Kurangi risiko patah tulang penderita osteoporosis
Tidak banyak yang menyadari bahwa kini banyak orang lanjut usia di lingkungan sekitar kita. Usia harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia ternyata semakin meningkat dimana UHH untuk tahun 2000-2005 sebesar 67,68 tahun dan proporsi jumlah penduduk usia lanjut pun bertambah menjadi 8,1 %.
Data tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk usia lanjut di Indonesia. Usia lanjut dimana ≥ 65 tahun merupakan salah satu faktor risiko penyakit osteoporosis atau penyakit keropos tulang.
Osteoporosis adalah penyakit berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Penyakit keropos tulang ini lazim diderita oleh orang lanjut usia.
Osteoporosis alami terjadi pada wanita menopause dimana produksi hormon estrogen menurun sehingga tidak ada kontrol terhadap osteoklas yang berfungsi meresorpsi tulang. Tidak hanya wanita, osteoporosis pun menyerang pria.
Namun sebenarnya pria juga bisa terkena osteoporosis. Pada pria, testosteron akan diubah menjadi estrogen oleh enzim di dalam darah. Bedanya dengan wanita, pria tidak mengalami menopause sehingga osteoporosis datang lebih lambat.
Penderita osteoporosis memiliki tulang yang rapuh sehingga rentan terjadinya fraktur atau patah tulang. Tulang yang berisiko patah adalah tulang pada dengkul, jari tangan, dan pinggul. Patah tulang pinggul pada wanita ternyata memiliki risiko kematian yang serupa dengan penyakit lain seperti kanker payudara yaitu 2,8%.
Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR
Dr. Bambang Setyohadi, SpPD KR, ketua Divisi Reumatologi Departemen Penyakit Dalam FKUI menjelaskan bahwa kematian yang terjadi bukan akibat patah tulang melainkan karena infeksi paru-paru akibat terus berbaring. Biaya perawatan pun menjadi mahal karena perawatan yang lama di RS.
Ada cara mudah untuk mengetahui progesivitas osteoporosis yaitu dengan mengukur tinggi badan. Penderita osteoporosis akan mengalami penurunan tinggi badan akibat tulang leher yang menyambung ke punggung menjadi semakin melengkung.
“Mencegah patah lebih baik daripada mengobati,” ungkap Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR yang lulus dari spesialis penyakit dalam FKUI tahun 1994. Patah tulang biasa terjadi setelah penderita osteoporosis jatuh, sehingga mencegah jatuh pun menjadi penting.
Rumah yang ditempati sehari-hari pun bisa jadi menjadi ancaman. Sebaiknya penderita osteoporosis menghindari karpet yang melekuk, kabel yang melintang, permukaan licin seperti di kamar mandi, ataupun alas kaki yang terlalu longgar.
Selain itu, cara lain yang bisa dicoba adalah dengan memasang pegangan tangan (hand rails) di kamar mandi, memperbaiki penglihatan misal dengan menggunakan kaca mata, atau memperbaiki kekuatan otot dan keseimbangan dengan latihan.
Ada 4 tujuan penanganan osteoporosis, yaitu :
Mencegah berlanjutnya kehilangan massa tulang.
Menstimulasi pembentukan tulang.
Cegah terjadinya fraktur (patah tulang) dan mikrofraktur (keretakan tulang).
Mengatasi nyeri.
“Ada banyak obat untuk keropos tulang tapi golongan bifosfonat merupakan primadona di dunia.,” ungkap Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR dalam press conference REAL Study di Hotel Borobudur, Jakarta.
Bifosfonat merupakan zat sintetik stabil yang bekerja menghambat kerja osteoklas dalam meresorpsi dan pergantian (turnover) tulang. Bifosfonat menurunkan risiko patah tulang sampai 30-50%.
Dalam sebuah studi yang bernama Studi Cohort Retrospektif , dievaluasi onset penurunan patah tulang dengan terapi menggunakan risedronate dan alendronate di bawah kondisi Real World. Real World adalah data observasi yang diambil dari praktek klinik sehari-hari yang memberikan informasi hasil perngobatan pasien dalam kehidupan nyata.
Data Real World melengkapi data dari uji klinik acak terkontrol dengan menilai kemampuan obat untuk mencapai efek yang diinginkan dalam kehidupan nyata pada sejumlah besar pasien luas dalam praktek-praktek kesehatan (efektivitas).
Pasien yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu wanita berusia lebih dari 65 tahun dan pengguna baru terapi sekali seminggu dengan baik alendronate atau risedronate. Kemudian dinilai insidens fraktur nonvebtebral setelah 6 bulan dan 12 bulan.
Setelah tahun pertama terapi menggunakan risedronate, terjadi penurunan patah tulang pinggul sebesar 43% dan patah tulang non-vertebral sebesar 18% dibandingkan alendronate.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa pasien menggunakan risedronat memiliki insiden patah tulang nonvertebral dan pinggul yang lebih rendah dibandingkan pasien yang menggunakan alendronate.
Jangan tunggu sampai kena osteoporosis. Sedari muda lakukan usaha untuk mencegah penyakit keropos tulang. Berikut ini saran dari Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR yang telah mengambil subspesialis reumatologi FKUI agar masa tua terhindar osteoporosis:
Asupan kalsium yang cukup. Susu adalah sumber kalsium, tapi kalsium dapat diperoleh dari mana saja seperi sayuran dan makanan lain. Kombinasi vitamin D dan kalsium menurunkan risiko fraktur.
Latihan yang teratur. Latihan dapat meningkatkan kelenturan tulang.
Kenali defisiensi testosteron.
Hindari merokok dan alkohol.
Kenali penyakit kronik tertentu.
Hindari obat-obatan tertentu misal steroid.
Hindari risiko terjatuh.
sumber.http://www.medicastore.com
No comments:
Post a Comment