Luka akibat tirah baring lama mempunyai banyak nama seperti : pressure ulcer, bed sores, atau yang paling populer dikalangan tenaga kesehatan adalah DEKUBITUS. Biasanya pressure ulcer timbul akibat kurangnya mobilisasi pada area yang tertekan akibatnya supply darah ke area tersebut menjadi terganggu dan lama kelamaan menjadi iskemik berlanjut menjadi nekrosis.
Pressure ulcer sendiri mempunyai beberapa tingkatan atau derajat keparahan dari yang ringan seperti kemerahan (redness) sampai dengan matinya jaringan ( necrosis ).
Tingkatan I
mengenai lapisan superfisial, epidermis dan dermis.tampak kemerahan dan kulit masih utuh, agak sulit dinilai pada orang yang berkulit gelap.
Tingkatan II
sudah mencapai lapisan lemak
Tingkatan III
mengenai otot, tepi luka terlipat kedalam, sering disertai dengan febris, terkadang sudah terdapat necrotic kehitaman.
Tingkat IV
luka sudah mencapai tulang.
Banyak kita berpikir bahwa luka tirah baring hanya disebabkan oleh tidur yang lama yang tidak di mobilisasi. terkadang tindakan yang kita lakukan bisa menimbulkan luka pada pasien. Saya pikir kita pasti tahu dan sering melakukannya, hanya kita lupa bahwa kita telah secara tidak langsung "mencederai" pasien.
anda sudah tahu jawabannya................................ya, ketika kita menarik pasien keatas untuk membetulkan posisi tidurnya ketika pasien tersebut melorot kebawah. Disini kita telah menimbulkan gesekan pada kulit ketika memindahkan pasien tersebut,terutama bila Bed pasien tersebut tidak mempunyai Stick laken.
Beberapa faktor predisposis timbulnya Pressure ulcer :
- tekanan
- gesekan
- kulit yang selalu lembab atau terlalu kering
- hyegiene kulit yang tidak baik
- lipatan pada spay yang terkadang sering dianggap remeh.
- kurang gizi
- pasien geriatri
- immobilasi post op lama
- pasien dengan DM
kata - kata bijak yang sering kita dengar adalah " lebih baik mencegah dari pada mengobati ". Mungkin siswa SD pun tahu makna kata tersebut.
Diruang Intensive Care, pressure ulcer merupakan salah satu indikator baik atau tidak mutu perawatan yang diberikan oleh tenaga keperawatan disana. Ini mencerminkan bahwa begitu pentingnya pencegahan pressure ulcer di unit tersebut agar citra pelayanan di unit tersebut tetap terjaga.
biasanya pencegahan yang telah lazim di lakukan oleh perawat dengan menghindari tekanan yang terus menerus pada area yang tertekan dengan cara
- merubah - rubah posisi baring tiap 1 - 2 jam
- menjaga kulit tetap bersih dan cukup kelembabannya
- memberi lotion sambil melakukan massage hindari memakai bedak.
- pada beberap pasien membutuhkan matras khusus seperti : matras yang dapat dirubah - rubah tekanannya, egg crate, atau flotation matras, semuanya bertujuan untuk menrunkan tekanan pada bagian tubuh.
kita sebagai manusia tidak pernah luput dari ujian dan cobaan. biarpun telah dilakukan usaha yang optimal bagi pasien tetapi pressure ulcer tetap saja bisa muncul.
pengalaman saya, pasien yang tidur pada matras egg crate tetap akan timbul pressure ulcer. matras ini hanya memperlambat proses terjadinya prsessure ulcer dibandingkan dengan matras biasa. artinya mobilisasi tetap harus dilakukan biarpun pasien tersebut tidur di matras khusus.
seadainya pressure ulcer tetap terjadi maka mau tidak mau, senang atau tidak senang kita telah menciptakan satu perkerjaanbaru lagi buat kita yaitu : Perawatan Luka.
perawatan luka pada pasien dengan pressure ulcer biasanya di sesuaikan dengan kondisi lukanya dan terapinya telah dikonsultasikan ke medis.
tingkat I
kulit masih utuh biasanya perawatan yang dilakukan adalah hindari tekanan yang lama pada area tersebut.
tingkat II
kita dapat mencoba Mitraflex karena produk ini memberi hasil yang baik untuk pasien, pengalaman saya luka tersebut sembuh dan kering dalam 3 - 5 hari. bila produk ini tidak tersedia kita dapat merawat sesuai dengan protokol di instansi masing - masing.
tingkat III dan IV
biasanya luka banyak mengeluarkan cairan dan sering telah terinfeksi. beberapa produk yang dipasarkan seperti Suprasorb pantas untuk dicoba untuk mengantikan balutan konvesional.
pengalaman saya.........lagi - lagi pengalaman.......ini disebabkan saya tidak melakukan riset untuk membandingkan produk balutan yang beredar di Indonesia, dan saya harus akui bahwa balutan tersebut memberi hasil yang baik untuk pasien. selain itu lebih hemat dan simple dalam penggunaannya.
adakalanya produks tersebut bisa saja tidak terlalu bermamfaat dalam penyembuhan luka, bila perawat tidak memperhatikan hal - hal yang menghambat peyembuhan luka seperti :
- manultrisi
- obesitas
- rokok
- medikasi : pemberian kortikostroid yang menghambat proses inflamasi
- compromised host: pasien DM atau cancer yang akan meningkatkan resiko infeksi.
akhirnya perawatan jualah yang memberi andil besar bagi pasien, baik buruknya pelayanan semua tergantung pada kita perawat sebagai salah satu anggota tim pelayanan kesehatan.
No comments:
Post a Comment