Thursday, May 10, 2007

Kiat Hindari Cacat Akibat Stroke

Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah di otak yang menyebabkan stroke, kerap menimbulkan kecacatan. Bagaimana mencegah kecacatan? Apakah terapi listrik bisa memulihkannya?

Toni begitu terkejut melihat ayahnya terkapar di lantai dekat tempat tidurnya. Segera dia memanggil ibunya yang sedang berada di rumah tetangga. Untung ada dokter praktik di depan rumah sehingga bisa langsung dipanggil.

Dokter memeriksa tekanan darah pria bernama Sartono itu sangat tinggi, lebih dari 200 mmHg. la pun menyarankan agar pasien yang berusia 54 tahun itu segera dilarikan ke rumah sakit.

Dokter jaga di rumah sakit langsung menanganinya dan melakukan tes. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, CT-scan, dan pemeriksaan lain, akhirnya diketahui status kondisi Sartono. Dokter ahli saraf yang membaca hasil pemeriksaan itu menyatakan Sartono terserang stroke.

Setelah dua hari terbaring di unit perawatan intensif Sartono bare bisa mengungkapkan kondisinya. "Waktu itu saya tidak bisa menggerakkan kaki kanan. Lumpuh dari pinggang sampai telapak kaki. Saat saya ingin teriak pun, suara dari mulut ini tidak bisa keluar," ujar ayah tiga anak ini. Keringat dingin mengucur deras dari seluruh tubuhnya.

Kejadian ini bisa dibilang dipicu oleh konsumsi tanaman obat yang ia makan dua jam sebelum serangan. Ternyata tanaman itu bersifat membekukan darah. Namun, tetap saja riwayat sebelumnya menentukan serangan strokenya.

Sartono mengaku jarang berolahraga. la juga menderita tekanan darah tinggi. Meski tidak pernah merokok, kecendenmgan mengonsumsi makanan berlemak tinggi menjadi kebiasaannya setiap hari. Sudah begitu perutnya buncit, pertanda ia mengalami kegemukan.

Demikian setidaknya analisis dokternya. Setelah delapan hari di ruinah sakit, Sartono baru bisa menggerakkan kakinya dan berjalan sedikit-sedikit.

"Untung segera dibawa ke rumah sakit dan ditangani dokter, kalau tidak sudah carat atau telat," ungkap sang dokter.

Kejar Periode Emas
Serangan stroke berlangsung tiba-tiba, tanpa minta izin. "Sekarang ini serangan stroke disebut brain attack," kata Dr. Hardhi Pranata, Sp.S.

Gejala yang dialami Sartono, menurut spesialis saraf yang berpraktik di Klinik Stroke Tentu saja tidak semua tanda ini dialami secara bersamaan saat terjadi serangan stroke Nusantata ini berlangsung tanpa peringatan. Beberaa gejala yang kerap ditemui dan berlangsung tiba-tiba natara lain amnesia, tidak bisa bicara, kesadaran menurun, sakit kepala atau vertigo, kesemutan atau kebas di bagian tubuh tertentu.

Ada juga yang mengalami kebutaan sementara, sulit menelan dan muntah, pergerakannya lambat, gangguan pernapasan, dan ngompol.

Tentu saja tidak semua tanda ini dialami secara bersamaan saat terjadi serangan stroke. Seperti yang dialami Sartono, setidaknya ada tiga gejala yang bisa dijadikan petunjuk, seperti lumpuh separuh tubuh, sulit bicara, dan tekanan darah lebih tinggi 30 mmHg dari biasanya.

Menurut anggota tim dokter kepresidenan RI ini, tanda-tanda itu terjadi karena tidak ada pasokan oksigen dan nutrisi ke otak. Penyebabnya, aliran darah dalam pembuluh yang menuju sel-sel otak terhambat.

Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama tiga atau empat menit saja sudah bisa menyebabkan kerusakan sel otak. Bila hambatan ini terjadi lebih lama, efeknya Man parah. Bisa jadi penderita bakal cacat seumur hidup, misalnya mulut mencong. Pemulihannya akan lama pula.

Tindakan cepat saat serangan sangat menentukan kesembuhai dan pulihnya kesehatan penderita. "Segera bawa penderita ke rumah sakit yang menyediakan CT-scan,"-ujar Hardhi.

Tiga sampai enam jam (batas toleransi) adalah waktu ideal yang disarankan dokter, agar penderita bisa ditangani secepatnya setelah serangan pertama. Dalam waktu yang cukup pendek ini, sel-sel otak dan saraf masih ada kemungkinan untuk dipulihkan.

Inilah yang dimaksud periode emas atau golden period. Lebih dari itu, penderita bisa cacat atau meninggal.

Mengintai Usia Muda
Setidaknya ada dua jenis stroke yang biasa ditemui. Yang pertama ischemic stroke. Keadaan ini disebabkan oleh menyempitnya pembuluh darah menuju sel otak, yang terjadi karena begitu banyak lemak menumpuk di dinding pembuluh. Aidbatnya sel-sel otak mengalami kekurangan gizi serta oksigen.

Jenis kedua adalah hemorrltagic stroke. Keadaan ini terjadi karena pembuluh darah di otak pecah. Akibatnya terjadi perdara han di otak. Pecahnya pembuluh ini menyebabkan minusnya pasokan oksigen dan gizi ke selsel otak, yang akhirnya bakal mengakhiri hidup sel-sel.
Ischemic stroke lebih kerap terjadi dibanding hemorrhagic stroke. Di Asia, perbandingannya antara 60:40, sementara di Eropa 8:20.

Meski begitu, hemorrhagic stroke memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi dibanding ischemic stroke. Dua hal ini, menurut Hardhi memiliki faktor risiko yang tidak sama. hemorrhagic stroke bisa terhadi akibat kelainan bawaan (semisal aneurisma), hipertensi, dan emosi mendadak yang menyebabkan adrenalin meningkat, sehingga tekanan darah naik.

Ishemic stroke memiliki lebih banyak faktor risiko. Mulai daari faktor yang tidak bisa diubah seperti usia, jenis kelamin, rasa, keturunan dan kelainan bawaan. Juga faktor yang bisa diubah seperti hipertensi, diabetes melitus, obesitas, rokok, kurang olahraga, dan hiperlipidemia.

Berbagai faktor resiko ini wajib diperhatikan oleh semua orang karena stroke saat ini tak hanya menyerang usia di atas 50 tahun. "Stroke sudah mulai menyerang orang muda, khususnya kalangan ekskutif muda," ujar dokter yang berpraktik di RSPAD Gatoto Subroto ini.

Tabungan lemak yang menjadi plak dan akhirnya menyempitkan pembuluh darah (aterskelrosis) sudah mulai terjadi di usia belasan tahun. Di usia ini, lemak yang biasanya dikonsumsi dalam bentu kolesterol jahat akan menempel di dinding pembuluh darah.

Karena itu, selain menghindari makanan berlemak dan tidak merokok, mengelola stres, memperbanyak konsumsi sayur dan buah serta serat, olahraga cukup dan teratur wajib dijalankan. "Bahkan harus dijalani sejak usia sangat muda," sebut Hardi.

"Berusahalah agar bisa berolahraga dengan rutin terutama bagi mereka yang sibuk. Silakan lakukan jalan kaki selama 30 sampai 45 menit secara terus-menerus dan teratur. tiga kali seminggu," katanya. (Abdi Susanto)


Sumber: Senior

No comments: