Kolaborasi Obat Baru Kalahkan Malaria
Hingga kini, menurut badan kesehatan dunia (WHO), malaria masih penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Setiap tahunnya, penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium ini merenggut korban meninggal lebih dari satu juta orang. Lebih dari 3 juta orang hidup di area yang berisiko terkena penyakit ini, dan lebih dari 500 juta orang rubuh tidak berdaya diserang malaria parah setiap tahunnya. Mirisnya lagi, sebagian besar korban adalah anak-anak.
Namun berita menggembirakan akhirnya datang dari sebuah studi yang hasilnya dilaporkan sebagai isu utama dalam Journal of the American Medical Association edisi 22 Mei 2007. Menurut peneliti, penggunaan kombinasi obat-obat lini utama secara tepat, ternyata bisa menyelamatkan anak-anak dari ancaman penyakit ini. Kunci keberhasilan pengobatan malaria adalah dengan perawatan yang baik secara menyeluruh, tak hanya untuk malaria. Selain itu tiap episode malaria harus diperhatikan dengan baik.
Pada studi tersebut, tim peneliti yang dikomandoi oleh Dr. Philip J. Rosenthal, professor of medicine at the University of California, San Francisco ini melakukan evaluasi terhadap 3 kombinasi obat utama dalam pengobatan malaria P. falciparum. Evaluasi seperti ini sangat dibutuhkan karena telah terjadi peningkatan resistensi dari beberapa obat, sehingga perlu dilakukan strategi pengobatan baru dan obat baru.
Sekitar 601 anak sehat usia 1-10 tahun yang didiagnosa dengan suatu episode pertama malaria terlibat dalam studi ini. Mereka secara acak menerima salah satu dari kombinasi obat: amodiaquine plus sulfadoxine-pyrimethamine; amodiaquine plus artesunate; atau artemether plus lumefantrine , dua obat antimalaria baru.
Hasilnya, terjadi kekambuhan malaria pada semua grup, kata Rosenthal, dengan 26,1 % anak pada grup pertama, 17,4 % grup kedua, dan 6,7 % grup ketiga yang mengalami kekambuhan pada 4 minggu pertama. Tapi setelah lebih dari 18 bulan tidak satu pun dari anak tersebut mengalami malaria parah atau meninggal. Sementara untuk kejadian anemia dan jumlah parasit malaria dalam darah, berkurang secara signifikn pada ketiga grup. Uji ini juga melakukan penentuan rangkain pengobatan mana yang terbaik. Hasilnya rejimen obat terbaru (grup ketiga) adalah kombinasi obat yang berkerja terbaik.
No comments:
Post a Comment