia 1-7 bulan dengan kadar bilirubin > 2 mg/dL. Studi ini dilakukan oleh Mark Pudder,MD dari Harvard Medical School dan telah dipresentasikan pada The annual meeting of the Pediatric Academic Societies (PAS) tanggal 5 Mei 2007. Bayi-bayi ini menerima infus emulsi lemak yang bersumber dari minyak ikan (kaya akan omega 3) dengan rentang dosis 0,2-0,5 g/kgBB/hari dan dititrasi hingga 1 g/kgBB/hari
Setelah 91,5 hari terapi terlihat terjadi perubahan kadar bilirubin menjadi normal (direct bilirubin < 2mg/dL). Tidak terlihat komplikasi yang bermakna akibat pemberian infus omega 3 ini.
Berdasarkan penelitian dari universitas Michigan dilaporkan bahwa omega 3 memiliki kemampuan untuk mengurangi produksi dan efektifitas berbagai prostaglandin yang merupakan hormon yang terlibat pada proses inflamasi dan trombosis. Walaupun kita ketahui bahwa prostaglandin disintesis dari asam lemak tetapi omega 3 memiliki efek pengontrolan melalui 3 mekanisme yang berbeda:
a) Sangat sedikit omega 3 yang disintesa menjadi prostaglandin dibandingkan dengan omega 6.
b) Omega 3 berkompetisi dengan asam lemak omega 6 untuk menduduki tempat pelekatan enzim COX 1 untuk berkonversi menjadi prostaglandin. Semakin banyak omega 3 yang menempel pada tempat perlekatan semakin sedikit pula omega 6 yang dikonversi menjadi prostaglandin.
c) Prostaglandin yang terbentuk dari omega 3 memiliki kekuatan lebih kecil 2-50 kali dibandingkan dengan yang terbuat dari omega 6.
sumber.http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=19039
Oleh: DHS
Kalbe.co.id - Kelainan hati (PNALD = Parenteral Nutrition-Associated Liver Disease) merupakan komplikasi yang paling dikhawatirkan dari pemberian nutrisi parenteral jangka panjang pada anak-anak. Ada2 hal yang terkait dengan hal ini: yang berhubungan dengan toksisitas langsung dari nutrisi parenteral itu sendiri dan yang berhubungan dengan kelainan saluran cerna. Kombinasi keduanya akan mencetuskan progresifitas dari kelainan hati kolestasis.
Beberapa gejala yang dapat terjadi adalah: menurunnya rangsangan saluran cerna terhadap sekresi empedu dan motilitas kandung kemih, berkurangnya sumber makanan untuk enterosit, kadar glutamin kurang, short bowel syndrome, gangguan metabolisme pembentukan asam empedu, sepsis atau meningkatnya pertumbuhan bakteri karena statis saluran cerna atau prosedur infus vena sentral. Semua hal di atas akan merangsang hati yang akan diikuti pelepasan endotoksin: sel kupffer hati membangkitkan sitokin hepatotoksik (TNF-a, IL-1 dan 6). Usus juga memproduksi jenis sitokin yang sama sebagai respon terhadap pemberian nutrisi parenteral. Endotoksin ini akan menghambat aliran dari empedu, selanjutnya hal ini akan mempengaruhi sel kupffer untuk memproduksi kolagen yang akan mencetuskan terjadinya fibrosis. Diduga bahwa komposisi dari emulsi lemak yang diberikan secara intravena merupakan faktor penting yang berperan untuk kejadian ini. Angka kematian kejadian ini pada anak-anak mencapai 70 % jika dibiarkan secara progresif.
Dikatakan bahwa pemberian omega 6 tidak dapat meminimalkan gejala PNALD pada anak-anak ini. Sedangkan pemberian infus lipid intravena dengan kandungan omega 3 memiliki potensi dalam meminimalkan gejala PNALD ini.
Suatu studi untuk menilai efikasi emulsi lipid omega 3 sebagai terapi PNALD dilakukan antara bulan September 2004 hingga Agustus 2006 terhadap 18 bayi usia 1-7 bulan dengan kadar bilirubin > 2 mg/dL. Studi ini dilakukan oleh Mark Pudder,MD dari Harvard Medical School dan telah dipresentasikan pada The annual meeting of the Pediatric Academic Societies (PAS) tanggal 5 Mei 2007. Bayi-bayi ini menerima infus emulsi lemak yang bersumber dari minyak ikan (kaya akan omega 3) dengan rentang dosis 0,2-0,5 g/kgBB/hari dan dititrasi hingga 1 g/kgBB/hari
Setelah 91,5 hari terapi terlihat terjadi perubahan kadar bilirubin menjadi normal (direct bilirubin < 2mg/dL). Tidak terlihat komplikasi yang bermakna akibat pemberian infus omega 3 ini.
Berdasarkan penelitian dari universitas Michigan dilaporkan bahwa omega 3 memiliki kemampuan untuk mengurangi produksi dan efektifitas berbagai prostaglandin yang merupakan hormon yang terlibat pada proses inflamasi dan trombosis. Walaupun kita ketahui bahwa prostaglandin disintesis dari asam lemak tetapi omega 3 memiliki efek pengontrolan melalui 3 mekanisme yang berbeda:
a) Sangat sedikit omega 3 yang disintesa menjadi prostaglandin dibandingkan dengan omega 6.
b) Omega 3 berkompetisi dengan asam lemak omega 6 untuk menduduki tempat pelekatan enzim COX 1 untuk berkonversi menjadi prostaglandin. Semakin banyak omega 3 yang menempel pada tempat perlekatan semakin sedikit pula omega 6 yang dikonversi menjadi prostaglandin.
c) Prostaglandin yang terbentuk dari omega 3 memiliki kekuatan lebih kecil 2-50 kali dibandingkan dengan yang terbuat dari omega 6.
sumber.http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=19039
Statin Menurunkan Insiden Sepsis Pada Penyakit Ginjal Kronik (17-Apr-2007)
Oleh: DHS
medical-MII
Kalbe.co.id - Statin, si penurun kolesterol, ternyata memiliki kemampuan lain yaitu dalam menurunkan insiden sepsis pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK). Pasien dengan PGK, terutama yang menjalani dialisis, seperti telah diketahui memiliki resiko yang tinggi terhadap kejadian sepsis sehingga akan semakin meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Pada uji terhadap binatang telah dilakukan sebelumnya, statin teruji dalam mencegah dan mengatasi sepsis.
Studi yang menguji kemampuan statin dalam menurunkan insiden sepsis pada pasien-pasien PGK ini dilakukan dari Oktober 1995-Juni 1998 yang melibatkan 1.041 pasien dialisis dari 81 klinik dialisis. Studi bersifat nasional, prospektif kohort dengan kontrol dan di follow up hingga Januari 2005. Hasil akhir yang dinilai adalah lama perawatan di rumah sakit antara yang mendapat statin dan yang tidak melalui data rekam medis yang diambil dari United States Data Renal System.
Selama follow up dalam periode 3,4 tahun diketemukan 303 kasus sepsis dimana lama perawatan karena sepsis lebih rendah pada kelompok yang menerima statin (crude incidence rate 41/1000 pasien pertahun) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat statin (crude incidence rate 110/1000 pasien per tahun; p<0,01)
Dari studi lain yang dipublikasikan pada jurnal Pharmacotherapy 2007 yang melihat efikasi statin dalam mengatasi sepsis dari berbagai penyakit juga menunjukkan perbaikan yang bermakna (p<0,02)
Kemampuan statin dalam mengatasi sepsis adalah dengan meminimalisasi efek mediator inflamasi, sebagai imunomodulator atau secara langsung melalui efek bakterisidalnya. Terapi statin dikatakan dapat menurunkan ekspresi dari E-selectin, P-selectin (keduanya mempengaruhi proses perlekatan leukosit pada endotel) mengurangi adhesi molekul pada pembuluh darah dan intrasel. Semuanya ini akan meningkatkan aktifitas interaksi leukosit dengan endotel vaskular dan jaringan yang terinfeksi. Sebagai tambahan statin juga mengurangi ekspresi dari faktor transkripsi utama dari sistem imun yaitu nuclear factor -k B
sumber :http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=18922
Oleh: DHS
medical-MII
Kalbe.co.id - Statin, si penurun kolesterol, ternyata memiliki kemampuan lain yaitu dalam menurunkan insiden sepsis pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK). Pasien dengan PGK, terutama yang menjalani dialisis, seperti telah diketahui memiliki resiko yang tinggi terhadap kejadian sepsis sehingga akan semakin meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Pada uji terhadap binatang telah dilakukan sebelumnya, statin teruji dalam mencegah dan mengatasi sepsis.
Studi yang menguji kemampuan statin dalam menurunkan insiden sepsis pada pasien-pasien PGK ini dilakukan dari Oktober 1995-Juni 1998 yang melibatkan 1.041 pasien dialisis dari 81 klinik dialisis. Studi bersifat nasional, prospektif kohort dengan kontrol dan di follow up hingga Januari 2005. Hasil akhir yang dinilai adalah lama perawatan di rumah sakit antara yang mendapat statin dan yang tidak melalui data rekam medis yang diambil dari United States Data Renal System.
Selama follow up dalam periode 3,4 tahun diketemukan 303 kasus sepsis dimana lama perawatan karena sepsis lebih rendah pada kelompok yang menerima statin (crude incidence rate 41/1000 pasien pertahun) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat statin (crude incidence rate 110/1000 pasien per tahun; p<0,01)
Dari studi lain yang dipublikasikan pada jurnal Pharmacotherapy 2007 yang melihat efikasi statin dalam mengatasi sepsis dari berbagai penyakit juga menunjukkan perbaikan yang bermakna (p<0,02)
Kemampuan statin dalam mengatasi sepsis adalah dengan meminimalisasi efek mediator inflamasi, sebagai imunomodulator atau secara langsung melalui efek bakterisidalnya. Terapi statin dikatakan dapat menurunkan ekspresi dari E-selectin, P-selectin (keduanya mempengaruhi proses perlekatan leukosit pada endotel) mengurangi adhesi molekul pada pembuluh darah dan intrasel. Semuanya ini akan meningkatkan aktifitas interaksi leukosit dengan endotel vaskular dan jaringan yang terinfeksi. Sebagai tambahan statin juga mengurangi ekspresi dari faktor transkripsi utama dari sistem imun yaitu nuclear factor -k B
sumber :http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=18922
Sunday, June 17, 2007
GASTROENTERITIS
Gastroenteritis, merupakan suatu jenis penyakit pada lambung dan atau usus yang gejala utamanya diare.
Penyebab diare umumnya karena infeksi (virus, bakteri, maupun parasit), malabsorbsi, alergi, dan intoksikasi. Disebut diare bila tinja berbentuk cair, dengan frekuensi lebih dari 4x/hari.
Setidaknya ada dua mekanisme dasar terjadinya diare, yaitu :
Pengeluaran cairan di usus yang berlebihan akibat toksin. Lebih dikenal dengan sebutan diare sekresi. Pada diare jenis ini dinding usus permukaannya tidak rusak.
Absorbsi karbohidrat/lemak yang jelek. Lebih dikenal dengan sebutan diare osmotik. Pada jenis ini dinding usus mengalami kerusakan.
Berikut ini beberapa tanda klinis diare karena infeksi yang banyak di Indonesia :
Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di usus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras.
Shigella, sering timbul pada anak kurang dari 2 tahun. Penderita tampak sakit berat, lemas, panas tinggi, dan terkadang disertai kejang. Feses penderita ini cair dan disertai darah.
Salmonella, tanda khasnya adalah feses yang berbau seperti telur busuk. Tanda-tanda klinis penderita tidak begitu berat, dan jarang terjadi dehidrasi.
Virus, yang menonjol adalah muntah. Akibatnya ion K+ pada penderita ini banyak yang hilang --> terjadi kekurangan kalium dalam darah. Diare akibat virus ini bersifat self limited.
Amoeba, khas dengan adanya lendir dan darah dalam feses. Penderita tampak tidak sakit, jarang dehidrasi maupun panas. Lama timbulnya sekitar 1-2 minggu.
Tanda-tanda dehidrasi, khususnya pada anak/balita adalah : rewel, haus luar biasa, mata cowong, dan ubun-ubun besar cekung. Pada keadaan yang berat anak menjadi kurang meresponi keadaan sekitarnya dan terlihat lemah.
Penatalaksanaan :
Segera berikan cairan rehidrasi oral, seperti oralit & larutan gula garam secepatnya sebanyak cairan yang hilang
Bagi anak kecil, ASI tetap diberikan. Bila meminum susu selain ASI, berikan susu yang rendah laktosa.
Segera ke pusat pelayanan kesehatan/dokter bila diare tidak kunjung sembuh, atau anak terlihat dehidrasi.
COMMON COLD
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan segala macam infeksi pada saluran pernafasan yang timbulnya dalam waktu singkat, mencakup saluran nafas atas dan bawah. Pada bagian kali ini kita hanya membahas tentang infeksi saluran nafas akut (bagian atas) karena virus yang banyak dijumpai. Infeksi ini juga dikenal dengan nama Common Cold.
Penyebab infeksi ini adalah virus. Menular beberapa jam sebelum timbulnya gejala hingga 1-2 hari sesudah gejala. Faktor yang memicu terjadinya infeksi ini antara lain kelelahan, gizi buruk, anemia, dan kedinginan. Sering juga timbul pada saat pergantian musim.
Seperti infeksi virus lainnya, penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam beberapa saat, dengan syarat tidak timbul komplikasi akibat invasi dari bakteri, seperti Pneumococcus, Streptococcus, H. influenza, dan Staphylococcus.
Gejala yang timbul tidak khas, berupa pilek, batuk sedikit, dan kadang-kadang bersin. Dari hidung keluar cairan jernih yang encer (cairan tersebut dapat menjadi kental setelah terjadi infeksi sekunder). Tenggorokan terasa kering dan gatal. Gejala yang lain dapat berupa rasa nyeri pada otot, sendi, 'nggreges', pusing, mual, dan sebagainya.
Komplikasi pada penyakit ini, terutama pada penyakit dengan sekunder infeksi yang tidak diobati, antara lain : sinusitis (infeksi pada rongga-rongga tulang wajah), infeksi telinga, maupun infeksi saluran napas bagian bawah (laryngitis, tracheitis, bronchitis, bronchopneumonia, dsb).
Penatalaksanaan hanya dengan memberikan obat terhadap keluhan yang timbul, antara lain pengencer dahak, penurun panas, penenang, dan sebagainya. Namun bila infeksi berlanjut disarankan untuk menghubungi layanan kesehatan terdekat.
EPISTAKSIS
Mimisan, atau yang juga dikenal sebagai epistaksis, merupakan keluarnya darah melalui lubang hidung. Menurut sebabnya, dibagi menjadi dua : karena trauma (bersin yang terlalu keras, dipukul, pemasangan sonde, dsb) dan spontan.
Penyebab mimisan spontan sangat banyak, antara lain : infeksi akut (berlangsung singkat) atau kronis (berlangsung lama) pada hidung, penyakit kelainan pembuluh darah, gangguan pembekuan darah, penyakit darah, penyakit jantung, gangguan hormon, tumor ganas hidung, dan lain sebagainya.
Asal perdarahan pada mimisan bisa berasal dari depan, yaitu pada daerah Kiesselbach; maupun berasal dari belakang, yaitu pada daerah pleksus nasofaringeal.
Penatalaksanaan awal dengan penekanan pada hidung. Bila tidak berhasil dilakukan pemasangan tampon pada hidung (tampon anterior ataupun posterior), kauterisasi secara kimia/listrik, pemberian obat antikoagulansia, atau ligasi pembuluh darah. Keempat tindakan tersebut membutuhkan keahlian medis tertentu.
GASTRITIS
Penyakit maag, atau yang dikenal sebagai gastritis dalam dunia medis, mungkin sudah pernah Anda alami. Merupakan salah satu penyakit pada lambung. Gejala utamanya adalah nyeri pada ulu hati.
Ada banyak klasifikasi dari gastritis tersebut. Berikut ini hanya salah satu dari beberapa klasifikasi gastritis.
Gastritis erosif, hemorragik, dan gastropati; keluhan yang timbul berupa uluhati yang seperti terbakar dan nyeri. Keluhan lain berupa mual, muntah, diare, bahkan bisa muntah darah. Penyebabnya antara lain : obat-obatan (aspirin, NSAID), alkohol dan bahan korosif lain, trauma langsung pada lambung (laser, diatermi, dsb), kelainan pembuluh darah pada lambung, luka akibat operasi lambung, dan yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada daerah lambung (perut kiri atas) dan daerah ulu hati.
Gastritis spesifik; keluhan yang timbul adalah nyeri pada daerah uluhati (anoreksia). Keluhan lain berupa mual dan bisa muntah. Pada pemeriksaan bisa terdapat nyeri tekan pada daerah uluhati, atau bisa pula pada seluruh perut, tanpa tegangnya otot perut. Penyebabnya antara lain: infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit, dan nematoda); bagian dari penyakit saluran pencernaan lain (misal peny. Crohn); bagian dari penyakit sistemik (misal sarkoidosis). Bila disebabkan oleh infeksi/toksin biasanya sering disertai diare, nyeri perut yang hilang timbul, panas badan, menggigil, panas badan, dan kejang otot.
Gastritis kronis - non erosif non spesifik; keluhannya tidak spesifik, berupa perasaan tidak enak pada uluhati yang terkadang disertai mual, muntah, perasaan penuh di uluhati. Pada penderita biasanya juga ada riwayat keluhan serupa yang sering timbul, dan pola makan yang tidak teratur. Pada pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada daerah uluhati. Penyebabnya antara lain infeksi (khususnya Helicobacter pylori), gastropati reaktif, autoimun (pada anemia perniciosa); dan tumor pada lambung. Faktor kejiwaan/stress biasanya juga berperan dalam timbulnya serangan ulang pada penyakit ini.
Gejala serupa dengan penyakit ini antara lain ulcus pepticum (perlukaan pada dinding lambung), kanker pada lambung, dan penyakit jantung Infact Myocard Acute (IMA). Untuk itu bila ada keluhan nyeri uluhati harus hati-hati, sebab bila keluhan tersebut berasal dari penyakit IMA, bisa berakibat fatal bila tidak tangani dengan segera.
Penatalaksanaannya antara lain : makanan lunak dalam porsi kecil-kecil, berhenti makan makanan yang pedas dan asam, berhenti merokok dan minum-minuman beralkohol. Dapat pula meminum Antasida bila diperlukan. Yaitu sekitar 1/2 jam sebelum makan atau sewaktu makan. Namun bila keluhan tetap berlanjut Anda dapat memeriksakan diri ke dokter.
ACNE VULGARIS
Orang yang sudah menginjak masa pubertas umumnya pernah mengalami jerawat. Dalam dunia medis, jerawat dikenal sebagai acne vulgaris. Merupakan keradangan kronis dari folikel pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan dan penimbunan keratin, ditandai dengan adanya komedo, pustula, nodula, dan kista.
Acne umumnya timbul pada pria maupun wanita menginjak masa pubertas, yaitu usia 15-19 tahun (90%). Daerah yang terkena bukan hanya wajah, namun juga bahu, dada, punggung, dan lengan bagian atas.
Penyebab acne sangat banyak (multifaktorial), antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Pada acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit pilosebaseus); papula (komedo tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah), nodul (dari komedo tertutup--penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula), dan jaringan parut.
Pengobatan secara umum meliputi : mencuci muka dengan sabun dua kali sehari--jangan berlebihan; menghindari pemakaian kosmetika yang berlebihan, menghindari makan kacang, cokelat, minyak, mentega, dll (meskipun beberapa penelitian tidak menemukan korelasi antara makanan dan timbulnya acne). Untuk pengobatan berupa salep maupun antibiotika sebaiknya menghubungi dokter.
DEMAM BERDARAH DENGUE
Merupakan suatu penyakit demam yang dapat disebabkan oleh 4 macam tipe virus dengue dan klinis ditandai dengan fenomena perdarahan dan cenderung menyebabkan sindroma syok yang dapat menimbulkan kematian.
Penyebabnya adalah virus dengue, yang merupakan Flavi virus, termasuk dalam Chikungunya famili Toga virus. Vektor pembawanya adalah nyamuk Aedes aegypti dan albopictus. Penyakit ini dapat menjadi epidemi, dan terbanyak pada waktu musim hujan.
Gambaran penyakitnya berupa panas naik mendadak selama 2-7 hari, kemudian turun sampai batas normal, disertai gejala nonspesifik (lemah, mual, pusing, dan sebagainya). Terkadang disertai dengan perdarahan spontan. Pemeriksaan dengan test torniquet timbul rash pada kulit. Dapat pula diikuti dengan pembesaran hati. Fase penyembuhan terjadi dengan cepat, yaitu 2-3 hari. Pada laboratorium darah perifer tampak penurunan sel darah putih dan trombosit, sedangkan hematokrit menjadi meningkat. Kita harus hati-hati dengan penyakit ini karena dapat timbul syok akibat kegagalan sirkulasi tubuh.
Ada empat tingkat beratnya/klasifikasi penyakit ini :
Tingkat I : demam dengan tanda-tanda nonspesifik disertai test torniquet positif.
Tingkat II : tingkat I ditambah dengan perdarahan spontan di kulit/tempat lain.
Tingkat III : kegagalan peredaran darah, ditandai dengan nadi cepat, lemah, hipotensi, dan kulit dingin.
Tingkat IV : telah terjadi syok, tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak/sulit teraba.
Bila menemui penderita dengan demam berdarah dengue, harap segera membawa ke rumah sakit setempat untuk dilakukan pemberian cairan intravena ataupun pengobatan lainnya. Dengan penatalaksanaan yang tepat dan cepat penderita dapat sembuh seperti sedia kala.
VERUCA/CAPLAK/KUTIL
Beberapa diantara kita tentu sudah pernah mendengar kata tersebut (atau bahkan pernah mengalaminya). Caplak/kutil merupakan benjolan pada kulit yang disebabkan oleh virus papiloma.
Penyebaran penyakit ini secara kontak langsung (autoinoculasi). Faktor keluarga dikatakan juga ikut berperanan, yang terbanyak pada anak-anak, insiden pria dan wanita sama. Faktor predisposisi pada penyakit ini berupa trauma (jejas) kulit yang berulang-ulang dan kulit yang lembab.
Berikut ini dua jenis caplak/kutil yang sering dijumpai :
Veruca Vulgaris, terjadi paling sering di tangan, jari-jari tangan dan kaki, dan telapak tangan/kaki. Tapi dapat juga tumbuh di tempat-tempat lain. Mula-mula berupa papula (penonjolan padat berbatas tegas di permukaan kulit dengan diameter < 1 cm) kecil seukuran kepala jarum, kemudian tumbuh menonjol, permukaanya menjadi lebih gelap dan hiperkeratosis. Penatalaksanaannya memerlukan keahlian medis tertentu, berupa kuret dan elektrodesikasi ringan, cryosurgery dengan nitrogen cair, asam trichloracetat 50-80%, dan zat keratolitik (asam salisilat 20%, asam laktat 10%).
Veruca Plana, terjadi paling sering pada kepala, pipi, hidung, leher,dan punggung tangan. Merupakan caplak/kutil yang berwarna seperti kulit atau kehitaman, lunak, berbentuk papula-papula datar berdiameter 1-3 mm. Caplak/kutil ini umumnya multipel/banyak. Penatalaksanaannya memerlukan keahlian medis tertentu, berupa pemberian nitrogen cair 5-15 detik, elektrocauterisasi, ataupun pemberian asam vitamin A 0,1% dalam bentuk krim.
Perjalanan penyakit ini cukup baik, dan dapat sembuh spontan.
INFARCT MYOCARD ACUTE
Merupakan salah satu kegawatan dalam bidang jantung. Berasal dari penyempitan, pembuntuan, dan spasme yang lama dari pembuluh darah koroner, sehingga dinding jantung (myocardium) jantung menjadi kekurangan oksigen, dan sel-selnya menjadi mati (nekrosis). Penyakit ini umumnya menyerang orang berumur 40 tahun ke atas.
Gejala yang khas pada penyakit ini berupa nyeri dada substernal (kira-kira sekitar uluhati/diatasnya), lebih dari 30 menit, menjalar, terjadi pada waktu istirahat/melakukan kegiatan, dan nyeri tersebut tidak hilang dengan istirahat. Keluhan penyerta lainnya dapat berupa lemas, keringat dingin, mual, muntah, dan kehilangan kesadaran. Nyeri tersebut sering dikira sakit maag oleh banyak penderita.
Menurut kriteria WHO (1983), bila minimal dua dari kriteria berikut positif, maka penderita dikatakan menderita Infarct Myocard Acute :
Nyeri dada tipikal (substernal, lebih dari 30 menit, menjalar, tidak hilang waktu istirahat)
EKG (rekaman gelombang listrik jantung) : Q patologis, ST elevasi, dan inversi gelombang T.
Pemeriksaan enzym : peningkatan kadar LDH, CPK, CKMB, SGOT, SGPT, dan peningkatan troponin T.
Penatalaksanaan penderita tersebut harus di ruang intensif (ICCU). Adapun tujuan utama perawatannya adalah :
Menghilangkan rasa nyeri
Mencegah perluasan infark
Menangani komplikasi yang terjadi
Program rehabilitasi medis.
Nah, bila Anda menemui penderita dengan keluhan di atas, segeralah mendatangi rumah sakit terdekat, khususnya yang ada fasilitas ruang intensifnya.
RHEUMATOID ARTHRITIS
Rheumatoid Arthritis, atau yang juga dikenal sebagai rematik, merupakan suatu penyakit keradangan sendi menahun yang terutama mengenai sendi kecil (perifer), yang dapat menimbulkan kerusakan tulang rawan sendi dan struktur juxta artikular. Sering disertai manifestasi di luar sendi.
Keradangan terutama ialah Sinovitis pada daerah sinovium. Sinovium menjadi bengkak, menebal, sel-selnya membesar, dan terjadi penimbunan fibrin. Lama kelamaan akan membentuk suatu pannus keradangan menahun, yang akan meluas dari permukaan sendi ke dalam tulang rawan dan menghancurkannya. Selanjutnya kerusakan meluas mengenai tulang dibawahnya, terjadi erosi pada tulang sehingga akan tampak adanya kelainan pada tulang.
Faktor pasti yang menyebabkan sinovitis belum jelas benar. Diduga faktor genetik yang berinteraksi dengan faktor lingkunganlah yang memegang peranan. Umumnya terjadi pada usia 35-55 tahun. Wanita lebih sering dari pada pria.
Keluhan yang timbul dapat mendadak ataupun perlahan-lahan. Awalnya dapat berupa nyeri sendi. Sendi tampak merah, terjadi pembengkakan, teraba panas, nyeri tekan, dan timbul hambatan gerak. Biasanya mulai pada sendi jari tangan secara simetris (kanan & kiri). Gejala lain yang mungkin timbul antara lain turunnya nafsu makan, lemas, lelah, demam, anemia, dan sebagainya.
Untuk menegakkan diagnosisnya perlu pemeriksaan penunjang juga, berupa pemeriksaan darah perifer, rheuma factor, rontgen, dan lain-lain.
Penatalaksanaanya dengan : pemberian obat-obatan (untuk mengurangi keluhan dan menghentikan proses penyakit), fisioterapi, mengoreksi kebiasan dan pekerjaan, perbaikan keadaan umum dan gizi, dan operasi.
TYPHOID FEVER
Typhoid fever, atau yang juga dikenal sebagai thypus, merupakan suatu penyakit yang terjadi mendadak yang disebabkan oleh infeksi Salmonella typhosa.
Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfe, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.
Gejala yang timbul dapat berupa :
Panas badan yang semakin hari bertambah tinggi, terutama pada malam hari (stepladder). Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinyu.
Pada fase awal timbul gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan, rasa tidak enak di perut, dan terkadang sulit buang air besar.
Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai menurun.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui bradikardi (denyut melemah) relatif, pembesaran limfa, tegangnya otot perut, dan kembung. Dari pemeriksaan laboratorium terdapat penurunan sel darah putih, didapatkan kuman tersebut pada tinja atau kencing, dan peningkatan titer Widal. Dikatakan meningkat bila titernya lebih dari 1/400 atau didapatkan kenaikan titer 2 kali lipat dari titer sebelumnya dalam waktu 1 minggu.
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat - tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika, pengobatan terhadap keluhan, ataupun pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbul.
KEJANG DEMAM
Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile konvulsi, adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38 oC), yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar susunan saraf pusat). Penyakit ini paling sering terjadi pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi kejang.
Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya. Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf.
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.
Penatalaksanaan pada penderita ini adalah
Menghentikan kejang secepat mungkin, dengan pemberian diazepam sebagai drug of choice, bisa parenteral maupun suppositoria. (untuk ini diharapkan membawa penderita ke dokter/pelayanan kesehatan dengan segera).
Pengobatan penunjang, semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah muntahan isi lambung ke dalam paru, dilakukan juga tindakan profilaksis terhadap kemungkinan kejang berikutnya.
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, perjalanan penyakitnya baik dan tidak menimbulkan kematian.
kembali ke index artikel medis
HIPERTENSI
Hipertensi/tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum timbul di dalam masyarakat. Merupakan peningkatan yang persisten dari tekanan pembuluh darah arteri, yaitu tekanan diastolik diatas 95 mmHg. Tekanan darah normal biasanya tekanan sistolik tidak melebihi 140 mmHg dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Namun patokan tekanan darah normal tersebut individual sifatnya.
Diagnosis hipertensi dibuat atas dasar hasil beberapa kali pemeriksaan, kecuali bila tekanan darahnya sangat tinggi dapat ditetapkan dengan satu kali pemeriksaan. Keluhan yang mungkin timbul antara lain nyeri pada daerah kepala bagian belakang, mimisan, penglihatan kabur, kelemahan otot-otot, mual, muntah, dan sebagainya.
Terdapat beberapa klasifikasi dari hipertensi, antara lain :
Penyebabnya : hipertensi primer (tidak diketahui sebabnya), dan hipertensi sekunder (akibat penyakit, obat-obatan, maupun kehamilan).
Klasifikasi menurut WHO 1999, berdasarkan dari tekanan diastolik, yaitu : derajat I (95-109 mmHg); derajat II (110-119 mmHg); derajat III (> 120 mmHg).
Pengelolaan terhadap penderita hipertensi adalah :
Pengobatan tanpa obat, antara lain : diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh, peredaan stress emosional, berhenti merokok/alkohol, dan latihan fisik ringan dan teratur.
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
INFEKSI SALURAN KEMIH
Infeksi saluran kemih, secara mikrobiologi, bila ditemukan mikroorganisme patogen pada urine (air seni) yang bermakna lebih dari 105 /mm (sampel urine midstream - diambil saat pertengahan kencing), atau 102 - 104 /mm sampel urine dari kateter.
Penyebab terbanyak infeksi ini adalah E. coli (sekitar 80% kasus). Penyebab lainnya antara lain kuman Proteus, Klebsiela, maupun Staphylococcus saprophyticus.
Resiko tinggi didapatkan pada wanita masa seksual aktif, prostatitis, BPH (pembesaran prostat jinak), kehamilan, pembuntuan saluran kemih (misal akibat batu), diabetes, penyakit ginjal, dan hipertensi. Terjadinya infeksi bisa melalui penjalaran langsung ke atas, melalui darah, ataupun melalui pembuluh limfe.
Gejala yang timbul bervariasi, antara lain : nyeri pada waktu kencing, ingin kencing terus - tetapi keluarnya sedikit-sedikit, volume kencingnya sedikit, nyeri perut bagian bawah, kencing disertai darah. Dapat pula disertai panas badan, menggigil, mual, muntah, lemah, dan nyeri ketuk pada pinggang. Bila telah timbul komplikasi lainnya akan timbul berbagai manifestasi lainnya, sesuai jenis komplikasi yang diderita.
Penatalaksanaan pada penderita ini antara lain :
Mencari faktor-faktor pemicu.
Pemberian antibiotika dan obat simptomatik, maupun tindakan bedah bila diperlukan.
Hindari faktor resiko untuk mencegah kekambuhan.
Bila tidak ada kelainan anatomis, baik pada saluran kemih, ginjal, dsb, maka perkembangannya akan baik.
sumber :http://www.geocities.com/situsgratis3in1/artikel-kesehatan5.html
Gastroenteritis, merupakan suatu jenis penyakit pada lambung dan atau usus yang gejala utamanya diare.
Penyebab diare umumnya karena infeksi (virus, bakteri, maupun parasit), malabsorbsi, alergi, dan intoksikasi. Disebut diare bila tinja berbentuk cair, dengan frekuensi lebih dari 4x/hari.
Setidaknya ada dua mekanisme dasar terjadinya diare, yaitu :
Pengeluaran cairan di usus yang berlebihan akibat toksin. Lebih dikenal dengan sebutan diare sekresi. Pada diare jenis ini dinding usus permukaannya tidak rusak.
Absorbsi karbohidrat/lemak yang jelek. Lebih dikenal dengan sebutan diare osmotik. Pada jenis ini dinding usus mengalami kerusakan.
Berikut ini beberapa tanda klinis diare karena infeksi yang banyak di Indonesia :
Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di usus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras.
Shigella, sering timbul pada anak kurang dari 2 tahun. Penderita tampak sakit berat, lemas, panas tinggi, dan terkadang disertai kejang. Feses penderita ini cair dan disertai darah.
Salmonella, tanda khasnya adalah feses yang berbau seperti telur busuk. Tanda-tanda klinis penderita tidak begitu berat, dan jarang terjadi dehidrasi.
Virus, yang menonjol adalah muntah. Akibatnya ion K+ pada penderita ini banyak yang hilang --> terjadi kekurangan kalium dalam darah. Diare akibat virus ini bersifat self limited.
Amoeba, khas dengan adanya lendir dan darah dalam feses. Penderita tampak tidak sakit, jarang dehidrasi maupun panas. Lama timbulnya sekitar 1-2 minggu.
Tanda-tanda dehidrasi, khususnya pada anak/balita adalah : rewel, haus luar biasa, mata cowong, dan ubun-ubun besar cekung. Pada keadaan yang berat anak menjadi kurang meresponi keadaan sekitarnya dan terlihat lemah.
Penatalaksanaan :
Segera berikan cairan rehidrasi oral, seperti oralit & larutan gula garam secepatnya sebanyak cairan yang hilang
Bagi anak kecil, ASI tetap diberikan. Bila meminum susu selain ASI, berikan susu yang rendah laktosa.
Segera ke pusat pelayanan kesehatan/dokter bila diare tidak kunjung sembuh, atau anak terlihat dehidrasi.
COMMON COLD
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan segala macam infeksi pada saluran pernafasan yang timbulnya dalam waktu singkat, mencakup saluran nafas atas dan bawah. Pada bagian kali ini kita hanya membahas tentang infeksi saluran nafas akut (bagian atas) karena virus yang banyak dijumpai. Infeksi ini juga dikenal dengan nama Common Cold.
Penyebab infeksi ini adalah virus. Menular beberapa jam sebelum timbulnya gejala hingga 1-2 hari sesudah gejala. Faktor yang memicu terjadinya infeksi ini antara lain kelelahan, gizi buruk, anemia, dan kedinginan. Sering juga timbul pada saat pergantian musim.
Seperti infeksi virus lainnya, penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam beberapa saat, dengan syarat tidak timbul komplikasi akibat invasi dari bakteri, seperti Pneumococcus, Streptococcus, H. influenza, dan Staphylococcus.
Gejala yang timbul tidak khas, berupa pilek, batuk sedikit, dan kadang-kadang bersin. Dari hidung keluar cairan jernih yang encer (cairan tersebut dapat menjadi kental setelah terjadi infeksi sekunder). Tenggorokan terasa kering dan gatal. Gejala yang lain dapat berupa rasa nyeri pada otot, sendi, 'nggreges', pusing, mual, dan sebagainya.
Komplikasi pada penyakit ini, terutama pada penyakit dengan sekunder infeksi yang tidak diobati, antara lain : sinusitis (infeksi pada rongga-rongga tulang wajah), infeksi telinga, maupun infeksi saluran napas bagian bawah (laryngitis, tracheitis, bronchitis, bronchopneumonia, dsb).
Penatalaksanaan hanya dengan memberikan obat terhadap keluhan yang timbul, antara lain pengencer dahak, penurun panas, penenang, dan sebagainya. Namun bila infeksi berlanjut disarankan untuk menghubungi layanan kesehatan terdekat.
EPISTAKSIS
Mimisan, atau yang juga dikenal sebagai epistaksis, merupakan keluarnya darah melalui lubang hidung. Menurut sebabnya, dibagi menjadi dua : karena trauma (bersin yang terlalu keras, dipukul, pemasangan sonde, dsb) dan spontan.
Penyebab mimisan spontan sangat banyak, antara lain : infeksi akut (berlangsung singkat) atau kronis (berlangsung lama) pada hidung, penyakit kelainan pembuluh darah, gangguan pembekuan darah, penyakit darah, penyakit jantung, gangguan hormon, tumor ganas hidung, dan lain sebagainya.
Asal perdarahan pada mimisan bisa berasal dari depan, yaitu pada daerah Kiesselbach; maupun berasal dari belakang, yaitu pada daerah pleksus nasofaringeal.
Penatalaksanaan awal dengan penekanan pada hidung. Bila tidak berhasil dilakukan pemasangan tampon pada hidung (tampon anterior ataupun posterior), kauterisasi secara kimia/listrik, pemberian obat antikoagulansia, atau ligasi pembuluh darah. Keempat tindakan tersebut membutuhkan keahlian medis tertentu.
GASTRITIS
Penyakit maag, atau yang dikenal sebagai gastritis dalam dunia medis, mungkin sudah pernah Anda alami. Merupakan salah satu penyakit pada lambung. Gejala utamanya adalah nyeri pada ulu hati.
Ada banyak klasifikasi dari gastritis tersebut. Berikut ini hanya salah satu dari beberapa klasifikasi gastritis.
Gastritis erosif, hemorragik, dan gastropati; keluhan yang timbul berupa uluhati yang seperti terbakar dan nyeri. Keluhan lain berupa mual, muntah, diare, bahkan bisa muntah darah. Penyebabnya antara lain : obat-obatan (aspirin, NSAID), alkohol dan bahan korosif lain, trauma langsung pada lambung (laser, diatermi, dsb), kelainan pembuluh darah pada lambung, luka akibat operasi lambung, dan yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada daerah lambung (perut kiri atas) dan daerah ulu hati.
Gastritis spesifik; keluhan yang timbul adalah nyeri pada daerah uluhati (anoreksia). Keluhan lain berupa mual dan bisa muntah. Pada pemeriksaan bisa terdapat nyeri tekan pada daerah uluhati, atau bisa pula pada seluruh perut, tanpa tegangnya otot perut. Penyebabnya antara lain: infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit, dan nematoda); bagian dari penyakit saluran pencernaan lain (misal peny. Crohn); bagian dari penyakit sistemik (misal sarkoidosis). Bila disebabkan oleh infeksi/toksin biasanya sering disertai diare, nyeri perut yang hilang timbul, panas badan, menggigil, panas badan, dan kejang otot.
Gastritis kronis - non erosif non spesifik; keluhannya tidak spesifik, berupa perasaan tidak enak pada uluhati yang terkadang disertai mual, muntah, perasaan penuh di uluhati. Pada penderita biasanya juga ada riwayat keluhan serupa yang sering timbul, dan pola makan yang tidak teratur. Pada pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada daerah uluhati. Penyebabnya antara lain infeksi (khususnya Helicobacter pylori), gastropati reaktif, autoimun (pada anemia perniciosa); dan tumor pada lambung. Faktor kejiwaan/stress biasanya juga berperan dalam timbulnya serangan ulang pada penyakit ini.
Gejala serupa dengan penyakit ini antara lain ulcus pepticum (perlukaan pada dinding lambung), kanker pada lambung, dan penyakit jantung Infact Myocard Acute (IMA). Untuk itu bila ada keluhan nyeri uluhati harus hati-hati, sebab bila keluhan tersebut berasal dari penyakit IMA, bisa berakibat fatal bila tidak tangani dengan segera.
Penatalaksanaannya antara lain : makanan lunak dalam porsi kecil-kecil, berhenti makan makanan yang pedas dan asam, berhenti merokok dan minum-minuman beralkohol. Dapat pula meminum Antasida bila diperlukan. Yaitu sekitar 1/2 jam sebelum makan atau sewaktu makan. Namun bila keluhan tetap berlanjut Anda dapat memeriksakan diri ke dokter.
ACNE VULGARIS
Orang yang sudah menginjak masa pubertas umumnya pernah mengalami jerawat. Dalam dunia medis, jerawat dikenal sebagai acne vulgaris. Merupakan keradangan kronis dari folikel pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan dan penimbunan keratin, ditandai dengan adanya komedo, pustula, nodula, dan kista.
Acne umumnya timbul pada pria maupun wanita menginjak masa pubertas, yaitu usia 15-19 tahun (90%). Daerah yang terkena bukan hanya wajah, namun juga bahu, dada, punggung, dan lengan bagian atas.
Penyebab acne sangat banyak (multifaktorial), antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Pada acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit pilosebaseus); papula (komedo tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah), nodul (dari komedo tertutup--penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula), dan jaringan parut.
Pengobatan secara umum meliputi : mencuci muka dengan sabun dua kali sehari--jangan berlebihan; menghindari pemakaian kosmetika yang berlebihan, menghindari makan kacang, cokelat, minyak, mentega, dll (meskipun beberapa penelitian tidak menemukan korelasi antara makanan dan timbulnya acne). Untuk pengobatan berupa salep maupun antibiotika sebaiknya menghubungi dokter.
DEMAM BERDARAH DENGUE
Merupakan suatu penyakit demam yang dapat disebabkan oleh 4 macam tipe virus dengue dan klinis ditandai dengan fenomena perdarahan dan cenderung menyebabkan sindroma syok yang dapat menimbulkan kematian.
Penyebabnya adalah virus dengue, yang merupakan Flavi virus, termasuk dalam Chikungunya famili Toga virus. Vektor pembawanya adalah nyamuk Aedes aegypti dan albopictus. Penyakit ini dapat menjadi epidemi, dan terbanyak pada waktu musim hujan.
Gambaran penyakitnya berupa panas naik mendadak selama 2-7 hari, kemudian turun sampai batas normal, disertai gejala nonspesifik (lemah, mual, pusing, dan sebagainya). Terkadang disertai dengan perdarahan spontan. Pemeriksaan dengan test torniquet timbul rash pada kulit. Dapat pula diikuti dengan pembesaran hati. Fase penyembuhan terjadi dengan cepat, yaitu 2-3 hari. Pada laboratorium darah perifer tampak penurunan sel darah putih dan trombosit, sedangkan hematokrit menjadi meningkat. Kita harus hati-hati dengan penyakit ini karena dapat timbul syok akibat kegagalan sirkulasi tubuh.
Ada empat tingkat beratnya/klasifikasi penyakit ini :
Tingkat I : demam dengan tanda-tanda nonspesifik disertai test torniquet positif.
Tingkat II : tingkat I ditambah dengan perdarahan spontan di kulit/tempat lain.
Tingkat III : kegagalan peredaran darah, ditandai dengan nadi cepat, lemah, hipotensi, dan kulit dingin.
Tingkat IV : telah terjadi syok, tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak/sulit teraba.
Bila menemui penderita dengan demam berdarah dengue, harap segera membawa ke rumah sakit setempat untuk dilakukan pemberian cairan intravena ataupun pengobatan lainnya. Dengan penatalaksanaan yang tepat dan cepat penderita dapat sembuh seperti sedia kala.
VERUCA/CAPLAK/KUTIL
Beberapa diantara kita tentu sudah pernah mendengar kata tersebut (atau bahkan pernah mengalaminya). Caplak/kutil merupakan benjolan pada kulit yang disebabkan oleh virus papiloma.
Penyebaran penyakit ini secara kontak langsung (autoinoculasi). Faktor keluarga dikatakan juga ikut berperanan, yang terbanyak pada anak-anak, insiden pria dan wanita sama. Faktor predisposisi pada penyakit ini berupa trauma (jejas) kulit yang berulang-ulang dan kulit yang lembab.
Berikut ini dua jenis caplak/kutil yang sering dijumpai :
Veruca Vulgaris, terjadi paling sering di tangan, jari-jari tangan dan kaki, dan telapak tangan/kaki. Tapi dapat juga tumbuh di tempat-tempat lain. Mula-mula berupa papula (penonjolan padat berbatas tegas di permukaan kulit dengan diameter < 1 cm) kecil seukuran kepala jarum, kemudian tumbuh menonjol, permukaanya menjadi lebih gelap dan hiperkeratosis. Penatalaksanaannya memerlukan keahlian medis tertentu, berupa kuret dan elektrodesikasi ringan, cryosurgery dengan nitrogen cair, asam trichloracetat 50-80%, dan zat keratolitik (asam salisilat 20%, asam laktat 10%).
Veruca Plana, terjadi paling sering pada kepala, pipi, hidung, leher,dan punggung tangan. Merupakan caplak/kutil yang berwarna seperti kulit atau kehitaman, lunak, berbentuk papula-papula datar berdiameter 1-3 mm. Caplak/kutil ini umumnya multipel/banyak. Penatalaksanaannya memerlukan keahlian medis tertentu, berupa pemberian nitrogen cair 5-15 detik, elektrocauterisasi, ataupun pemberian asam vitamin A 0,1% dalam bentuk krim.
Perjalanan penyakit ini cukup baik, dan dapat sembuh spontan.
INFARCT MYOCARD ACUTE
Merupakan salah satu kegawatan dalam bidang jantung. Berasal dari penyempitan, pembuntuan, dan spasme yang lama dari pembuluh darah koroner, sehingga dinding jantung (myocardium) jantung menjadi kekurangan oksigen, dan sel-selnya menjadi mati (nekrosis). Penyakit ini umumnya menyerang orang berumur 40 tahun ke atas.
Gejala yang khas pada penyakit ini berupa nyeri dada substernal (kira-kira sekitar uluhati/diatasnya), lebih dari 30 menit, menjalar, terjadi pada waktu istirahat/melakukan kegiatan, dan nyeri tersebut tidak hilang dengan istirahat. Keluhan penyerta lainnya dapat berupa lemas, keringat dingin, mual, muntah, dan kehilangan kesadaran. Nyeri tersebut sering dikira sakit maag oleh banyak penderita.
Menurut kriteria WHO (1983), bila minimal dua dari kriteria berikut positif, maka penderita dikatakan menderita Infarct Myocard Acute :
Nyeri dada tipikal (substernal, lebih dari 30 menit, menjalar, tidak hilang waktu istirahat)
EKG (rekaman gelombang listrik jantung) : Q patologis, ST elevasi, dan inversi gelombang T.
Pemeriksaan enzym : peningkatan kadar LDH, CPK, CKMB, SGOT, SGPT, dan peningkatan troponin T.
Penatalaksanaan penderita tersebut harus di ruang intensif (ICCU). Adapun tujuan utama perawatannya adalah :
Menghilangkan rasa nyeri
Mencegah perluasan infark
Menangani komplikasi yang terjadi
Program rehabilitasi medis.
Nah, bila Anda menemui penderita dengan keluhan di atas, segeralah mendatangi rumah sakit terdekat, khususnya yang ada fasilitas ruang intensifnya.
RHEUMATOID ARTHRITIS
Rheumatoid Arthritis, atau yang juga dikenal sebagai rematik, merupakan suatu penyakit keradangan sendi menahun yang terutama mengenai sendi kecil (perifer), yang dapat menimbulkan kerusakan tulang rawan sendi dan struktur juxta artikular. Sering disertai manifestasi di luar sendi.
Keradangan terutama ialah Sinovitis pada daerah sinovium. Sinovium menjadi bengkak, menebal, sel-selnya membesar, dan terjadi penimbunan fibrin. Lama kelamaan akan membentuk suatu pannus keradangan menahun, yang akan meluas dari permukaan sendi ke dalam tulang rawan dan menghancurkannya. Selanjutnya kerusakan meluas mengenai tulang dibawahnya, terjadi erosi pada tulang sehingga akan tampak adanya kelainan pada tulang.
Faktor pasti yang menyebabkan sinovitis belum jelas benar. Diduga faktor genetik yang berinteraksi dengan faktor lingkunganlah yang memegang peranan. Umumnya terjadi pada usia 35-55 tahun. Wanita lebih sering dari pada pria.
Keluhan yang timbul dapat mendadak ataupun perlahan-lahan. Awalnya dapat berupa nyeri sendi. Sendi tampak merah, terjadi pembengkakan, teraba panas, nyeri tekan, dan timbul hambatan gerak. Biasanya mulai pada sendi jari tangan secara simetris (kanan & kiri). Gejala lain yang mungkin timbul antara lain turunnya nafsu makan, lemas, lelah, demam, anemia, dan sebagainya.
Untuk menegakkan diagnosisnya perlu pemeriksaan penunjang juga, berupa pemeriksaan darah perifer, rheuma factor, rontgen, dan lain-lain.
Penatalaksanaanya dengan : pemberian obat-obatan (untuk mengurangi keluhan dan menghentikan proses penyakit), fisioterapi, mengoreksi kebiasan dan pekerjaan, perbaikan keadaan umum dan gizi, dan operasi.
TYPHOID FEVER
Typhoid fever, atau yang juga dikenal sebagai thypus, merupakan suatu penyakit yang terjadi mendadak yang disebabkan oleh infeksi Salmonella typhosa.
Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfe, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.
Gejala yang timbul dapat berupa :
Panas badan yang semakin hari bertambah tinggi, terutama pada malam hari (stepladder). Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinyu.
Pada fase awal timbul gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan, rasa tidak enak di perut, dan terkadang sulit buang air besar.
Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai menurun.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui bradikardi (denyut melemah) relatif, pembesaran limfa, tegangnya otot perut, dan kembung. Dari pemeriksaan laboratorium terdapat penurunan sel darah putih, didapatkan kuman tersebut pada tinja atau kencing, dan peningkatan titer Widal. Dikatakan meningkat bila titernya lebih dari 1/400 atau didapatkan kenaikan titer 2 kali lipat dari titer sebelumnya dalam waktu 1 minggu.
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat - tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika, pengobatan terhadap keluhan, ataupun pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbul.
KEJANG DEMAM
Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile konvulsi, adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38 oC), yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar susunan saraf pusat). Penyakit ini paling sering terjadi pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi kejang.
Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya. Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf.
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.
Penatalaksanaan pada penderita ini adalah
Menghentikan kejang secepat mungkin, dengan pemberian diazepam sebagai drug of choice, bisa parenteral maupun suppositoria. (untuk ini diharapkan membawa penderita ke dokter/pelayanan kesehatan dengan segera).
Pengobatan penunjang, semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah muntahan isi lambung ke dalam paru, dilakukan juga tindakan profilaksis terhadap kemungkinan kejang berikutnya.
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, perjalanan penyakitnya baik dan tidak menimbulkan kematian.
kembali ke index artikel medis
HIPERTENSI
Hipertensi/tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum timbul di dalam masyarakat. Merupakan peningkatan yang persisten dari tekanan pembuluh darah arteri, yaitu tekanan diastolik diatas 95 mmHg. Tekanan darah normal biasanya tekanan sistolik tidak melebihi 140 mmHg dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Namun patokan tekanan darah normal tersebut individual sifatnya.
Diagnosis hipertensi dibuat atas dasar hasil beberapa kali pemeriksaan, kecuali bila tekanan darahnya sangat tinggi dapat ditetapkan dengan satu kali pemeriksaan. Keluhan yang mungkin timbul antara lain nyeri pada daerah kepala bagian belakang, mimisan, penglihatan kabur, kelemahan otot-otot, mual, muntah, dan sebagainya.
Terdapat beberapa klasifikasi dari hipertensi, antara lain :
Penyebabnya : hipertensi primer (tidak diketahui sebabnya), dan hipertensi sekunder (akibat penyakit, obat-obatan, maupun kehamilan).
Klasifikasi menurut WHO 1999, berdasarkan dari tekanan diastolik, yaitu : derajat I (95-109 mmHg); derajat II (110-119 mmHg); derajat III (> 120 mmHg).
Pengelolaan terhadap penderita hipertensi adalah :
Pengobatan tanpa obat, antara lain : diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh, peredaan stress emosional, berhenti merokok/alkohol, dan latihan fisik ringan dan teratur.
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
INFEKSI SALURAN KEMIH
Infeksi saluran kemih, secara mikrobiologi, bila ditemukan mikroorganisme patogen pada urine (air seni) yang bermakna lebih dari 105 /mm (sampel urine midstream - diambil saat pertengahan kencing), atau 102 - 104 /mm sampel urine dari kateter.
Penyebab terbanyak infeksi ini adalah E. coli (sekitar 80% kasus). Penyebab lainnya antara lain kuman Proteus, Klebsiela, maupun Staphylococcus saprophyticus.
Resiko tinggi didapatkan pada wanita masa seksual aktif, prostatitis, BPH (pembesaran prostat jinak), kehamilan, pembuntuan saluran kemih (misal akibat batu), diabetes, penyakit ginjal, dan hipertensi. Terjadinya infeksi bisa melalui penjalaran langsung ke atas, melalui darah, ataupun melalui pembuluh limfe.
Gejala yang timbul bervariasi, antara lain : nyeri pada waktu kencing, ingin kencing terus - tetapi keluarnya sedikit-sedikit, volume kencingnya sedikit, nyeri perut bagian bawah, kencing disertai darah. Dapat pula disertai panas badan, menggigil, mual, muntah, lemah, dan nyeri ketuk pada pinggang. Bila telah timbul komplikasi lainnya akan timbul berbagai manifestasi lainnya, sesuai jenis komplikasi yang diderita.
Penatalaksanaan pada penderita ini antara lain :
Mencari faktor-faktor pemicu.
Pemberian antibiotika dan obat simptomatik, maupun tindakan bedah bila diperlukan.
Hindari faktor resiko untuk mencegah kekambuhan.
Bila tidak ada kelainan anatomis, baik pada saluran kemih, ginjal, dsb, maka perkembangannya akan baik.
sumber :http://www.geocities.com/situsgratis3in1/artikel-kesehatan5.html
Subscribe to:
Posts (Atom)