Wednesday, January 17, 2007

PEMBERIAN NUTRISI MELALUI ENTERAL.

Seberapa pentingkah nutrisi bagi pasien diruang perawatan intensive

Sangat..sangat penting !!!!!. apa jadinya bila pasien mengalami kekurangan nutrisi, otomatis bila pasien tersebut telah dilakukan operasi maka akan menyebabkan luka menjadi lambat penyembuhannya, pasien juga akan kehilangan massa otot dan kekuatannya, pernah anda lihat pasien yang edema....anda pasti tahu salah satu penyebabnya adalah kekurangan protein di dalam darah. Apakah pasien anda mengalaminya mudah – mudahan tidak.


Banyak perawat berpikir kapan saya harus memberi nutrisi pada pasien tersebut.

Sebenarnya dapat diberikan kapan saja sesuai dengan anjuran. Yang perlu kita pikirakan disini adalah : apakah pasien tersebut membutuhkan feeding tube, apakah makanan yang diberikan akan diserap, apakah pasien membutuhkan total parenteral nutrision,dll.

Pernah anda melihat pasien – pasien di intensive care terhidang makananya di atas meja dan pasien siap untuk makan sambil diperhatikan oleh perawat yang tampan, cantik dan ramah. Tentu aneh bila anda menemukan hal – hal tersebut di ruang intensive care. Biasanya pasien terhidang makanannya dalam bentuk cair atau diberikan secara parenteral yang diberikan oleh perawat yang terampil dalam perasat tersebut.

Secara klasik bila pasien tidak sadar atau terpasang alat endotracheal tube maka perawat akan memberikan makan melalui nasogastric tube atau orogastric tube.
Pasca tsunami di Aceh banyak alat – alat kesehatan yang ada di Rumah sakit kami. Salah satunya Salem sump.

Salem sumps ini mempunyai dua lumen. Satu lumen berfungsi sebagai masuk jalur obat dan nutrisi sedangkan lumen yang biru disebut PIGTAIL………nama yang aneh menurut saya.

Sebenarnya bukan tidak ada maksud kenapa tube ini terdiri dari dua lumen. Ketika melakukan Kumbah lambung atau Lavage lambung. Sering perawat melakukannya dengan cara melakukan aspirasi dengan menggunakan suction tekanan rendah atau dengan spuit untuk mengeluarkan isi lambung , atau dengan meletakkan selang lebih rendah dari pasien. Sebenarnya lambung dapat di umpamakan seperti balon, ketika kita melakukan aspirasi otomatis lambung tersebut akan kolaps, disinilah fungsi PIGTail tersebut, ia akan mencegah lambung jangan sampai hal tersebut terjadi. Artinya ketika kita melakukan aspirasi maka udara akan masuk melalui pigtail sehingga lambung tetap mengembang. Kenapa udara bisa masuk ke lambung? ini disebabkan tekanan di atmosfer lebih tinggi daripada di lambung akibatnya udara pun mengalir ke dalam lambung yang mempunyai tekanan lebih rendah. Kalau kita lihat cara kerja Salem sumps ini sama seperti paru – paru..

Beberapa tips yang bisa saya berikan dan digabung dengan tips – tips dari situs yang saya kunjungi maka :
• Selalu berikan lubricat dan sekali lubricant pada alat yang akan di insersi kedalam tubuh pasien. Jangan menggunakan lubricant yang berbahan minyak karena bila masuk ke paru akan mempermudah perkembangan organisme.

• Salem sumps ini menurut saya terlalu kaku.....sehingga banyak teman – teman saya yang tidak suka memakainya dengan alasan sangat menyakiti pasien. Tips yang saya lakukan adalah merendam alat tersebut pada air hangat sampai tidak terlalu kaku lagi.

• Bila tube masuk ke trachea maka akan terlihat pengembunan pada tube yang hilang timbul. Kadang – kadang ada pasien yang tidak batuk ketika masuk kedalam trachea, terutama pada pasien yang koma atau yang hilang refleks batuk . Harap hati – hati bila menemui hal seperti ini. Selalu pastikan posisi tube dalam posisi benar sebelum melakukan pemberian obat atau nutrisi.

• Bila anda memastika bahwa posisi sudah benar tetapi ketika melakukan aspirasi tidak ada cairan lambung. Maka lakukan X – Ray.


selain salem sumps juga terdapat NGT yang berdiameter lebih kecil yang disebut dengan Enteroflexes and Dobhoffs. Model ini lebih disukai karena menggurangi rasa tidak enak pada nasofaring., erosi nasala,esofagitis,ulcerasi osefagus.
NGT ini mepunyai kawat kaku(STILET) untuk memudahkan penggunaannya.
Biasanya hanya perawat yang terlatih yang boleh memasang alat tersebut. Ini disebabkan bila tidak hati – hati akan terjadi malposisi atau dapat melukai atau trauma pada osefagus. Biasanya alat ini juga dipasang dengan menggunaka endoskopy bila akan digunakn sampai ke jejunum.
Ini dilakukan pada pasien yang terganggu pengosongan lambung yang bertujuan untuk mencegah aspirasi.

Yang mesti diperhatikan adalah pada saat pemasangan, dan setelah pemasangan. Setelah pemasangan hal yang paling mungkin terjadi adalah oklusi pada tube sedangkan pada saat pemasangan sering terjadi dislokasi.


Cara Pemberian nutrisi enteral dapat dibagi :
1. pemberian bolus, misalnya pemebrian NE 6 x 200 cc. maka setiap pemberian sebanyak 200cc dengan interval 4 jam.

2. pemberian secara kontinyu. Biasanya dilakukan dengan menggunakan feeding pump yang di set sesuai dengan intruksi medis. Di sini feeding pump sebaiknya diganti bila telah digunakan setelah 24jam karena mesin yang terlalu panas akan mempengaruhi ke akuratan asupan ke pasien. feeding bag juga diganti setelah 24 jam untuk mencegah kontaminasi dan diare. Bila feeding bag terbatas persediaanya. Dapat dicoba dengan membilas sampai bersih dengan air panas, karena di tempat saya alat ini sulit di dapat kami melakukan pembilasan terhadap feeding bag. Hasilnya tidak ada pasien yang diare selama pemasangan feeding bag tersebut.


Beberapa Formula yang dipakai untuk menghitung kebutuhan energi.

1. Persamaan Harris – Benedict.

Pada laki – laki :
EER (Kal) = 66,5 + 13,75.BB + 5,00.TB – 6,77.U
EER ( KJ) = 278 + 57,5.BB + 20,93.TB – 28,35 .U

Pada perempuan
EER (Kal) = 665,1 + 9,56.BB + 1,85.TB – 4,67.U
EER ( KJ) = 2741 + 40,0.BB + 7,74.TB – 19,56 .U

EER : estimated energy requirements
BB : berat badan
TB : tinggi badan
U : umur ( tahun )

2. Persamaan Shofield.

Laki - laki
Usia 15 – 18 tahun
BMR = 17,6 x BB (Kg) + 656

Usia 18 – 30 tahun
BMR = 15,0 x BB (Kg) + 690

Usia 30 – 60 tahun
BMR = 11,4 x BB (Kg) + 870

Usia > 60 tahun
BMR = 11,7 x BB (Kg) + 585

Wanita
Usia 15 – 18 tahun
BMR = 13,3 x BB (Kg) + 690

Usia 18 – 30 tahun
BMR = 14,8 x BB (Kg) + 485

Usia 30 – 60 tahun
BMR = 8,1 x BB (Kg) + 842

Usia > 60 tahun
BMR = 9,0 x BB (Kg) + 656.

Dengan adanya suplemen diet yang telah siap saji memudahkan kita sebagai perawat dalam memberikannya. Dapat diuraikan secara singkat preparat makanan yang dibuat secara komersial :

• Protein utuh (polimer)
Standar :
100 kal, 4g protein/100ml.cocok untuk pemberian sebagian besar pemberian per sonde ( Nasoenteral).

Tinggi kalori.
1,5 – 2,0 kal./ml, untuk kebutuhan kalori yang tinggi atau untuk pembatasan masukan cairan.

Preparat tinggi lemak.
Mungkin bermamfaat bagi pasien – pasien dengan kesulitan nafas dengan ventilator.

Dengan tambahan serat makanan.
Untuk pemberian makanan enteral dengan jangka waktu yang lama; membantu mencegah translokasi bakteri usus.

Tinggi protein.
Untuk peningkatan kebutuhan nitrogen

Rendah protein/mineral.
Untuk gangguan ginjal

Rendah natrium.
untuk pasien asites/hipertensi.

• Asam amino bebas/peptide
Digunakan pada pasien dengan malabsorbsi usus besar dan malabsorbsi berat lainnya, pembatasan diet.


Kontra indikasi nutrsisi enteral adalah :
1. problem keseimbangan cairan yang kompleks ( kalau penanganan klinis dapat terganggu karena sekuentrasi cairan dalam usus).
2. obstruksi intestinal
3. ileus paralitik


INGAT........!!!!!
tidak terdengarnya bising usus pada pasien dengan keadaan pernafasannya yang baik tanpa tanda – tanda ileus lain bukan kontraindikasi untuk dukungan enteral.

Beberapa hasil laboratorium yang dapat dijadikan parameter seperti glukosa, albumin, elektrolit dan fungsi hati.

Dengan nutisi yang yang cukup diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat sehingga mengurangi beban biaya dan penyulit yang sering ditemui selama perawatan di rumah sakit.

No comments: