Sunday, January 7, 2007

respon tubuh terhadap stres

Kita sebagai manusia selalu terlibat dalam merespons dan mengadaptasi stres. Fokus riset yang sedang berkembang saat ini adalah respons psikologis dan fisiologis.
Banyak majalah remaja dan buku – buku kesehatan telah membahas tentag stress. Disini dapat dijelaskan bahwa stress merupakan segala situasi dimana tuntutan non –spesifik mengharuskan individu untuk merespons atau melakukan tindakan. (Selye 1976).
Perawat sering menemui pasien yang kelihatan stress seperti pasien yang terpasang tracheostomy tube yang menyebabkan pasien kesulitan berkomunikasi dengan perawat dan keluarga, pasien dengan penyakit terminal seperti kanker stadium IV dan masih banyak yang lain.

Apakah perawat juga mengalami stress ketika menjalankan tugasnya? Banyak juga perawat yang mengalami stress ketika sedang bertugas seperti di unit – unit intensive care, disitu terlihat begitu banyak peralatan yang dipakai oleh pasien dari yang sederhana sampai yang paling canggih terpasang ditubuh pasien, belum lagi kabel yang berseliweran diatas tubuh pasien,menciptakan pemandangan tersendiri. Perawat juga harus bolak – balik melihat pasien ketika alarm di mesin berbunyi untuk mencari tahu apa yang menyebabkan alarm tersebut berdendang dengan merdunya. Ini betul – betul sangat melelahkan.

Pernah seorang perawat dibuat kelimpungan ketika alarm pada infuse pump berbunyi terus menerus, perawat tersebut melakukn cek pada mesin dan pasien dan tidak ada hal yang aneh ditemukan….setelah sekian lama melakukan pengecekan barulah diketahui bahwa di infuse set pasien tersebut terdapat setitik udara yang menyebabkan infus pump terus mengeluarkan bunyi alarm. Bukankah ini sangat menyebalkan………

Ada joke yang dilemparkan oleh rekan saya ketika seorang perawat junior bertanya pada kami, “ mengapa kalian terlihat begitu gembira ketika sedang menolong pasien yang kritis tersebut?”. Rekan saya yang seorang medis menjawab: kalau kami tidak gembira maka akan ada 3 orang yang akan meninggal secara cepat, bisa saja saya, dia.... sambil melihat kesaya atau pasien.
Disini terlihat bahwa stress pun bisa mempengaruhi umur seseorang dan pekerjaan seseorang.

Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).


Karakteristik dari LAS :
respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
respon bersifat restorative.

Mungkin anda bertanya, “ apa saja yang termasuk ke dalam LAS ?”. sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :


Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :


· fase pertama : adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kinin,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
· Fase kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
· Fase ketiga : regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.

Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.

Bagaimana dengan GAS. Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.

GAS terdiri dari beberap fase :
Reaksi alarm ( peringatan )
melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.

Fase resistensi
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahap terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.

Fase kehabisan tenaga
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.

Jadi kalau dilihat joke dari teman saya tersebut terkadang kita berpikir bahwa apa yang dikatakan nya ada benarnya. Seperti kata orang bijak “ tantangan bukan untuk dijauhi apalagi dihindari tetapi untuk kita hadapi. Barangsiapa yang mampu menghadapi, kelak ia termasuk individu yang sukses. Begitu juga dengan stress, Tanpa stress dunia ini terasa hambar…………….maka hadapi dia dengan tersenyum........





















Kozier et.al (2004) FUNDAMENTAL OF NURSING: consepts, process and practice,
7/E. New Jersey.pearson education.Inc.

Potter & Perry (1997) FUNDAMENTAL OF NURSING: consepts, process and practice,
4/E. ST.Louis.Mosby Company.

No comments: