Friday, January 19, 2007

PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI INDONESIA: Pelayanan Di Masyarakat
Blog:hhtp://nursingbrainriza.blogspot.com

Anda kenal Indonesia. Ya pasti anda mengenal Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau dengan beragam budayanya. Dimana pulau – pulau indonesia bak mahligai permata di khatulistiwa. Itu menurut para pujangga......mungkin pujangga lupa memberi nama setiap pulau sehingga pulau indonesia banyak yang hilang atau lenyap akibat pasirnya tergerus oleh orang indonesia sendiri. Indonesia merupakan negara yang besar dimana penduduknya menjadi no.5 terbanyak didunia setelah urutan pertama ditempati oleh Cina.

Penduduknya yang banyak otomatis memerlukan pelayanan kesehatan yang memadai, baik itu tenaga kesehatannya ataupun peralatannya. Di indonesia telah banyak berdiri sekolah keperawatan baik tingkat spesialis maupun tingkat diploma ,tingkat yang paling rendah jenjang pendidikannya. Banyak sekolah keperawatan telah meluluskan alumninya,mungkin ada yang ribuan mungkin saja ada yang puluhan,tergantung baik tidaknya mutu pendidikan yang di lihat oleh masyarakat.

Jujur saja banyak perawat yang berpendidikan S1 keperawatan yang masih bingung apa yang mesti dilakukannya dengan ijazah kesarjanaanya. Bahkan setelah selesai sarjana ada yang langsung menuju ke institusi pendidikan, untuk menjadi pengajar. Miris hati kita melihatnya.......Why......bila kita agak sedikit ke barat – baratan, bagaimana mungkin seseorang yang mungkin hanya mendapatkan ilmu dan skill di pendidikan mampu mengajar mahasiswa tentang skill yang mungkin hanya ia dapatkan dari praktek klinik yang tidak semua tindakan diperoleh ketika sedang terjun kelapangan.

Seorang tenaga medis umum yang melakukan coaching hampir 3 tahun saja, masih butuh bimbingan dari rekan senionya untuk terapi yang akan diberikan ke pasien. Sedangkan sarjana yang baru lulus tersebut dengan gagahnya mengajar murid – muridnya dengan aplikasi klinik yang belum memadai.

Pernah seorang mahasiswa meminta dosen pembimbing kliniknya untuk memperagakan bagaimana melakukan pemeriksaan fisik pada paru – paru. Alih – alih mendapat bimbingan dari sang dosen, dengan gampangnya dosen tersebut berkata “ lihat buku saja, saya hari ini terburu – buru karena ada rapat dengan pak direktur” dengan bersedih hati mahasiswa tersebut membaca buku tentang ketrampilan fisik. Mungkin si dosen lupa bahwa membaca buku sama dengan melihat dunia, tetapi melihat dunia tanpa melakukan suatu pekerjaan ibarat alunan musik yang tidak terdengar melodinya....sungguh pekerjaan yang sia –sia.

Di indonesia membuat sekolah keperawatan mudah, segampang membuka warung kopi dipingiran jalan. Alasannya sederhana, karena masih banyak peminatnya. Tapi pernah tidak sebuah institusi berpikir setelah meluluskan muridnya ada tanggung jawab yang mesti di pikul ketika si lulusan bekerja di semua fasilitas kesehatan. Pernah tidak dia membayangkan bagaimana, apakah lulusan tersebut mampu memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat.......
Ketika pelayanan tersebut diberikan ketika ada anggota famili atau sanak saudaranya yang sakit, mulailah keluh kesah meluncur dari bibirnya yang manis dan munggil, mulailah ia mengatakan pelayanan di rumah sakit ini sangat buruk, perawat - perawatnya tidak becus merawat, anaknya setelah beberapa kali ditusuk baru bisa dipasang iv line, banyak lagi keluhan yang disampai oleh sang dosen tersebut. Apakah dia lupa inilah hasil buah karya nya selama ini. Bagaimana menanam begitulah hasil yang didapat. Baik dirawat hasil maksimal, buruk dirawat buruk pula yang di dapat. Ini merupakan hukum alam yang mungkin tidak terbantahkan.

Bukan tidak ada lulusan yang bagus dan pintar dalam memberi pelayanan, tetapi lulusan tersebut tidak sebanding dengan hasil yang ingin dirasakan oleh masyarakat. Akibatnya hanya segelintir orang yang mengatakan perawat itu pintar dan mahir dalam memberi pelayanan, sedangkan yang lain mengatakan bahwa perawat itu cerewet,judes dan galak.

Sudah saatnya pelayanan keperawatan dibenahi dan jangan selalu mengatakan bahwa perawat itu butuh uang dan uang…… bahasa halusnya kesejahteraan. Karena semua itu tidak menjamin pelayanan tersebut berlangsung dengan baik. Kenapa saya mengatakan seperti itu, tunjangan di suatu instansi x untuk perawatnya dua kali lipat dari gaji pegawai negerinya, tetapi apa yang didapat oleh masyarakat di daerah tersebut……pelayanan yang buruklah harus di dapat olehnya. Jadi belum tentu gaji baik berbanding lurus dengan pelayanan yang diberikan…..bila saya meminjam istilah fisika.

Menurut saya pendidikan lah yang mesti dibenahi dulu, kenapa karena semua tenaga yang bekerja berasal dari institusi pendidikan, tidak mungkin ada seorang yang melamar pekerjaan perawat pelaksana,spesialis,manager perawat atau apapun namanya tetapi tidak mempunyai ijazah tersebut….kedengaran tidak masuk akal kalau manager di instansi itu memperkerjakan orang yang tidak memiliki ijazah tersebut.

Tidak ada kata terlambat untuk kita membenahi semua hal tersebut. Yang terpenting adalah komitmen dan niat yang tulus serta usaha yang keras maka hal tersebut akan tercapai, ada baiknya kita melihat Cina yang dulu negera yang tidak diperhitungkan sekarang menjadi omongan dimana2, Malasia yang dulu banyak tenaga pengajarnya belajar ke sini sekarang malah sebaliknya. Sekali lagi tidak ada kata terlambat bagi kita yang mau berusaha........

Mungkin istilah lihat buku ini, baca buku itu mulai dikurangi.......yang ada hanyalah baca buku ini, baca itu..... tunjukkan di depan saya apa yang telah kamu baca....dan saya akan memperagakan di depan mu apa yang telah kamu lihat dibuku tersebut. Sudah saatnya dunia dilihat dari buku......dan dari buku lah kita dapat berbuat banyak bagi dunia........Dirjen telah mengayun tongkatnya, musik pun mengalun dengan merdu, tuk mengisi hari – hari yang indah tanpa keluh dan kesah.

1 comment:

Anonymous said...

salam.. nice blog and info..


this right that in indonesia many of nurse not have the ability at their job